Rabu, 14 Desember 2011

Masih Dengannya

Dah berhari-hari, bahkan berminggu-minggu mikirin yang satu ini.
Gak hanya mikirin, tapi juga ngelakuin, ehhh salahh...ngerjain hal ini.

Gak ribet sih, juga gak rumit, ato sulit.
Cuman kenapa kalo dah mo berhubungnan, ato lebih enaknya kalo dah bersentuhan dengan hal ini, minat dan keinginan mencet-mencet langsung turun, maksud gw mencet-mencet keyboard... ;-D

Memang, selalu buat malass kalo dah megangin laptop yang ngebuka proposal (tesis),
mending dan tentu lebih asyik kalo maen game

hah, semoga cepat berakhir..........

Senin, 28 November 2011

Bwt Proposal Thesis

Sudah berusaha, sedang diusahakan, dalam proses, dan buat pusing.

Begitulah kisahnya kalo lagi buat proposal thesis, pusing dan bingung.
Gimana nanti kalo buat thesisnya, pasti lebih pusing lagi.

Tapi harus tetap optimis, semangat, dan pantang menyerah,
wujudkan mimpimu!!

Senin, 31 Oktober 2011

Kegilaan Bogor

Gak tau apa emang lagi musim ato gmn, yang pasti saat ini daerah Bogor, khususnya daerah Dramaga sedang musim maling laptop.

Dengan berbagai modus operandi yang sudah umum, maupun modus2 yang sama sekali baru, para maling ini beraksi saban hari. Kadang dapat 1, 2, 3, 4, 5 dan bahkan 6 buah laptop dalam sekali aksi.
Kosan dibobol, kontarakan dibobol, pintu dibobol, jendela dibobol, hampir2 semuanya yang punya lubang atau yang bisa berlubang, DIBOBOL.

Modus dengan berpura2 mencari teman di kosan, pura2 cari kosan, pura2 salah kosan, bahkan dengan cara2 halus mencari duplikat kunci kosan, seperti yang terjadi di kosanku. Juga dengan cara membobol lewat jendela kamar, seperti yang terjadi denganku.

Gak tau sudah berapa ratus buah laptop yang berhasil digondol oleh kawanan maling2 itu.
Alhamdulillah, salah seorang kawanan yang pernah beraksi di kosanku berhasil dibekap setelah sebelumnya berhasil membobol 5 kamar, dan membawa lari 2 buah laptop. Itupun ketahuan saat sedang mencoba mencongkel kamar ke-6, (betul2 gila...)

Begitulah kalo tinggal di kosan sekitar Dramaga, jadi harus selalu waspada, kalo gak, anda mungkin jadi korban selanjutnya,
---betul2 kegilaan para maling di Bogor----.

Kamis, 30 Juni 2011

PEMERAHAN PADA SAPI PERAH

Bagi rekan-rekan semua yang lagi butuh pustaka tentang teknik pemerahan pada sapi perah, ni aq bagi-bagi, gratiss:

PEMERAHAN PADA SAPI PERAH





Muhammad Alwi
(D151100131)











SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

BAB 1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Proses pemerahan merupakan aspek penting dalam peternakan sapi perah. Hal ini disebabkan karena susu adalah produk utama dari sapi perah, dan jika tidak ditangani dengan baik, maka kualitas susu yang dihasilkan tidak akan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Susu sebagai bahan yang kaya dengan kandungan nutrisi menyebabkan mikroba akan mudah berkembang biak pada susu, demikian juga berbagai pencemer lainnya berupa material fisik dari lingkungan sekitar, dan juga susu sangat mudah menyerap bau yang ada. Berdasarkan hal ini, maka dibutuhkan penangan khusus sebelum, ketika, dan setelah proses pemerahan ternak, demikian juga susu yang dihasilkan, harus segera ditangani dengan baik dan benar, tentu tujuan utamanya adalah untuk menghindari kerusakan pada produk susu yang telah diperah.
Produk susu yang dihasilkan haruslah selalu dikontrol mutunya. Pemeriksaan kualitas susu secara rutin merupakan prosedur standar yang harus dilakukan agar dapat diketahui kualitas susu secara kontinyu. Analisa keadaan dan kualitas susu meliputi berbagai uji, diantaranya uji fisik (bau, rasa, warna, dan kekentalan), uji alkohol, pengukuran kadar protein, kadar lemak, bahan kering, dan beberapa jenis pengujian lainnya. Intinya adalah sebagai kontrol kualitas produk susu yang dihasilkan. Pengujian yang dilakukan tentunya atas dasar menjaga kualitas produk yang dihasilkan. Hal ini sebagai kontrol mutu sesuai dengan standar yang berlaku, yaitu SNI.
Pemerahan ternak dapat dilakukan dengan cara tradisional (dengan menggunakan tangan), dan dengan cara modern (menggunakan mesin). Masing-masing cara memiliki keunggulan tensendiri, sehingga perlu disesuaikan dengan keadaan peternakan yang dikelola. Cara tradisional tidak membutuhkan biaya tinggi, tetapi kualitas susu perahan yang dihasilkan cenderung lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan cara modern (Himam, 2008).
Pemerahan merupakan satu kesatuan proses dari pra-pemerahan, saat pemerahan, dan setalah pemerahan, dan juga penangan hasil pemerahan. Proses ini haruslah dilakukan secara sempurna dan selalu memperhatikan semua aspek yang meliputinya. Penerapan prosedur pemerahan yang baik dan benar diharapkan dapat meningkatkan kualitas susu yang dihasilkan.

Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk membahas hal-hal penting yang berkaitan dengan proses pemerahan pada sapi perah, meliputi pengujian kualitas susu dan teknik pemerahan.

Manfaat
Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan petunjuk teknis persiapan pemerahan, proses pemerahan dan pengujian kualitas susu yang dihasilkan.

BAB II
PEMBAHASAN
1. Analisa Keadaan dan Kualitas Susu
a. Pengertian Susu Segar Murni
Menurut SNI 01-3141-1998, susu segar murni adalah cairan yang berasal dari ambing sapi sehat dan bersih, yang diperoleh dengan cara yang benar, yang kandungan alaminya tidak dikurangi dan ditambah sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun kecuali proses pendinginan tanpa mempengaruhi kemurniannya. Syarat mutu susu segar murni adalah tertera pada tabel 1.
Tabel 1. Syarat Mutu Susu Segar Murni
a. Berat Jenis (suhu 270 C) Minimal 1,0280
b. Kadar lemak Minimal 3%
c. Kadar BK tanpa lemak Minimal 8%
d. Kadar protein Minimal 2,7%
e. Warna, rasa, bau, kekentalan Tidak ada perubahan
f. Derajat asam 6-70 SH
g. Uji alkohol Negatif
h. Uji katalase maksimum 3 cc
i. Angka refraksi 36-38
j. Angka reduktase 2-5 jam
k. Cemaran mikroba total 1x106 CFU/ml
l. Jumlah sel radang Maksimum 2x105/ml
m. Kotoran dan benda asing Negatif
n. Uji pemalsuan Negatif
o. Titik beku -0,52 s/d -0,560 C
p. Uji peroxidase positif
Sumber: SNI 01-3141-1998
b. Uji Mastitis
Mastitis adalah istilah yang digunakan untuk radang yang terjadi pada ambing, baik bersifat akut, subakut ataupun kronis, dengan kenaikan sel di dalam air susu dan perubahan fisik maupun susunan air susu, disertai atau tanpa adanya perubahan patologis pada kelenjar (Rahayu, 2003). Pengamatan secara klinis adanya peradangan ambing dan puting susu, perubahan warna air susu yang dihasilkan. Uji lapang dapat dilakukan dengan menggunakan California Mastitis Test (CMT), yaitu dengan suatu reagen khusus.
Teknik pengamatan yaitu dengan cara mengambil 4-5 ml susu dari masing-masing puting, kemudian diletakkan pada cawan uji seperti tampak pada gambar 1., lalu diteteskan reagen khusus setara dengan banyaknya susu. Goyang cawan sekitar 10 detik agar reagen bercampur. Segera baca keadaan susu sebelum 20 detik, karena hasil akan segera hilang.

Gambar 1. Pengambilan Air Susu

Gambar 2. Hasil Campuran Susu dengan Reagen
Tabel 2. Skor Hasil Uji CMT
Skor CMT Rata-rata sel/ml Description of reaction
N (negative) 100,000 Tidak ada gumpalan, homogen
T (trace) 300,000 Gumpalan sedikit. Rekasi hilang dalam 10 detik
1 900,000 Gumpalan nyata, tidak ada jel terbentuk.
2 2,700,000 Cepat menggumpal, mulai membentuk jel, tingkat pada bawah cup.
3 8,100,000 Jel terbentuk, permukaan meningkat, memusat ditengah

c. Uji Penetapan Berat Jenis (BJ)
Standar ini menetapkan metoda untuk mengukur berat jenis (BJ) susu segar. Prinsipnya adalah bahwa benda padat yang dicelupkan ke dalam suatu cairan akan mendapatkan tekanan ke atas seberat volume cairan yang dipindahkan. Berat jenis diukur di antara suhu 20 - 300C kemudian disesuaikan pada :
BJ. 27,50 76 cm Hg.
27,50
Cara pengujian: homogenkan susu dengan sempurna (dituangkan dari gelas piala satu ke gelas piala lainnya), kemudian dengan hati-hati dituangkan kedalam tabung tanpa menimbulkan buih. Dengan hati-hati laktodensimeter dicelupkan ke dalam susu dalam tabung tadi, biarkan timbul dan tunggu sampai diam. Baca skala yang ditunjukkan dan angka yang terbaca menunjukkan angka ke-2 dan ke-3 dibelakang koma, sedangkan desimal ke-4 dikira-kira. Cara pengujian ini pada suhu 270C.
d. Uji Kadar Lemak Metoda Gerber
Metoda Gerber adalah prosedur empiris untuk menentukan nilai kadar lemak susu dalam satuan gram lemak per 100 ml susu. Prinsipnya adalah bahwa asam sulfat pekat merombak dan melarutkan kasein dan protein lainnya, sehingga menyebabkan hilangnya bentuk dispersi lemak. Pemisahan lemak dipercepat dengan penambahan amil alkohol yang akan mencairkan lemak dengan panas yang ditimbulkannya. Dengan sentrifugasi akan menyebabkan lemak terkumpul dibagian skala dari butirometer.
Prosedurnya adalah masukkan 10 ml asam sulfat pekat ke dalam butirometer, lalu tambahkan 10,75 ml contoh susu dan 1 ml amil alkohol. Urutan dari pemasukan bahan ke dalam butirometer harus runtut seperti cara di atas. Kemudian butirometer disumbat sampai rapat, kemudian dikocok sehingga bagian-bagian di dalamnya tercampur rata. Setelah terbentuk warna ungu tua sampai kecoklatan (terbentuk karamel), masukkan butirometer ke dalam sentrifus dan disentrifusi pada 1200 rpm selama 5 menit. Kemudian masukkan butirometer ke dalam penangas air dengan suhu 650 C selama 5 menit. Setelah itu, bacalah skala yang tertera pada butirometer. Skala tersebut menunjukkan persen kadar lemak.
e. Pengukuran Kadar Bahan Kering Tanpa Lemak (BKTL)
Metoda ini untuk perhitungan kadar bahan kering tanpa lemak dalam susu segar dengan cepat. Untuk metode ini diperlukan data persentase kadar lemak dan berat jenis (BJ) susu. Caranya adalah dengan menggunakan rumus berikut:
BK = 1,311 x L + 2,738 100 (BJ - 1)
BJ
dimana : BK = Kadar Bahan Kering
L = Kadar Lemak susu
BJ = Berat Jenis susu
Penetapan Kadar Bahan Kering Tanpa Lemak berdasarkan rumus :
BKTL = BK - L
dimana : BKTL = Bahan Kering Tanpa Lemak
BK = Kadar Bahan Kering
L = Kadar Lemak susu.

f. Uji protein menurut Kjeldahl
Prinsipnya adalah pemanasan contoh susu dalam asam sulfat pekat mengakibatkan terjadinya destruksi protein menjadi unsur-unsurnya. Untuk mempercepat proses destruksi tersebut sering ditambahkan kalium sulfat bersamaan dengan cupri sulfat (sebagai indikator) sehingga gugusan N (organik) akan berubah menjadi gugusan amonium sulfat. Melalui penambahan natrium hidroksida dan pemanasan terjadilah proses destilasi dimana amonium sulfat akan dipecah menjadi amonia. Selanjutnya amonium yang dibebaskan akan ditangkap oleh asam borat, sedangkan sisa asam borat yang tidak bereaksi dengan amonia akan dititrasi dengan asam klorida 0,1 N. Selisih jumlah titrasi contoh dengan blanko merupakan jumlah ekivalen nitrogen.
Prosedurnya yaitu masukkan ke dalam labu Kjeldahl 5 gram contoh susu, batu didih, 10 gram K2SO4 dan 0,25 gram CuSO4. Kemudian tambahkan 20 ml H2SO4 dan campur dengan baik. Panaskan hingga tidak ada uap, teruskan pemanasan sampai mendidih dan sekali-sekali labu diputar. Setelah cairan dalam labu terlihat jernih dan tak berwarna, teruskan pemanasan selama 90 menit, kemudian didinginkan. Setelah mencapai suhu kamar, tambahkan 150 ml aquades serta beberapa butir batu gelas, campur dan biarkan hingga dingin. Di dalam erlenmeyer terpisah masukkan 50 ml asam borat, 4 tetes indikator dan campurkan. Kemudian tempatkan di bawah pendingin (Leibig) sehingga ujung pipa mengenai asam borat. Melalui dinding, masukkan secara perlahan-lahan dan hati-hati 80 ml larutan NaOH ke dalam labu Kjeldahl sehingga NaOH tidak tercampur dengan isi dari labu tersebut. Pasanglah labu Kjeldahl dengan segera pada alat destilasi. Panaskan labu Kjeldahl, mula-mula secara perlahan-lahan sampai dua lapisan cairan tercampur, kemudian panaskan dengan cepat sampai mendidih. Atur panasnya sampai terjadi proses destilasi (pemanasan minimum 20 menit). Menjelang berakhirnya proses destilasi letakkan labu erlenmeyer pada tempat yang lebih rendah sehingga ujung pipa tidak menyentuh larutan asam borat lagi. Dinginkan hasil destilasi (destilat) dan jaga agar larutan asam borat tidak turut panas. Titrasi destilat dengan HCl 0,1 N. Lakukan prosedur diatas terhadap 5 ml aquades sebagai blanko/kontrol. Cara perhitungan sebagai berikut:
Kandungan protein (%) = 1,4 x N x (A - B) x 6,38
C
N = Normal HCl
A = Jumlah HCl yang digunakan untuk titrasi contoh (ml)
B = Jumlah HCl yang digunakan untuk titrasi blanko (ml)
1,4 = berat dari N (secara analitik), ekivalen untuk 1 ml HCl 0,1 N
C = Berat contoh susu yang digunakan (gram)

g. Uji Alkohol
Prinsipnya adalah bahwa kestabilan sifat koloidal protein-protein susu tergantung pada selubung air yang menyelimutinya. Hal ini terutama pada kasein. Bila susu dicampur dengan alkohol yang mempunyai sifat dehidrasi maka protein tersebut akan terkoagulasi sehingga susu tersebut akan pecah. Semakin tinggi derajat keasaman susu yang diperiksa, maka akan semakin rendah jumlah alkohol dengan kepekatan tertentu yang diperlukan untuk memecahkan susu dengan volume yang sama. Percobaan mulai positif pada derajat asam 8 - 90 SH.
Prosedurnya yaitu masukkan 5 ml susu ke dalam tabung reaksi. Tambahkan alkohol 70% dalam jumlah yang sama. Amati terhadap adanya gumpalan dan atau pemisahan bagian-bagian protein susu. Adanya butiran atau gumpalan susu menunjukkan reaksi positif.
h. Uji Jumlah Cemaran Mikroba
Pengujian cemaran mikroba dalam susu segar bertujuan sebagai indikator sanitasi dalam proses produksi atau penanganan susu serta sebagai indikator kesehatan dan keamanan susu. Berbagai macam uji mikrobiologi dapat dilakukan, meliputi uji kuantitatif mikroba untuk menentukan kualitas, uji kualitatif bakteri patogen untuk menentukan tingkat keamanannya, serta uji bakteri indikator untuk menentukan tingkat sanitasi susu tersebut. Prinsip uji ini adalah bahwa angka lempeng total (Total Plate Count) dimaksudkan untuk menunjukkan jumlah mikroorganisme yang terdapat dalam susu dengan metoda hitungan cawan. Jika sel mikroba yang masih hidup ditumbuhkan pada medium agar, maka sel mikroba tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop.
Prosedur pengujiannya yaitu lakukan pengenceran contoh susu secara desimal (menjadi pengenceran 1:10, 1:100, 1:1000, dan seterusnya). Letakkan labu erlenmeyer secara berderet dan masing-masing diberi tanda 1:10, 1:100, 1:1.000, dan seterusnya serta 1 (satu) labu erlenmeyer lainnya dengan tanda K (Kontrol). Deretkan pula cawan petri di depan labu erlenmeyer seperti dimaksud diatas, disesuaikan dengan pengencerannya. Untuk meningkatkan ketepatan pengujian, sebaiknya pemupukan dilakukan secara duplo. Dengan mengetahui sejarah contoh susu serta berdasarkan pengalaman, maka cemaran mikroba dalam susu dapat diperkirakan jumlahnya secara kasar, sehingga pemupukan pada cawan petri dapat diambil dari 3 atau 4 konsentrasi tertentu yang berurutan.
Bila diharapkan jumlah cemaran susu adalah 105, maka contoh susu dikocok dengan shaker atau pengocok mekanis dan dengan menggunakan pipet steril pindahkan 0,1 ml ke dalam cawan petri bertanda 10-1 dan sebanyak 1 ml ke dalam Buffered Peptone Water 0,1% dalam labu erlenmeyer I bertanda 1 : 10. Kocok labu erlenmeyer (I) ini dengan shaker atau pengocok mekanis, kemudian dengan pipet steril dipindahkan 0,1 ml ke dalam cawan petri bertanda 10-2, dan 1 ml ke dalam labu erlenmeyer II bertanda 1:100. Lakukan prosedur yang sama untuk mempersiapkan pemupukan selanjutnya. Dengan pipet steril, pindahkan 1 ml Buffered Peptone Water dari labu Erlenmeyer bertanda K ke dalam cawan petri bertanda K. Sementara itu tabung reaksi yang berisi 12 - 15 ml PCA dipanaskan dalam penangas air sampai mencair, kemudian didinginkan sampai suhunya mencapai 40 - 50oC. Tuangkan tiap 12 - 15 ml PCA tadi ke masing-masing cawan petri yang sudah berisi larutan contoh. Supaya larutan contoh dan media PCA dapat tercampur dengan baik, maka lakukan gerakan searah gerakan jarum jam yang dilanjutkan dengan gerakan berlawanan dengan arah jarum jam, atau dengan gerakan seperti angka delapan, masing-masing sebanyak 5 kali. Selama pencampuran, jaga jangan sampai tutup cawan terkena campuran larutan contoh dan media tersebut. Biarkan cawan-cawan tersebut pada posisi horisontal sampai mengeras. Segera setelah media mengeras, cawan-cawan petri tersebut dibalik hingga posisi tutupnya berada di bawah, dan masukkan ke dalam inkubator 35oC selama 48 jam. Cawan-cawan harus diatur sedemikian rupa sehingga inkubator tidak terlalu penuh, dan tidak ada cawan yang menyentuh dinding inkubator. Cawan boleh diatur bersusun yang tingginya tidak lebih dari 6 cawan.
Perhitungan cawan setelah inkubasi, maka pilih cawan yang ditumbuhi oleh koloni yang jumlahnya antara 25 - 250. Bila cawan dari tingkat pengenceran berbeda memiliki jumlah koloni pada kisaran tersebut di atas, maka pilihlah cawan dengan koloni yang lebih banyak. Jumlah koloni per ml susu dihitung dengan mengalikan jumlah rata-rata koloni dari pengenceran yang dipilih dengan kebalikan dari faktor pengenceran. Misalnya, jika setelah diinkubasi diperoleh 60 dan 64 koloni pada masing-masing cawan duplo yang mengandung pengenceran 10-4, maka jumlah koloni dapat dihitung sebagai berikut (1 ml larutan pengencer dianggap mempunyai berat 1 gram):
Faktor pengenceran = Pengenceran x Jumlah yang ditumbuhkan
= 10-4 x 1,0
= 10-4
Jumlah koloni = Jumlah koloni x 1/faktor pengenceran per cawan
= (60 + 64)/2 x 1/10-4
= 6.2 x 105

i. Uji yang lainnya
Selain jenis uji susu segar yang disebutkan di atas, ada beberapa jenis uji susu yang lainnya, yaitu uji warna, bau, rasa dan kekentalan, uji titrasi keasaman Soxhlet Henkel, uji katalase, uji reduktase, uji sedimen, uji Penentuan titik beku, perhitungan jumlah sel radang, uji kebersihan, uji pemalsuan, pengukuran jumlah bakteri patogen (coliform, E. colii, S. aureus, dan Salmonella) dan uji peroksidase dengan metoda Storch. Semua jenis pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui kualitas produk susu yang dihasilkan, sehingga mutu produk dapat selalu terkontrol.




2. Teknik Pemerahan
Teknik pemerahan sapi dapat dilakukan dengan menggunakan mesin pemerah (“milking machine”) dan dengan tangan (“hand milking”) (Prihadi, 1996).
a. Pemerahan Menggunakan Tangan
Metode pemerahan dengan tangan terdiri dari tiga metode, yaitu metode full hand (seluruh jari), knevelen dan strippen. Pemerahan dengan menggunakan seluruh jari biasanya dilakukan pada sapi yang mempunyai ambing dan puting yang panjang dan besar. Pemerahan dilakukan dengan cara puting dipegang antara ibu jari dengan jari telunjuk pada pangkal puting menekan dan meremas pada bagian atas, sedangkan ketiga jari yang lain menekan dan meremas bagian tubuh puting secara berurutan, hingga air susu memancar keluar dan dilakukan sampai air susu dalam ambing habis (Abubakar, et. al., 2009).

Gambar 3. Cara Pemerahan Full Hand (Syarief dan Sumoprastowo, 1990).
Metode pemerahan cara strippen adalah metode pemerahan menggunakan dua jari sambil menarik puting. Cara ini sering dilakukan pada sapi yang memiliki ukuran puting kecil, yaitu dilakukan dengan cara memijat puting dengan ibu jari dan jari telunjuk pada pangkal puting dan diurutkan ke arah ujung puting sampai air susu memancar keluar. Cara ini harus menggunakan vaselin atau minyak kelapa sebagai pelicin, agar tidak terjadi kelecetan pada puting.

Gambar 4. Cara Pemerahan Strippen (Syarief dan Sumoprastowo, 1990).
Cara pemerahan knevelen adalah pemerahan dengan menggunakan seluruh tangan. Cara ini mirip dengan cara full hand, tetapi ibu jari ditekuk saat menekan bagian atas puting, sehingga bagian punggung ibu jari yang menekan puting. Cara ini juga digunakan pada sapi yang memiliki ukuran puting kecil. Semua cara pemerahan dengan tangan, pembersihan dan disinfektan dilakukan pada masing-masing puting ketika proses pemerahan telah selesai, hal ini untuk mencegah infeksi dan radang ambing (mastitis) (Abubakar et. al., 2009)

Gambar 5. Cara Pemerahan Knevelen (Syarief dan Sumoprastowo, 1990).
b. Pemerahan Menggunakan Mesin
Metode pemerahan dengan mesin perah modern dewasa ini menggunakan cara mekanisasi, artinya pemerahan memakai mesin sebagai pengganti tangan. Dalam peternakan sapi perah, mesin perah dibedakan menjadi 3 yaitu sistem ember (bucket system), sistem pipa (pipe line system) dan sistem bangsal pemerahan (milking parlor system) (Himam, 2008).
1. Sistem ember adalah salah satu sistem pemerahan yang menggunakan mesin sebagai pengganti tangan yang dapat dipindah-pindah dari tempat satu ke tempat lain (mobile). Sistem ini cocok digunakan untuk peternakan kecil. Susu hasil perahan dari sistem ini ditampung di ember yang terdapat di setiap mesin. Setelah itu, susu hasil perahan setiap ekor sapi ditakar terlebih dahulu, kemudian dituang di tangki pendingin. Pemerahan dengan sistem ini dapat diterapkan di Indonesia pada peternak sapi perah yang jumlah sapi induk kurang dari 10 ekor atau pada peternak sapi perah rakyat yang kandangnya berkelompok. Pemerahan dengan sistem ember ini perlu dirintis di Indonesia dengan harapan dapat menekan kandungan mikroba dalam susu.


Gambar 6. Alat Perah Sistem Bucket (mobile)
2. Sistem Pipa (Pipe line system), pada sistem ini pemerahan langsung juga berada di dalam kandang dimana sapi yang yang akan diperah tetap terikat ditempatnya. Mesin perah dipindah dari sapi satu ke sapi berikutnya. Sedang susu hasil pemerahan langsung dialirkan ke dalam tangki pendingin melalui pipa tanpa berhubungan dengan udara luar. Sistem pemerahan dengan cara ini dilakukan pada peternakan sapi perah skala besar dengan kapasitas ratusan hingga ribuan ekor sapi. Sistem pemerahan dengan sistem pipa ini dapat dilihat pada gambar 7.

Gambar 7. Sistem Pemerahan Pipe Line
3. Sistem bangsal pemerahan (milking parlor system) berlangsung di suatu bangsal atau ruang khusus yang disiapkan untuk pemerahan. Di bangsal ini ditempatkan beberapa mesin perah. Setiap satu mesin melayani seekor sapi. Sasu hasil pemerahan langsung ditampung di tangki pendingin (cooling unit) sesudah melalui tabung pengukur produksi yang terdapat pada setiap mesin. Sapi yang akan diperah digiring ke bangsal pemerah melalui suatu ternpat (holding area) yang luasnya terbatas dan sapi berdesakan. Di holding area sapi dibersihkan dengan sprayer dari segala arah (Gambar 8.), selanjutnya sapi satu per satu masuk bangsal (milking parlor). Sistem ini biasanya digunakan oleh peternakan dengan industri.

Gambar 8. Mesin Perah Sistem Bangsal
Pemerahan menggunakan mesin masih sangat jarang digunakan di Indonesia karena peternakan sapi perah umumnya dalam skala kecil. Cara kerja pemerahan menggunakan mesin perah hampir sama dengan pemerahan menggunakan tangan, hanya bedanya adalah pemerahan dilakukan dengan mesin. Sebelum pemerahan, ambing dibersihkan dan dirangsang terlebih dahulu menggunakan rabaan tangan, kemudian diperiksa pancaran pertama air susu dari masing-masing puting. Apabila ada penggumpalan, bernanah, berdarah dan kelainan yang lain, menandakan puting ataupun ambing dalam keadaan tidak sehat. Sebaiknya tidak dilakukan pemerahan dengan menggunakan mesin (Abubakar et. al., 2009).
Setalah ambing dipersiapkan (dibersihkan, dirangsang dan diperiksa), kemudian mesin perah dipasangkan pada masing-masing puting lalu mesin di jalankan (di“on”kan). Pemerahan berjalan dan susu yang dihasilkan ditampung didalam ember ataupun tangki penampungan. Lamanya pemerahan untuk setiap individu sapi kurang lebih selama delapan menit. Hal ini tergantung pada banyaknya produksi susu yang dihasilkan dan kemampuan mesin perah. Apabila corong mesin perah pada puting lepas, maka harus segera dipasang kembali, dan apabila aliran susu mulai sedikit atau habis, maka segera corong puting harus segera dilepaskan. Penuntasan sisa pemerahan dilakukan dengan menggunakan tangan. Pembersihan dan disinfektan dilakukan pada masing-masing puting ketika proses pemerahan telah selesai, hal ini untuk mencegah infeksi dan radang ambing (mastitis) (Abubakar et. al., 2009).

3. Beberapa Hal Penting dalam Pemerahan
a. Pra-pemerahan
Alat-alat yang diperlukan untuk pemerahan susu harus disiapkan terlebih dahulu, yaitu ember yang bermulut sempit untuk penampung susu, milk can, saringan dan alat uji mastitis, dipersiapkan dalam keadaan kering dan bersih. Alat-alat sebelumnya dicuci menggunakan air bersih bila perlu menggunakan deterjen dan dibilas dengan air panas (60-70oC) untuk membunuh mikroba dan melarutkan lemak susu yang menempel pada alat-alat, selanjutnya alat-alat dikeringkan. Peralatan yang tidak bersih dapat mengakibatkan susu mengandung banyak mikroba. (Usmiati dan Abubakar, 2009).

Gambar 9. Alat-alat yang Harus Disiapkan Sebelum Pemerahan
Ambing sapi dan daerah lipatan paha sapi terlebih dahulu dibersihkan dengan kain bersih yang telah dibasahi air bersih hangat. Pemerahan menggunakan tangan, maka untuk menghindari ekor sapi mengotori susu, ekor sapi diikat, dan rambut daerah lipatan paha sapi perah diguntung untuk menghindari jatuhnya rambut ke dalam susu sehingga menjamin kebersihan susu.

Gambar 10. Pengikatan Ekor Sapi
Menurut Prihadi (1996) bahwa uji CMT positif apabila dari sampel susu setelah ditambah dengan reagen CMT dan digoyang - goyang hingga tercampur akan menghasilkan gel atau susu yang menjendal, semakin kental jendalan susu yang terjadi berarti semakin banyak sel - sel darah putih dan somatic sel terdapat dalam susu.


Gambar 11. Alat Uji Mastitis pada Sapi Perah
Susu merupakan bahan yang mudah terkontaminasi oleh mikroba dari lingkungan, dan juga susu mudah menyerap bau-bauan yang berasal dari lingkungan sekitar. Oleh karena itu, sebelum dilakukan pemerahan, perlu dilakukan pembersihan kandang dan lingkungan sekitar sapi agar kontaminasi dapat diminimalisir.

Gambar 12. Proses Pembersihan Kandang
Proses pemerahan menggunakan mesin, maka perlu memperhatikan kebersihan mesin pemerah. Pembersihan dilakukan sebelum dan setalah pemerahan, sesuai dengan petunjuk teknis dari produsen mesin pemerahan.
b. Saat Pemerahan
Bagi pelaksana pemerahan, maka perlu mempersiapkan kondisi fisik yang sehat, sudah mencuci tangan dan menggunakan pakaian pemerahan yang bersih, dan sebaiknya menggunakan topi. Perlu juga diperhatikan kuku jari tangan, agar dipotong pendek untuk menghindari luka pada puting selama proses pemerahan. Selama proses pemerahan, maka pemerah dilarang merokok, bersiul, makan makanan ringan, dan bersenda gurau, ataupun mengeluarkan suara bising yang dapat menggangu ketenganan sapi (Abubakar, et. al., 2009).
Selang waktu pemerahan harus diatur agar selalu konstan. Umumnya pemerahan dilakukan sebanyak dua kali sehari, yakni pada pagi dan sore hari. Namun, jika produksi susu yang dihasilkan lebih dari 25 liter/hari, pemerahan sebaiknya dilakukan tiga kali sehari, yakni pagi, siang dan sore hari. Selang pemerahan dapat menentukan jumlah susu yang dihasilkan. Jika jaraknya sama, yakni 12 jam, maka jumlah susu yang dihasilkan pada pagi dan sore hari akan sama. Namun, apabila jarak pemerahan tidak sama, maka jumlah susu yang dihasilkan pada sore hari akan lebih sedikit daripada susu yang dihasilkan pada pagi hari.
c. Setelah Pemerahan
Ternak sapi yang telah diperah harus segera diolesi larutan iodin pada masing-masing putingnya. Hal ini untuk menghindari infeksi mikroba yang dapat menyebabkan radang pada ambing. Puting yang baru selesai diperah belum menutup secara sempurna, sehingga memudahkan masuknya mikroba dari lingkungan. Segera setelah proses pemerahan selesai, semua peralatan yang digunakan harus dicuci hingga bersih. Pencucian dengan cara menggunakan deterjen, kemudian dibilas dengan air dingin, dan terakhir dibilas dengan air panas. Kemudian peralatan disimpan kembali di tempat yang bersih (Abubakar, et. al., 2009).
Produk susu yang dihasilkan juga harus segera ditangani dengan benar. Hal ini disebabkan susu adalah produk yang mudah rusak dan terkontaminasi. Menurut Saleh (2004), cara penanganan air susu sesudah pemerahan adalah sebagai berikut:
1. Air susu hasil pemerahan harus segera dikeluarkan dari kandang untuk menjaga jangan sampai susu tersebut berbau sapi atau kandang. Keadaan ini penting terutama jika keadaan ventilasi kandang tidak baik.
2. Air susu tersebut disaring dengan saringan yang terbuat dari kapas atau kain putih dan bersih, susu tersebut disaring langsung dalam milk can. Segera setelah selesai penyaringan milk can tersebut ditutup rapat. Kain penyaring harus dicuci bersih dan digodok kemudian dijemur. Bila kain penyaring tersebut hendak dipakai kembali sebaiknya disetrika terlebih dahulu.
3. Tanpa menghiraukan banyaknya kuman yang telah ada, air susu perlu didinginkan secepat mungkin sesudah pemerahan dan penyaringan sekurang-kurangnya pada suhu 4–7oC selama 2 atau 3 jam. Hal ini dilakukan untuk mencegah berkembangnya kuman yang terdapat didalam air susu. Bila tidak mempunyai alat pendingin maka pendinginan tersebut dilakukan dengan menggunakan balok es, dalam hal ini milk can yang telah berisi susu dimasukkan kedalam bak yang berisi es balok dan ditutup rapat.

BAB III
KESIMPULAN
Proses pemerahan merupakan salah satu titik kritis dalam industri peternakan sapi perah, maka sangat diperlukan pengetahuan yang baik dan benar tentang prosedur pengelolaan pemerahan. Termasuk didalamnya adalah persiapan pemerahan, saat pemerahan dan penanganan hasil serta peralatan setelah pemerahan. Hal ini untuk mencapai mutu produk susu yang sesuai dengan standar yang berlaku (SNI).



DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. California Mastitis Test (CMT). http://www.infovets.com/demo/demo/dairy/D100.HTM [04 Juni 2011].
Abubakar, C. Sunarko, B. Sutrasno, Siwi S., A. Kumalajati, H. Supriadi, A. Marsudi dan Budiningsih. 2009. Petunjuk Pemeliharaan Bibit Sapi Perah. Departemen Pertanian. Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul Sapi Perah, Baturraden.
Himam, S. 2008. Alat Pemerahan Susu (Milking Machine). Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang.
Prihadi, S. 1996. Tatalaksana dan Produksi Ternak Perah. Universitas
Wangsamangg ala, Yogyakarta.
Saleh, E. 2004. Teknologi Pengolahan Susu Dan Hasil Ikutan Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Sumatera Utara.
SNI 01-3141-1998. 1998. Susu Segar. Badan Standarisasi Nasional.
SNI 01-2782-1998. 1998. Metoda pengujian susu segar. Badan Standarisasi Nasional.
Rahayu, I.D. 2003. Mastitis Pada Sapi Perah. Fakultas Pertanian Peternaka Universitas Muhammadiyah Malang.
Syarief, M. Z dan C. D. A. Sumoprastowo. 1990. Ternak Perah. C.V. Yasaguna, Jakarta.
Usmiati, S. dan Abubakar, 2009. Teknologi Pengolahan Susu. Balai Besar Penelitan dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor.

Animal Welfare Sapi Potong

ANIMAL WELFARE DAN ANIMAL RIGHTS, KAITANNYA DENGAN BIONOMIKA TERNAK SAPI POTONG



Oleh:
Muhammad Alwi
(D151100131)



SEKOLAH PASCA SARJANA
ILMU DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

Pendahuluan
Lebih dari 50 tahun terakhir, perdebatan tentang fungsi hewan dalam kehidupan manusia untuk diambil manfaatnya merupakan pokok pembahasan oleh berbagai kelompok. Sebagian kelompok mengatakan bahwa hewan memiliki hak yang sama sebagai mahkluk hidup, sama seperti manusia, dan biasanya dikenal dengan animal rights. Animal rights mengatakan bahwa manusia tidak dapat dibedakan haknya dengan hak yang seharusnya didapatkan oleh hewan. Animal rights juga menentang semua penggunaan hewan untuk kepentingan manusia, termasuk untuk konsumsi.
Selain itu juga dikenal paham animal welfare yang pilosophinya berbeda dengan animal rights, yaitu mengatakan bahwa hewan dapat digunakan untuk kepentingan dasar manusia, seperti untuk pangan, pakaian dan penelitian medis, dan tidak ada penindasan terhadap hewan untuk kepentinga manusia.
American Veterinary Medical Association (AVMA) Policy on Animal Welfare and Animal Rights mendeskripsikan animal welfare sebagai sebuah tanggung jawab manusia atas semua aspek yang memberikan kenyamanan kepada hewan, termasuk didalamnya mempersiapkan kandang, manajemen, nutrisi, pencegahan penyakit dan perawatan, pemeliharaan yang baik, penanganan yang baik, dan penyembelihan yang tidak menyiksa.
Perlu juga diketahui pandangan agama (Islam) terhadap kesejahteraan hewan, sebagai pelengkap dan pembanding antara pemahaman yang muncul saat ini, yaitu animal welfare dan animal rights. Hal ini karena agama merupakan petunjuk dari Tuhan bagaimana seharusnya sikap dan tindakan manusia memperlakukan sesama makhluk ciptaanNya. Dengan pengetahuan tentang animal welfare, animal rights dan kejejahteraan hewan menurut agama, akan memungkinkan penerapannya pada bionomika ternak.

Animal Welfare (Kesejahteraan Hewan)
American Veterinary Medical Association (AVMA) mendeskripsikan animal welfare sebagai sebuah tanggung jawab manusia atas semua aspek yang memberikan kenyamanan kepada hewan, termasuk didalamnya mempersiapkan kandang, manajemen, nutrisi, pencegahan penyakit dan perawatan, pemeliharaan yang baik, penanganan yang baik, dan penyembelihan yang tidak menyiksa. Dapat juga diartikan sebagai keadaan fisik dan psikis yang baik yang diberikan manusia kepada hewan.
Animal welfare meliputi peningkatan perawatan dan perlakuan baik pada hewan. Animal welfare percaya bahwa manusia dapat berinteraksi/menggunakan hewan pada berbagai hal, diantaranya untuk hiburan, industri, olahraga dan rekreasi, tetapi tetap memperhatikan kenyamanan dan keselamatan hewan, pada semua jenis hewan tanpa terkecuali. Animal welfare mendukung peraturan tersendiri pada olahraga hewan, termasuk rodeo, polo, balap kuda dan lain-lain. Animal welfare juga menggunakan bukti-bukti ilmiah bagaimana cara perawatan dan pemeliharaan hewan.
Organisasi perlindungan dan kesejahteraan hewan di Amerika adalah ASPCA (American Society For The Prevention Of Cruelty To Animals). Didirikan oleh Henry Bergh pada tahun 1986. Merupakan organisasi penyayang binatang paling tua di Amerika, dan termasuk organisasi yang berkecimpung didunia kesejahteraan hewan yang terbesar di Dunia. Beberapa misi dari ASPCA adalah pencegahan perlakuan kejam terhadap hewan untuk memberikan perlindungan kepada hewan, membebaskan dari penderitaan, meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan, mencegah kekejaman.
Selain ASPCA, juga ada organisasi MSPCA (MA Society For The Prevention of Cruelty To Animal). Didirikan oleh George T. Angell pada tahun 1868 setelah membaca berita tentang kematian dua ekor kuda yang mati setelah pacuan. Organisasi ini menyediakan pelayanan vital, seperti adopsi, pelatihan tingkah laku, program humane-education, dan program pengkebirian.
Konsep umum dari Kesejahteraan hewan (Animal Welfare) tidak terlepas dari usaha atau upaya manusia untuk dapat memelihara hewan meliputi kelestarian hidupnya disertai dengan memberikan perlindungan yang wajar. Pada dasarnya kesejahteraan hewan adalah tanggungjawab manusia selaku pewaris atau pengurus hewan karena hanya manusia yang menguasai dan memanfaatkan hewan ntuk berbagai kepentingan, seperti angkutan, makanan dan lain-lain. World Society for Protection of Animals (WSPA) mengatakan bahwa manusia harus memastikan hewan dapat memenuhi Panca (lima) Azas Kesejahteraan hewan yang terdiri dari: 1). Bebas dari rasa lapar dan haus (Freedom from hunger and thristy). 2). Bebas dari rasa sakit, luka dan penyakit (Freedom from pain, injury and disease). 3). Bebas dari rasa penyalahgunaan dan salah pemanfaatan (Freedom from abused and misused). 4). Bebas untuk melakukan perilaku alaminya (Freedom to express normal behavior). 5). Bebas dari rasa takut dan tertekan (Freedom form fear and distress).
Ketentuan yang diatur dalam Undang-undang No. 6 tahun 1967 pada Pasal 22 menyebutkan bahwa: untuk kepentingan kesejahteraan hewan, maka dengan peraturan pemerintah ditetapkan ketentuan-ketentuan tentang: 1. tempat perkandangan. 2. Pemeliharaan dan perawatan. 3. Pengangkutan. 4. Penggunaan dan pemanfaatan. 5. Cara pemotongan dan pembunuhan. 6. Perlakuan dan pengayoman yang wajar dari manusia terhadap hewan.
Kelompok Hewan yang dimaksud adalah: 1. Hewan ternak/ produksi seperti kambing, unggas dan ternak lain sebagai sumber protein maupun untuk digunakan tenaganya. 2. Hewan hobby/kesayangan seperti anjing, kucing, exotic pets seperti ular, kera, burung, hewan hias seperti burung berkicau, hewan khusus seperti kuda.
3. Hewan liar yaitu hewan yang hidup liar di habitatnya dan yang dilindungi pada konservasi alam. 4. Hewan air seperti ikan, kura-kura atau penyu. 5. Hewan laboratorium/percobaan seperti tikur, kelinci, mencit dan marmut. 6. Hewan liar di kebun binatang, hewan yang aslinya liar namun dipelihara di kebun binatang.
Beberapa tindakan yang melanggar kesejahteraan hewan antara lain adalah:
1. Transportasi hewan yang tidak benar. 2. Menganiaya dan menyakiti hewan serta membiarkan hewan kelaparan. 3. Mencabut kuku, taring atau melakukan pemotongan ekor dan pemangkasan telinga (cosmetic surgery). 4. Penggemukan hewan secara kastrasi pada hewan ternak. 5. Perlakuan terhadap hewan yang dipotong di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) seperti pemberian air minum yang berlebihan dengan tujuan meningkatkan berat badan dan mencelakakan dengan sengaja saat ternak masih hidup agar dapat melakukan penyembelihan hewan secara darurat. 6. Memburu hewan untuk diambil bagian tubuhnya seperti gading, taring dan bulu.

Animal Right (Hak Asasi Hewan)
Philosofi animal rights mengatakan bahwa hewan memiliki hak yang sama dengan manusia. Animal rights juga percaya bahwa manusia tidak memiliki hak untuk menggunakan hewan pada semua hal. Dan ini termasuk pada semua jenis hewan tanpa terkecuali. Animal rights mendukung hukum dan peraturan yang melarang rodeo, pacuan kuda, sirkus, perburuan, hewan percobaan, hewan ternak untuk pangan, kebun binatang, taman laut, dan penggunaan hewan untuk industri, hiburan, olahraga dan rekreasi. Animal rights juga melarang penggunaan hewan untuk uji kosmetik, demonstrasi untuk pelajaran, dan pengembangan senjata.
Beberapa hal yang juga menjadi tuntutan para pendukung animal rights adalah menganjurkan kepada semua orang untuk mengkonsumsi sumber pangan dari tumbuhan dan menghindari memakan hewan. Juga menghapuskan semua peternakan hewan. Penggunaan bahan kimia seperti pestisida, herbisida dan bahan kimia pertanian lainnya juga dilarang.
Organisasi yang mendukung animal rights adalah PETA (People For The Ethical Treatment Of Animals). Beberapa hal berani terbaru yang dilakukan oleh PETA adalah mengatakan dan memberikan literatur kepada anak-anak di restauran McDonald untuk menakuti mereka agar tidak mengkonsumsi susu. Beberapa tahun terakhir, PETA memberikan bantuan dana kepada ELF (Earth Liberatioan Front) yang telah mendapat label dari FBI sebagai kelompok teroris/pengamcam terbesar dan teraktif di US. Sejak tahun 1996, ELF dan kelompok lain yang sejenis, ALF (Animal Liberation Front) telah menyebabkan kerusakan lebih dari $43 juta yang dihasilkan dari 600 serangan melalui pembakaran, perusakan dalam skala besar.



Konsep Kesejahteraan Hewan Menurut Agama Islam
Agama Islam mengajarkan untuk menyayangi bianatang. Karena menyayangi binatang adalah bagian dari ajaran agama ini, maka sepanjang sejarah umat Islam, mereka menjaga dan menjalankan prinsip ini dengan baik. Namun ada perbedaan yang mendasar sekali antara keumuman kelompok pecinta binatang dengan kaum muslimin dalam menyayangi binatang. Kaum muslimin melakukannya karena sikap patuh terhadap perintah agama dan adanya harapan mendapatkan pahala dari menyayangi binatang serta takut terhadap azab neraka bila sampai menzalimi binatang. Nabi SAW bersabda: “Orang yang tidak menyayangi maka tidak disayangi (oleh Allah).” (HR. Al-Bukhari no. 6013)
Pada hadits yang lain, Sahabat Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda: Ketika tengah berjalan, seorang laki-laki mengalami kehausan yang sangat. Dia turun ke suatu sumur dan meminum darinya. Tatkala ia keluar tiba-tiba ia melihat seeokor anjing yang sedang kehausan sehingga menjulurkan lidahnya menjilat-jilat tanah yang basah. Orang itu berkata: “Sungguh anjing ini telah tertimpa (dahaga) seperti yang telah menimpaku.” Ia (turun lagi ke sumur) untuk memenuhi sepatu kulitnya (dengan air) kemudian memegang sepatu itu dengan mulutnya lalu naik dan memberi minum anjing tersebut. Maka Allah berterima kasih terhadap perbuatannya dan memberikan ampunan kepadanya.” Para sahabat bertanya: “Wahai Rasullulah, apakah kita mendapat pahala (bila berbuat baik) pada binatang?” Beliau bersabda: “Pada setiap yang memiliki hati yang basah maka ada pahala.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Bila orang yang berbuat baik kepada binatang mendapatkan ampunan dari Allah SWT, maka sebaliknya orang yang menzalimi binatang akan diancam dengan azab. Nabi SAW bersabda: “Seorang wanita disiksa karena kucing yang dikurungnya sampai mati. Dengan sebab itu dia masuk ke neraka, (dimana) dia tidak memberinya makanan dan minuman ketika mengurungnya, dan dia tidak pula melepaskannya sehingga dia bisa memakan serangga yang ada di bumi.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim, dari sahabat Abdullah bin Umar)
Hak-hak binatang yang harus diperhatikan
1. Memerhatikan pemberian makanan
Nabi SAW bersabda: “Bila kamu melakukan perjalanan di tanah subur, maka berilah binatang (tunggangan) itu haknya. Bila kamu melakukan perjalanan di bumi yang tandus maka percepatlah perjalanan.” (HR. Al-Bazzar, lihat Ash-Shahihah no. 1357)
Hadits ini memberi petunjuk bila seseorang melakukan perjalanan dengan mengendarai binatang serta melewati tanah yang subur dan banyak rumputnya agar memberi hak hewan dari rumput dan tumbuhan yang ada di tempat itu. Namun bila melewati tempat yang tandus sementara dia tidak membawa pakan binatang tunggangannya serta tidak menemukan pakan di jalan, hendaknya dia mempercepat perjalanan agar dia sampai tujuan sebelum binatang itu kelelahan.
2. Tidak memeras tenaga binatang secara berlebihan
Dari sahabat Abdullah bin Ja’far z, dia berkata: Nabi SAW pernah masuk pada suatu kebun dari kebun-kebun milik orang Anshar untuk suatu keperluan. Tiba-tiba di sana ada seekor unta. Ketika unta itu melihat Nabi maka ia datang dan duduk di sisi Nabi dalam keadaan berlinang air matanya. Nabi bertanya, “Siapa pemilik unta ini?” Maka datang (pemiliknya) seorang pemuda dari Anshar. Nabi bersabda, “Tidakkah kamu takut kepada Allah dalam (memperlakukan) binatang ini yang Allah menjadikanmu memilikinya?! Sesungguhnya unta ini mengeluh kepadaku bahwa kamu meletihkannya dengan banyak bekerja.” (HR. Abu Dawud dll, Asy-Syaikh Al-Albani menshahihkannya dalam Ash-Shahihah no. 20)
3. Menajamkan pisau yang akan digunakan untuk menyembelih
Pisau yang tumpul dan tidak tajam akan sulit digunakan untuk menyembelih sehingga binatang yang disembelih tersiksa karenanya. Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah SWT telah menentukan untuk berbuat baik terhadap segala sesuatu. Bila kamu membunuh maka baguskanlah dalam membunuh dan bila menyembelih maka baguslah dalam cara menyembelih. Hendaklah salah seorang kamu menajamkan belatinya dan menjadikan binatang sembelihan cepat mati.” (HR. Muslim)
Namun janganlah seorang mengasah belatinya di hadapan binatang yang akan disembelihnya. Dahulu Nabi SAW pernah menegur orang yang melakukan demikian dengan sabdanya: “Mengapa kamu tidak mengasah sebelum ini?! Apakah kamu ingin membunuhnya dua kali?!” (HR. Ath-Thabarani dan Al-Baihaqi. Asy-Syaikh Al-Albani menshahihkannya dalam Ash-Shahihah no. 24)
4. Tidak memberi cap dengan besi yang dipanaskan pada wajah binatang
Sahabat Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Nabi SAW melewati seekor keledai yang dicap pada wajahnya, maka beliau mengatakan: “Allah SWT melaknat orang yang memberinya cap.” (HR. Muslim)
Namun boleh memberi cap pada binatang pada selain wajah.
5. Tidak menjadikan binatang yang hidup sebagai sasaran dalam latihan memanah dan yang semisalnya.
Sahabat Ibnu Umar berkata: “Sesungguhnya Rasulullah SAW mengutuk orang yang menjadikan sesuatu yang padanya ada ruh sebagai sasaran untuk dilempar.” (Muttafaqun ‘alaih)
Binatang-binatang yang boleh dibunuh
Keharusan menyayangi binatang bukan berarti kita tidak boleh menyembelih binatang yang halal untuk dimakan. Karena agama Islam berada di tengah-tengah, antara mereka yang mengharamkan seluruh daging binatang dan di antara orang-orang yang memakan binatang apapun, meskipun babi. Demikian pula dibolehkan membunuh binatang yang jahat dan banyak mengganggu orang, merusak tanaman dan memakan ternak, seperti burung gagak, burung rajawali, kalajengking, tikus, anjing hitam, dan semisalnya. Nabi SAW bersabda: “Lima binatang yang semuanya jahat, (boleh) dibunuh di tanah haram (suci) yaitu: burung gagak, burung rajawali, kalajengking, tikus, dan anjing yang suka melukai.” (HR. Al-Bukhari no. 1829)
Masih banyak lagi jenis binatang yang boleh dibunuh karena mudharat yang muncul darinya. Namun membunuhnya juga dengan cara yang bagus. Tidak boleh dengan dibakar dengan api, dicincang, atau diikat hingga mati.

Konsep yang Sesuai dengan Bionomika Ternak Sapi Potong
Berdasarkan penjelasan konsep animal welfare dan animal rights, dan pemahaman kesejahteraan ternak berdasarkan agama Islam, dapat diambil kesimpulan bahwa konsep yang sesuai dan memungkinkan untuk digunakan dalam bionomika ternak sapi potong adalah konsep animal welfare, dan sebagai penyeimbang adalah konsep kesejahteraan hewan bedasarkan agama Islam, karena kedua konsep ini pada dasarnya memperlakukan hewan dengan aturan yang sama.
Ada beberapa titik kritis yang harus menjadi perhatian utama pada ternak sapi potong agar sesuai dengan konsep animal welfare, hal ini juga berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang No. 6 tahun 1967 pada Pasal 22. Hal ini mulai dari proses pemeliharaan sampai pada proses penyembelihan, diantaranya adalah:
1. Proses Kastrasi (castrating), Pemotongan Tanduk (pulling), dan Pemberian Cap atau Tanda (tagging)
Berdasarkan konsep animal welfare, bahwa hewan ternak harus bebas dari rasa sakit, luka dan penyakit (Freedom from pain, injury and disease), dan juga bebas dari rasa takut dan tertekan (Freedom from fear and distress), demikian juga pada konsep kesejahteraan hewan dalam hukum Islam. Sahabat Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Nabi SAW melewati seekor keledai yang dicap pada wajahnya, maka beliau mengatakan: “Allah SWT melaknat orang yang memberinya cap (pada wajah)” (HR. Muslim).
Pada proses kastrasi, pemotongan tanduk, dan pemberian cap atau tanda pada ternak sapi potong, ternak akan mengalami sakit dan luka. Hal ini juga akan menyebabkan hewan merasa takut dan tertekan, sehingga menyalahi kondisi animal welfare (kesejahteraan ternak). Berdasarkan hal ini, maka perlu penggunaan metode dan peralatan yang sesuai, dan juga harus dilakukan oleh yang telah ahli, dengan tujuan untuk mengurangi rasa sakit dan keadaan tertekan pada ternak.
2. Proses Penggemukan (fattening)
Berdasarkan konsep animal welfare, bahwa hewan ternak harus bebas dari rasa lapar dan haus (Freedom from hunger and thristy) dan bebas untuk melakukan perilaku alaminya (Freedom to express normal behavior). Hal ini juga sesuai dengan konsep kesejahteraan ternak berdasarkan hukum Islam. Nabi SAW bersabda: “Bila kamu melakukan perjalanan di tanah subur, maka berilah binatang (tunggangan) itu haknya. Bila kamu melakukan perjalanan di bumi yang tandus maka percepatlah perjalanan.” (HR. Al-Bazzar, lihat Ash-Shahihah no. 1357).
Pemeliharaan sapi potong pada umumnya sudah memperhatikan keadaan pakan dan air minum ternak, sehingga dapat dikatakan selalu terpenuhi sesuai dengan kebutuhannya. Hal ini sejalan dengan tujuan dari pemeliharaan ternak sapi potong, yaitu untuk penggemukan. Perlu menjadi perhatian adalah bentuk dari perkandangan sapi potong. Bentuk kandang yang tidak memberikan ruang gerak yang cukup akan membatasi ternak melakukan perilaku alaminya, sehingga akan menyalahi konsep bebas untuk melakukan perilaku alaminya (Freedom to express normal behavior).
Namun pada kasus tertentu, misalnya pada sapi glonggongan yaitu sapi potong dicekok dengan air dalam jumlah yang sangat banyak sehingga sapi menjadi sakit dan tertekan, maka hal ini akan menyalahi konsep animal welfare, yaitu konsep bebas dari sasa sakit, luka dan penyakit (Freedom from pain, injury and disease).
3. Proses Pengangkutan (transportation)
Proses pengangkutan dalam waktu yang lama dan pada jarak yang jauh akan menyebabkan tekanan stres pada ternak semakin tinggi. Oleh karena itu, harus selalu memperhatikan konsep kejehteraan ternak selama proses pengangkutan. Yaitu bebas dari rasa lapar dan haus (Freedom from hunger and thristy), bebas dari rasa sakit, luka dan penyakit (Freedom from pain, injury and disease), bebas untuk melakukan perilaku alaminya (Freedom to express normal behavior) dan bebas dari rasa takut dan tertekan (Freedom form fear and distress).
Pengangkutan dalam waktu yang lama harus selalu memperhatikan kecukupan konsumsi, keadaan tempat (luas dan kondisi) harus memberikan kenyamanan pada ternak sehingga dapat melakukan perilaku alaminya, namun tetap memperhatikan keselamatan ternak tersebut selama dalam proses pengangkutan.
4. Proses Penyembelihan (slaughtering)
Berdasarkan konsep animal welfare, hewan haruslah bebas dari rasa sakit, luka dan penyakit (Freedom from pain, injury and disease) dan juga harus bebas dari rasa takut dan tertekan (Freedom form fear and distress), dan konsep dalam hukum Islam sebagaimana Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah SWT telah menentukan untuk berbuat baik terhadap segala sesuatu. Bila kamu membunuh maka baguskanlah dalam membunuh dan bila menyembelih maka baguslah dalam cara menyembelih. Hendaklah salah seorang kamu menajamkan belatinya dan menjadikan binatang sembelihan cepat mati.” (HR. Muslim) .
Proses penyembelihan ternak akan menyebabkan luka pada ternak, sehingga akan menyebabkan adanya rasa sakit dan tertekan. Hal ini merupakan hal yang tak terhindarkan. Sehingga perlu penggunaan alat dan metode yang tepat untuk mengurangi rasa sakit dan keadaan tertekan pada ternak.

DAFTAR PUSTAKA
Balai Besar Penelitian Veteriner. 2011. Yang luput dari perhatian: Kesejahteraan hewan. Bogor.
North Carolina Responsible Animal Owners Alliance. 2011.
World Society for Protection of Animals (WSPA). 1979.
Wikipedia. 2011. Animal Welfare.
Wikipedia. 2011. Animal Rights.

Minggu, 05 Juni 2011

Tugas Kuliah Membuat Aku jadi Kuli

Woowwww, luar biasa memang...
dah lebih dari 10 tugas dalam waktu dua aja. Bwt ni kepala pusing 10 keliling... hhahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

Kesimpulannya, haruss tetap semangat

Senin, 25 April 2011

Praktikum

Hari ini, lagi-lagi out time praktikum, terus terang gw kaga' suka. Suerrr...sumpah, sumpah hidup dehh kalo perlu, gw kaga' sukaaaaaa....

maunya sih cepet berlalu, pergi jauhh, sejauh-jauhnyaaa...
jengkel, mangkel, mengganggu aktifitas lain, ahh....ga karuan dehh..

huhh, tapi mo apalagi, mau ga mau, harus tetap ikut, tapi kalo nanti ada lagi, dan berpapasan dengan acaraku, gw akan bolozzz...

Rabu, 20 April 2011

Terulang lagi

Pas waktu kuliah dan praktikum di Balitnak ciawai, seminggu yang lalu tepatnya, ada kejadian yang cukup menggelikan (ga juga sih...) ato bisa dibilang kejadian aneh, tapi lebih tepatnya klo menurut gw tu lebih dekat pada bo*oh. Kenapa demikian?

Nah ini dia masalahnya, apakah itu....?
apalagi klo bukan urusan perut. kan yang selalu membuat masalah ato awal dari masalah biasanya adalah urusan perut ato yang dibawah perut, ya ga...???, hahahahaha...

nah, begini kejadiannya...
(ahh dilanjutkan aja lain waktu ya...)

Senin, 18 April 2011

Praktikum

katanya kita mulai jam 7.00 wib. dalam hati aku jawab, oke. tapi sepertinya aku akan telat 10-20 menit, hahaha...terbukti.
pagi jam 7.10, sms masuk, "temans mana nih, kok belum muncul, dah mo dimulai".

akhirnya nyampe juga, jam 7.15 wib. ternyata masih kurang orang, baru 5 dari 12.

beberapa menit berlalu akhirnya semua anggota berkumpul, praktikum dimulai. ternyata ini adalah awal dari episode berkepanjangan, dan ini selalu terulang, terutama jika ini berkaitan dengan mata kuliah yang satu ini, ahhh...gileee....

sampe jam 16.00 wib, masih stand by di lab, walaopun ga 100% kerja, tapi ini cukup membuat mata dan kepala ga betah, maunya cabut secepatnya. anyway, tetap harus dijalani, coz ini konsekuensi dari kuliah (lagi)...

ah-ha

Senin, 04 April 2011

Sedikit tentang pernikahan teman

alhmadulillah...
sudah selayaknya kita semua bersyukur dengan dijalankannya syariat ALLAH. hal ini berkaitan dengan telah nikahnya tiga teman seangkatan dalam waktu seminggu yang lalu.

semoga dengan adanya pernikahan ini, merupakan wujud ketaatan kepadaNYA dan menjadi penyempurna agama bagi mereka. dan dengan pernikahan ini akan melahirkan generasi penerus yang mampu membangkitkan kejayaan ummat ini dimasa depan, amin

semoga ALLAH memberkati kalian, dan semoga keberkahan berserta kalian, dan semoga ALLAH mengumpulkan kalian berpasangan dalam kebaikan

Minggu, 03 April 2011

Bayar Pajak 2

Ternyata, untuk yang ke-3 kalinya ke Samsat tidak juga berhasil, malah dipersilahkan ke Samsat BTM (lha kok samsat di BTM???).
tapi itung2 bisa sekalian jalan2 ke BTM. setelah mutar2 liat barang, sekalian cari2 stick bwt PES, akhirnya sampai juga di Samsat BTM.
Lagi jam istirahat, tapi terlihat masih ada aktifitas. langsung aja ke loket pendaftaran. nah, ternyata salah satu syarat bayar pajak harus menyertakan KTP asli yang tertulis pada STNK. berhubung motorku adalah motor second, jadinya ya ga bisa.
jalan keluarnya adalah kembali ke dealer motor second tempat beli motor itu.
ya harus keluar duit ekstra bwt uang bensin...kata masnya "jadi total sekitar Rp. 300.000,00".... padahal pajak dasar hanya sekitar 200 rb + denda sekitar 50 rb. dasarrr mata duitan....

Kamis, 31 Maret 2011

Bayar Pajak

Mo bayar pajak motor yang habis tanggal 29. Datang jam setengah tiga, tau-tau udah tutup. "barusan tutup mas", begitu kata petugasnya. Katanya samsat buka dari jam 8.00 sampe jam 14.30 wib.

HAri selanjutnya ga bisa pergi, coz ada kuliah dan praktikum seharian.

Hari selanjutnya (tanggal 31), kuliah pagi, jadi bisa berangkat siangnya. Ehhh...tau-tau nyampe di samsat jam 12.30 dah tutup. "akhir bulan tutup jam 12 mas", begitu kata petugasnya.

Karena telat satu-dua hari, akhirnya kena denda 25% dari pajak pokok. Nambah pengeluaran lagi dahh...repotttt

Kamis, 24 Maret 2011

Dekan Cup

Akhirnya, sampe juga disemifinal futsal dekan cup. Sebenarnya bagi pasca itu adalah sesuatu yang luar biasa. Biasanya kan gugur babak pertama, dengan skor telak lagi...
nah, untuk tahun ini ceritanya sedikit berbeda. bisa jadi karena ada perubahan komposisi pemain, dan juga adanya pemain-pemain ile**l, hahaha...

Senin, 21 Maret 2011

Banyak yang nikah

Beberapa hari kedepan, akan ada pernikahan beberapa orang teman sekelas. Bahkan beberapa hari yang lalu juga ada yang dah nikahan. Wajar sih, rata-rata dah 20 tahunan lebih. Nah pertanyaannya, kapan nih giliran aku???. Kapan?, kapan?, kapan?, kapaaaaaan?
Hahaha..., biasa aja kalee...
masih ada yang perlu aku lakukan, jadi nikah ditunda dululah...
InsyaALLAh ga akan lama lagi, amin

Selasa, 08 Maret 2011

hope

berikan aku satu musim...
berikan aku hujan...
berikan aku matahari...
berikan aku satu kesempatan...
aku ingin tumbuh lagi,
lagi,
dan lagi

Selasa, 01 Februari 2011

Dugaan terbukti

Seperti dugaan sebelumnya, akhirnya benar-benar terjadi. 511 minta ngulang.
Alhamdulillah, ada kesempatan perbaikan nilai tanpa harus mengikuti kuliah semester berikutnya. semoga bisa dimaksimalkan.
Ya Allah...hamba mohon petunjuk dan anugerahMu untuk tantangan 511 yang sedang hamba jalani, amin...

Minggu, 23 Januari 2011

mencoba

Pastikan bahwa langkah itu tetap pada jalur yang benar, lurus
sebab nilainya hanya ada pada hal itu, tidak lebih, apalagi kurang
jangan pernah berharap itu akan selalu eperti itu, tanpa ada rintangan
itu hanya mimpi, bahkan setengah mimpi
karena bertahan pada jalur itu lurus itulah yang terberat

Selasa, 11 Januari 2011

A moment to remember

Uhhh...luar biasa memang ni...Anasta (Analisis Statistik)

tanpa mengenyampingkan takdir Allah, mungkin hanya keberuntungan dan kemurahan hati pak dosen yang akan menyelamatkan aku dari kemungkinan ngulang semester depan.
batul-batul satu moment yang ingin segera dilupakan, tapi ini akan sulit terlupakan