Sabtu, 30 Agustus 2008

Kuat Memegangi Prinsip

Monday, 11 August 2008 09:08 -http://hidayatullah.com-
Oleh: Mohammad Fauzil Adhim *

FauzilFotoHarus ada keyakinan kuat yang mereka pegangi agar bisa tegak kepalanya, mantap langkahnya, jelas tujuannya dan ada alasan yang kuat untuk bertindak dan bekerja keras. Keyakinan kuat kepada Allah Yang Maha Menciptakan hampir tidak ada artinya jika tidak ada petunjuk yang pasti benarnya untuk hidup yang sesuai dengan kehendak-Nya. Ringkasnya, petunjuk itu harus pasti dan meyakinkan. Betul-betul petunjuk dari Allah 'Azza wa Jalla. Bukan rekaan.

Tak kalah pentingnya untuk diperhatikan, petunjuk itu haruslah menjadi pijakan dalam bertindak, berpikir dan bersikap. Mengacu pada petunjuk, kita mengarahkan pikiran, sikap, keinginan dan tindakan kita. Berpijak pada petunjuk, kita membangkitkan mimpi-mimpi dalam diri kita untuk meraihnya sekaligus memperoleh kebaikan dari usaha maupun hasilnya. Petunjuk menjadi daya penggerak (driving force) untuk bertindak, berjuang, bersungguh-sungguh dan berkorban untuk menjalani serta mewujudkan cita-cita yang bersifat
moralistik-idealistik.

Apakah petunjuk yang pasti benarnya itu? Al-Qur'an. Allah Ta'ala menjamin, 'Alif Laam Miim. Kitab (al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka, dan mereka yang beriman kepada Kitab (al-Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat." (Al-Baqarah [2]: 1-4).

Tetapi Al-Qur'an tidak memberi manfaat jika kita menggunakannya sebagai pembenaran atas pendapat dan keinginan kita, bukan sebagai sumber kebenaran. Kita kehilangan petunjuk. Pada saat yang sama, sikap itu membuat anak-anak kehilangan kepercayaan terhadap al-Qur'an, meski secara kognitif mengakuinya sebagai kitab suci. Hilangnya kepercayaan itu secara pasti akan menyebabkan anak kehilangan rasa hormat terhadap kesucian agama sehingga hampir tidak mungkin menjadikannya sebagai pembentuk sikap hidup yang kokoh.

Maka, kita perlu menghidupkan budaya mengambil petunjuk dari al-Qur'an semenjak anak-anak masih amat belia. Kita mengakrabkan mereka dengan kebiasaan mengenali bagaimana kemauan al-Qur'an dalam setiap urusan sekaligus membuktikan kebenaran al-Qur'an. Kita membiasakan mereka untuk mencerna ayat al-Qur'an, lalu mengajak mereka menemukan apa yang harus mereka kerjakan berdasarkan ayat-ayat tersebut.

Ini berarti, kita memperkenalkan tradisi mendeduksikan pesan-pesan al-Qur'andalam pemahaman. Artinya, bermula dari ayat al-Qur'an kita belajar merumuskan sikap dan tindakan. Bermula dari al-Qur'an, kita mengarahkan perasaan dan pikiran kita. Berpijak pada al-Qur'an kita menilai segala sesuatu. Dalam hal ini, al-Qur'an menjadi penilai, penjelas dan pembeda.

Cara memperkenalkan al-Qur'an semacam ini lebih sempurna jika orangtua maupun guru memiliki kecakapan untuk memahami 'maksud al-Qur'an yang sebenarnya' sebelum mengeksplorasi lebih jauh. Hal ini kita lakukan dengan membiasakan anak memahami maksud tiap ayat berdasarkan tafsir yang otoritatif, yakni tafsir baku yang semua mufassir terpercaya menerimanya. Tanpa memahami maksud yang sebenarnya, kita bukannya mengambil petunjuk dari al-Qur'an, tetapi menjadikan al-Qur'an sebagai penguat dari pendapat kita tanpa kita menyadari.

Contoh sederhana. Dalam al-Qur'an, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendirian." (Ar-Raad [13]: 11).

Penggalan ayat ini sering menjadi argumentasi mereka yang sedang meyakinkan saudara-saudaranya untuk melakukan perubahan nasib. Padahal ayat ini sebenarnya menunjukkan bahwa pada dasarnya Allah Ta'ala limpahkan kebaikan dan kemuliaan kepada kita sampai jiwa kita berubah.
Nah.

Contoh sederhana ini menunjukkan betapa pentingnya kita menghidupkan budaya mengambil petunjuk secara tepat. Sebab, salah dalam mengambil petunjuk "meski sumber petunjuknya benar" akan salah pula tindakan yang kita ambil.

Di sini kita perlu berhati-hati. Pemahaman, perasaan, sikap, keyakinan dan tidak terkecuali tindakan, banyak berawal dari perkataan. Cara kita mengungkapkan, sangat berpengaruh terhadap pemahaman, penghayatan dan keyakinan. Sangat berbeda akibatnya bagi keyakinan anak terhadap al-Qur’an. Salah cara kita berbicara, salah pula sikap anak terhadap al-Qur'an sebagai petunjuk untuk masa-masa selanjutnya.

Sangat berbeda pengaruhnya bagi pikiran ketika kita berkata, "Begitulah Allah Ta'ala berfirman. Karena itu", kita perlu berusaha dengan sungguh-sungguh agar bisa lebih banyak bersedekah.†Kalimat ini mengisyaratkan bahwa al-Qur'an adalah sumber petunjuk dan inspirasi tindakan. Sedangkan kalimat berikut, melemahkan keyakinan anak terhadap al-Qur'an karena terasa sebagai pembenaran. Bukan sumber kebenaran. Sainslah yang menjadi sumber kebenaran manakala kalimat kita berbunyi, "Berdasarkan penemuan mutakhir tadi kita bisa melihat bahwa sikap kita bisa mempengaruh alam semesta, meskipun kelihatannya tidak merusak. Karena itu…, tidak heran kalau Allah Ta'ala berfirman;

Agar anak semakin percaya kepada al-Qur'an suasana yang menjadikan al-Qur'an sebagai petunjuk dan acuan dalam bertindak perlu dihidupkan. Ini menuntut budaya pembelajaran yang kontekstual. Seorang guru al-Qur'an adalah guru yang kemana pun ia pergi, ia akan menunjukkan kepada murid-muridnya bagaimana al-Qur'an berbicara. Melalui cara ini anak memperoleh pengalaman mental bahwa al-Qur'an melingkupi seluruh aspek kehidupan, sehingga anak semakin dekat hatinya kepada petunjuk. Selengkapnya, pembicaraan tentang ini akan kita lanjutkan pada edisi mendatang.

Anak-anak juga perlu memperoleh pengalaman iman dan sekaligus intelektual bahwa al-Qur'an merupakan penimbang, penilai dan pemberi kata putus tentang benar tidaknya sebuah pendapat, bahkan penemuan yang dianggap ilmiah sekalipun. Bukan sebaliknya, menakar kebenaran al-Qur'an dari sains. Untuk itu, seorang guru perlu memiliki wawasan luas, meski yang diajarkan di sekolah hanya satu mata pelajaran: tahfidz. Menghafal al-Qur'an. Tujuannya, agar murid tidak hanya hafal di otak, tetapi lebih penting lagi meyakini di hati.

Selebihnya, tidak bisa tidak, modal yakin dan tidak ragu sama sekali terhadap al-Qur'an adalah dengan mengenal dan mengimani sumber al-Qur'an, yakni Allah Ta'ala dan proses turunnya.
Ringkasnya, ternyata untuk mengajak anak-anak meyakini al-Qur'an, guru tidak cukup sekedar bisa membaca. Hanya dengan meyakini secara total sehingga tidak ada keraguan di dalamnya, al-Qur'an bisa menjadi daya penggerak untuk bertindak. Dengan demikian, mereka tidak sekedar hafal. Lebih dari itu, hidup jiwanya dan kuat keyakinannya dalam memegangi prinsip.


Semoga melalui lisan para guru yang memancarkan cahaya al-Qur'an, anak-anak kita bisa belajar memegangi al-Qur'an dengan kuat, sehingga kita bisa berharap anak-anak itu kelak menjadi mukmin yang bertakwa, penuh belas kasih hatinya, berbakti pada orangtua, santun, tidak sombong dan hidup jiwanya. *Wallahu a'lam bish-shawab.

Hukum Meninggalkan Sholat


Saudaraku seiman, setiap anak Adam potensial berbuat dosa, tetapi sebaik-baik orang yang berbuat dosa adalah orang yang selalu segera bertaubat. Demikianlah Rasulullah s.a.w. memberitahukan kepada kita sebagaimana diriwayatkan oleh al-Turmudzi (No: 2499). Kesalahan itu bisa berupa dua hal, yaitu meninggalkan kewajiban atau melakukan larangan. Melihat kasus yang saudara sampaikan berarti itu termasuk dalam kelompok pertama.

Mengukur dan menilai sebuah perbuatan –apalagi ibadah-- tidak cukup hanya melihat yang tampak saja. Tetapi lebih jauh dari itu, yakni latar belakang suatu perbuatan, juga sangat menentukan, baik itu pengetahuan maupun niat yang menjadi dasarnya. Begitu pula meninggalkan salat fardhu, sebagaimana yang Anda lakukan, setidaknya ada tiga kemungkinan:

Pertama, meninggalkan karena udzur, lupa misalnya, maka dia tidak berdosa dan harus melakukan salat tatkala mengingatnya.

Kedua, karena sengaja didasari dengan pengingkaran akan kewajibannya. Untuk ini ulama sepakat, bahwa ia telah keluar dari Islam alias kafir.

Ketiga, meninggalkan salat dengan sengaja, tetapi disebabkan kemalasan tanpa mengingkari akan kewajibannya, maka dalam hal ini ulama sepakat pula bahwa itu merupakan dosa besar. Dan secara dzahir dari kebanyakan hadis yang terkait dengan itu menyatakan bahwa pelakunya termasuk kafir. Sebagaimana sabda Nabi: "Pembatas antara seseorang (muslim) dan kekufuran adalah meninggalkan salat (fardhu)." (H.R. Muslim, Ahmad, Abu Dawud, al-Turmudzi dan Ibn Majah). Artinya bila seseorang telah memasuki batas berupa meninggalkan salat berarti telah kafir.


Hanya saja, ulama berbeda pendapat dalam memahami predikat kafir tersebut. Ada yang memahami menurut dzahirnya. Di antaranya adalah Umar Ibn al-Khattab, Ibn 'Abbas, dan Ahmad Ibn Hanbal (Nail al-Authar : II,257). Sebagian lain memahami bahwa makna hadis itu adalah orang yang melanggar itu telah melakukan perbuatan, sebagaimana perbuatan orang kafir atau berhak mendapat hukuman seperti hukuman orang kafir, yaitu dibunuh. Atau pula dipahami bahwa predikat "kafir" itu hanya bagi orang yang menganggap halal meninggalkan salat. Sedangkan status orang tersebut tetap mukmin tetapi fasik (pelaku dosa besar), andaikan orang meninggal dalam kondisi demikian, maka ia mati su'ul khatimah, alias dijamin masuk neraka.

Anda harus bersyukur kepada Allah sebanyak-banyaknya, karena Ia masih memberi kesempatan besar untuk menjadi hamba yang dikasihinya. Hal yang harus Anda lakukan dalam kondisi bersalah seperti ini, –sebagaimana petunjuk hadis yang pertama di atas- adalah bertaubat. Yaitu dengan cara, pertama, menyesali sedalam-dalamnya atas pelanggaran tersebut. Kedua, meminta ampun kepada Allah dengan sebenar-benarnya. Ketiga, mengqada' salat yang yang Anda tinggalkan. Keempat, harus bertekad bulat tidak mengulangi perbuatan tersebut (Riyad al-Shalihin :33).

Dengan demikian, yakinlah Allah mengampuni Anda, sebab Ia akan mengampuni segala dosa selain dosa syirik yang dibawa mati. Ia telah berfirman:

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. (al-Nisa':48).

Ia bahkan melarang hambanya berputus asa dari ampunannya dengan berfirman: "Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (al-Zumar: 53).

Semoga Allah melimpahkan rahmatnya kepada kita semua, agar mudah istiqomah dalam iman dan takwa. Amin. Wallahu a'lam.

Sumber: http://hidayatullah.com

Senin, 25 Agustus 2008

PERSEPSI DAN AL - HAQ

Pernahkah Anda berfikir, seandainya bola itu panjang bukan bulat?
atau jika jalanan itu bulat bukan panjang, sehingga tidak ada lagi pepapatah kasih ibu sepanjang jalan, tapi kasih ibu sebulat jalan.
Atau pernahkah anda berfikir seandainya omas itu adalah artis yang rupawan dan luna maya, ato yang lagi ngtrend Cinta Laura adalah seorang yang jelek dan menjijikkan, atau anda berfikir aming adalah seorang yang ganten?
Coba anda fikirkan, seandainya sejak anda lahir, anda dikenalkan bahwa sesuatu yang indah adalah sesuatu yang berantakan, tidak beraturan, dan hal itu yang baik, sedangkan sesuatu yang rapi, bersih, dan indah dipandang mata adalah sesuatu yang tidak baik, dan segera harus dimusnahkan...
Pernahkah anda berfikir demikian?

Anda mungkin tidak sadar bahwasanya terkadang sesuatu itu muncul dan terbentuk dalam fikiran kita berdasarkan persepsi yang terbangun sedikit demi sedikit akibat pengaruh lingkungan tempat tinggal kita, dapat itu pengaruh dari keluarga kita, teman kita, pendidikan yang kita tempuh, dan life style kita.
Namun, pernahkah anda berfikir seandainya kita terlahir di suatu tempat dimana tidak ada yang dapat mempengaruhi fikiran kita, tidak ada yang membentuk persepsi kita, tidak yang membentuk pengetahuan dalam fikiran kita, sehingga dalam fikiran kita tidak mengenal dan tidak memiliki persepsi terhadap apapun... Bayangkan seandainya memori anda dihapus, sehingga anda tidak dapat membedakan sesuatu apapun...

Nah, ternyata walaupun banyak hal terbantuk akibat terbentuknya persepsi dalam fikiran kita, ada hal yang tetap terbantuk sesuai dengan realitasnya, walaupun sejak lahir persepsi itu dibentuk berbeda, walupun persepsi itu dibentuk sesuai keinginan si-pembentuk persepsi, ataupun tidak dibentuk sama sekali, persepsi itu tetap akan terbentuk, dan ia memiliki kekuatan dalam hati sanubari yang terdalam, yaitu keimanan...

Keimanan tehadap Tuhan yang satu (Esa), keimanan terhadap Tuhan yang maha kuasa, keimanan terhadap pencipta, keimanan terhadap Tuhan yang tidak memiliki anak, ataupun anak Tuhan, keimanan terhadap Tuhan yang mencipta dan mengatur hati, maka sepantasnyalah kita memperkuat dan membentuk persepsi itu lebih kuat dan lebih kokoh lagi, karena hanya persepsi itu (dalam realitanya adalah AL-HAQ) yang dapat menjadi sesuatu yang mengekalkan, Wallahu'alam...
any comments?

Minggu, 17 Agustus 2008

Jadi PAK?

Wah jadi PAK ternyata gampang2 susah
kenapa?,
coz nak2nya da yang cerewetz dan gokil2, but tetap fun
ya da juga sih yang nakal dan ga' mau taat sama ortunya (maksud gw PAK nya), premannya AK gitu...
tapi ya disitu enaknya, nemuain berbagai tingkah dan sikap orang yang beda2...

Jadi PAK?

Rabu, 13 Agustus 2008

Parasit

Kenapa sukanya duduk-duduk sambil minum kopi, ditambah camilan, apa lagi kalo sambil nonton film favorit(mo yang romantis, horor, komedi, etc, klo gw sih drama action), padahal begitu banyak pekerjaan yang belum selesai?
kenapa sukanya maen game, apalagi kalo game ngebuwat penasaran, padahal besok da ujian?
kenapa sukanya tidur-tiduran sambil dengerin muzik(apalagi kalo musik ato lagunya mendayu-dayu mengikuti alunan kata hati), padahal dah masuk waktu solat ?
kenapa sukanya baca komik, koran, cerita, novel, etc. padahal bahan kuliah masih menumpuk dan belum ada yang nyantol di kepala?
kenapa sukanya kalo ngenet sukanya buka Friendster, yahoo messenger, mlRc, etc. (asal jangan situs 'beracun'), padahal bahan kuliah dan laporan praktikum masih kurang, bahkan belum ada?
kenapa sukanya mikirin cewek/cowok (kalo gw sih nyantai aja, dah banyak yang ngantre...heheheh), padahal urusan pribadi ga' beres-beres, bahkan semakin rumit?
kenapa sukanya belanja barang-barang, baju, perhiasan, etc. padahal kurang dibutuhkan, sementara ada teman dan saudara kita yang lebih membutuhkan?
kenapa sukanya ngikuti apa kata artis, idol, pemain film, etc. walau kata-kata mereka tidak bermutu, padahal begitu banyak nasehat dari nabi, orang tua, guru, dan teman yang begitu baik dan peduli dengan kita?
kenapa sukanya ngurus urusan duniawi saja, seolah-olah akan hidup selamanya, padahal urusan ukhrawi itu lebih kekal, dan kapan saja kita bisa mati seketika (kata ustadz Abdullah Said, "kesambar ojek saja kita bisa mati seketika") ?

kenapa...?
kenapa...?
kenapa...?

Ahh..., andai saja kita bisa mengatur segala sesuatu sesuai dengan yang terbaik untuk diri kita...
tapi itu tidak mungkin, karena hanya Tuhan yang bisa mengatur sesuai kehendak-Nya.

Tapi disini letak nilainya, disini kriteria penilaianya, tidak hanya pada hasil usaha kita, tapi juga pada usaha kita, karena untuk menimbulkan kemauan itu lebih sulit dari pada proses usaha itu...

bener ga' sih?
post u'r comment!

Kamis, 07 Agustus 2008

UNTUKMU AYAH

UNTUKMU AYAH

Suatu ketika, ada seorang anak wanita yang bertanya
kepada Ayahnya, tatkala tanpa sengaja dia melihat
Ayahnya sedang mengusap wajahnya yang mulai
berkerut-merut dengan badannya yang terbungkuk-bungkuk,
disertai suara batuk-batuknya.

Anak wanita itu bertanya pada ayahnya : "Ayah, mengapa
wajah Ayah kian berkerut-merut dengan badan Ayah yang
kian hari kian terbungkuk ?" Demikian pertanyaannya,
ketika Ayahnya sedang santai di beranda.

Ayahnya menjawab : "Sebab aku Laki-laki." Itulah jawaban
Ayahnya. Anak wanita itu bergumam : "Aku tidak mengerti."
Dengan kerut-kening karena jawaban Ayahnya membuatnya
tercenung rasa penasaran.

Ayahnya hanya tersenyum, lalu dibelainya rambut anak
wanita itu, terus menepuk-nepuk bahunya, kemudian Ayahnya
mengatakan : "Anakku, kamu memang belum mengerti tentang
Laki-laki." Demikian bisik Ayahnya, yang membuat anak
wanita itu tambah kebingungan.

Karena penasaran, kemudian anak wanita itu menghampiri
Ibunya lalu bertanya kepada Ibunya : "Ibu, mengapa
wajah Ayah jadi berkerut-merut dan badannya kian hari
kian terbungkuk ? Dan sepertinya Ayah menjadi
demikian tanpa ada keluhan dan rasa sakit ?"

Ibunya menjawab : "Anakku, jika seorang Laki-laki
yang benar-benar bertanggung- jawab terhadap keluarga
itu memang akan demikian." Hanya itu jawaban sang Ibu.

Anak wanita itupun kemudian tumbuh menjadi dewasa,
tetapi dia tetap saja penasaran, mengapa wajah Ayahnya
yang tadinya tampan menjadi berkerut-merut dan
badannya menjadi terbungkuk-bungkuk ?

Hingga pada suatu malam, anak wanita itu bermimpi.
Di dalam impian itu seolah-olah dia mendengar
suara yang sangat lembut, namun jelas sekali.
Dan kata-kata yang terdengar dengan jelas itu ternyata
suatu rangkaian kalimat sebagai jawaban rasa
kepenasarannya selama ini.

"Saat Ku-ciptakan Laki-laki, aku membuatnya sebagai
pemimpin keluarga serta sebagai tiang penyangga
dari bangunan keluarga, dia senantiasa akan berusaha
untuk menahan setiap ujungnya, agar keluarganya merasa
aman, teduh dan terlindungi. "

"Ku-ciptakan bahunya yang kekar dan berotot untuk
membanting-tulang menghidupi seluruh keluarganya
dan kegagahannya harus cukup kuat pula untuk
melindungi seluruh keluarganya. "

"Ku-berikan kemauan padanya agar selalu berusaha
mencari sesuap nasi yang berasal dari tetes keringatnya
sendiri yang halal dan bersih, agar keluarganya
tidak terlantar, walaupun seringkali dia mendapat
cercaan dari anak-anaknya. "

"Ku-berikan keperkasaan dan mental baja yang akan
membuat dirinya pantang menyerah, demi keluarganya
dia merelakan kulitnya tersengat panasnya matahari,
demi keluarganya dia merelakan badannya berbasah
kuyup kedinginan karena tersiram hujan dan dihembus angin,
dia relakan tenaga perkasanya terkuras demi keluarganya,
dan yang selalu dia ingat, adalah disaat semua
orang menanti kedatangannya dengan mengharapkan hasil
dari jerih-payahnya. "

"Kuberikan kesabaran, ketekunan serta keuletan yang
akan membuat dirinya selalu berusaha merawat
dan membimbing keluarganya tanpa adanya keluh kesah,
walaupun disetiap perjalanan hidupnya keletihan
dan kesakitan kerapkali menyerangnya. "

"Ku-berikan perasaan keras dan gigih untuk berusaha
berjuang demi mencintai dan mengasihi keluarganya,
didalam kondisi dan situasi apapun juga, walaupun
tidaklah jarang anak-anaknya melukai perasaannya,
melukai hatinya. Padahal perasaannya itu pula yang
telah memberikan perlindungan rasa aman pada saat
dimana anak-anaknya tertidur lelap. Serta sentuhan
perasaannya itulah yang memberikan kenyamanan bila
saat dia sedang menepuk-nepuk bahu anak-anaknya
agar selalu saling menyayangi dan saling mengasihi
sesama saudara."

"Ku-berikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya
untuk memberikan pengertian dan kesadaran
terhadap anak-anaknya tentang saat kini dan saat
mendatang, walaupun seringkali ditentang bahkan
dilecehkan oleh anak-anaknya. "

"Ku-berikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya
untuk memberikan pengetahuan dan menyadarkan,
bahwa Isteri yang baik adalah Isteri yang setia
terhadap Suaminya, Isteri yang baik adalah Isteri
yang senantiasa menemani, dan bersama-sama menghadapi
perjalanan hidup baik suka maupun duka,
walaupun seringkali kebijaksanaannya itu akan menguji
setiap kesetiaan yang diberikan kepada Isteri, agar
tetap berdiri, bertahan, sejajar dan saling melengkapi
serta saling menyayangi."

"Ku-berikan kerutan diwajahnya agar menjadi bukti,
bahwa Laki-laki itu senantiasa berusaha sekuat daya
pikirnya untuk mencari dan menemukan cara agar
keluarganya bisa hidup didalam keluarga sakinah dan
badannya yang terbungkuk agar dapat membuktikan, bahwa
sebagai Laki-laki yang bertanggung jawab terhadap
seluruh keluarganya, senantiasa berusaha mencurahkan
sekuat tenaga serta segenap perasaannya, kekuatannya,
keuletannya demi kelangsungan hidup keluarganya. "

"Ku-berikan kepada Laki-laki tanggung-jawab penuh
sebagai pemimpin keluarga, sebagai tiang penyangga,
agar dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya.
Dan hanya inilah kelebihan yang dimiliki oleh
Laki-laki, walaupun sebenarnya tanggung-jawab ini
adalah amanah di dunia dan akhirat."

Terbangun anak wanita itu, dan segera dia berlari,
bersuci, berwudhu dan melakukan shalat malam hingga
menjelang subuh. Setelah itu dia hampiri bilik
Ayahnya yang sedang berdzikir, ketika Ayahnya
berdiri anak wanita itu merengkuh dan mencium
telapak tangan Ayahnya.

"Aku mendengar dan merasakan bebanmu, Ayah."
dan kurindu kasih sayangmu, ayah!

http://putradurie.blogspot.com

Senin, 04 Agustus 2008

MEMBUAT SAYA BINGUNG

Entah apa yang ada dalam fikiran cewek2 zaman sekarang, higga menurut saya makin lama makin goblok dan makin gazzzebo...



Mengapa demikian. silahkan anda lihat sendiri di lingkungan anda (saya yakin pasti ada), cewek2 tidak hanya memakai baju adiknya, tapi juga sudah mulai memakai celana adiknya (istilah saya selana botol=bodoh dan tolol). memang aneh dan gila, tapi itulah yang terjadi sekarang.

Yang membuat saya tidak habis fikir, apakah mereka tidak merasa canggung dan malu (ato dah tidak punya kemaluan?), apakah mereka tidak merasa gerah dan supek dengan celana dan baju yang begitu ketat dan lengketnya, mirip kayak cat, menempel sesuai lekukan dinding.
Memang sekarang kita (kita ato saya doank ya?) sudah rada sulit membedakan mana orang goblok, mana orang gila, mana orang tolol, mana orang tidak punya baju, mana orang yang sadar dan mana orang2 yang lain.

Intinya, hingga saat ini saya masih merasa sadar, artinya masih bisa membedakan antara sesuatu yang berbeda dari yang baik dan yang buruk (seperti hal di atas)...
Entah menurut anda, apakah yang saya maksud juga sana seperti maksud anda. Kalau tidak sama berarti menurut saya anda termasuk yang goblok, tolol, gila dan tolol - tolol yang lain... semoga tidak.

Entah...