Senin, 13 Desember 2010

Kisah Para Muhajirin (Versi Pesantren Hidayatullah)

Yang membuat kampus ini mulai marak karena disamping penghuni-penghuni yang sudah ada yang terdiri dari santri-santri putra dan putri, ditambah dengan Pembimbing dan santri-santri senior yang tergolong ashshabiqunal awwalun telah nikah dan punya anak. Ustadz Amin Bachrun (telah menikah sebelum masuk Pesantren Hidayatullah dengan Atikah), anak-anaknya: Abdul Haris Amin, Syarif Bastian, Fatahuddin. Kemudian bertambah dengan lahirnya Hamzah, Salman dan Abu Umamah.
Ustadz Abdullah Said dengan istrinya, Aida Chered. Anak-anaknya: Saidah Abdullah Said, Ulfiatussu'adah Abdullah Said, Hizbullah Abdullah Said, Nashrullah Abdullah Said, Fathun Qorib Abdullah Said, Maftuhah Abdullah Said, Muntadzirizzaman Abdullah Said. Ustadz Hasan Ibrahim dengan istri, Ellya Noor telah mendapat anak: Ali Akbar, Khairunnisa, Syaifullah, Mar’atush Shalihah, Nurul Khaerat, Fadhlurrahman, Ummu Shabarina, Nafsiah Khairiyah .

Ustadz Muhammad Hasyim Hs dengan istri, Rosmala Dewi lahir anak-anaknya: M.Rofiq, M.Irfan, Nur Azizah, M.Zaim Azhar, Nur Isti’anah, Nazih Rizki Mubarok, Nur Adwiyati Ab’idah, M.Imadu Sodat.
Ustadz Usman Palese dan istrinya, Noorhidayah dan anak-anaknya: Khalid, Fadhli, Abbas, Faried Ma’ruf, Faizah dan Fauziah (kembar).

Ustadz Nazir Hasan dan istrinya Suryati HR, anak-anaknya: Sikembar Khairana dan Khairani. Kemudian kembali ke Lampung dan lahir Zulfikar, Khairunnisa, Muhammad Arief. Hasan Suradji dan istri, Asmah. Anak-anaknya: Mujahidah, Hajar, Nur Afiah, Umi Kaltsum, Badruzzaman, Syamsuzzaman, Qamaruzzaman, Qonita Iriyani, Husnul Khotimah.

Yusuf Suradji dengan istri, Shofiyah Kamil (Yaya). Anak-anaknya: Hazbullah, Fatimatuzzahrah,Anisa Muhajiroh, Rahmat Hidayat, Nur Kamila, Miftahul Jannah, Sultan Nashir, Hasbi Ashshiddiqi, Muttaqin.
Soewardhany Soekarno dengan Iis Nurjannah. Anak-anaknya: Abdurrozak, Raudhatul Jannah, Aman, Omar Muchtar, Firdauz, Mashuda, Fathan Qorib, Faishal. Amin Mahmud dengan istrinya, Marfu’ah. Anak-anaknya: Mahmudah, Muqimul Haq, Muti’ah, Muslimah,Mar'atussa'ada Abdul Qadir Jailani dengan Nurhayati HR. Anak-anaknya: Mulkiyah, Salahuddin Al-Ayyubi, Mahfudzah, Khumairah, Ibnu Hajar, Marhamah, Mukhlisah, Khairunnida, Nani Khadijah, Yuni Ma’rifah, Muhammad Mahfudz.

Sarbini Nasir dengan istri, Salmiyah. Anak-anaknya: Ratna Bulqis, Dewi Ade Mirawati, Muhammad Abror, Muhammad Al-Muqorrobin, Muhammad Ayaturrahman Fie Jihadil Afghanistan, Muhammad Al-Muharromi, Fathi Makkah.

Sudiono dengan istrinya, Sitti Rohayati. Anak-anaknya: Muhammad Ihsan, Siti Salamah, Usamah, Siti Hajar, Ahmad Syakir, Nur Sa’adah, Muttaqin, Fatimah Maimanah Iriani, Sahirah Putri Salsabila.
Usman Asy’ari dengan istrinya, Hasanah Luqman. Anak-anaknya: Mustaqim, Muthmainnah, Riduanullah, Muzakkir.

Abdul Madjid Aziz dan istrinya Maimunah, Anak-anaknya: Abdul Aziz, Ashari, Muslimin, Tarmidzi, Nurul Huda, Ismail, Mulyadi, Nur Azizah, Khairuddin. Beliau juga mengajak saudaranya, Husen Badong dan istrinya Masyriah dan anak-anaknya: Anwar Husen, Husniyah Husen, Asmah Husen, Mahlan Yani Husen. Abdul Mannan El-Kindy dengan Nani Zuraida melahirkan Siti Sarah Zakiyah, Mohammad Sulthan, Abdul Qahar Musachir, Abu Jihad, Raidah Afifah, Mohammad Saddam, Izzatun Nisak, Ibnu Najah, Auliarrahman.

Mujahid Zubair dengan istrinya, Maghfirah. Anak-anaknya: Nasrah Dwi Harianti, Edy Abdillah, Ahmad Munshif, Nur Wahyuni, Evi Hidayati, Ahmad Said Ridho. Syamsu Rijal Aswin dengan istrinya Rositah (Intan). Anak-anaknya:Abdurrahim, Nur Asyiah, Nur Latifah, Nur Azizah , Musabbihah , Nur fauziah Abdurrahman Muhammad dengan istrinya, Husniyah Husen. Anak-anaknya: Fitriani, Raudhatul Jannah, Abdullah, Muhammad Ridha Waliullah, Imam Auliya, Fatimah Zahrah, Nanda Khairunnisa Nabila.

Abdul Latief Usman dengan istrinya, Irmawati. Anak-anaknya: Luthfiah Rohmah (anak angkat), Amaliyaturrohmah, Auliyaturrahmah, Muhammad Fajar, Amilaturrohmah, Muhammad Fadhlul Mujahid, Muhammad Auliya Rahman.

Budi Setiawan dengan istrinya, Hafsah. Anak-anaknya: Zakiyah Setiawati, Kahar Muzakkir, Fadhliyah, Arif Hidayat, Fiqih Ulyana, Rahmat Hidayat, Miladiyah, Fathi Fadhlullah, Rofi’ah Munawarah.
Solekan dengan istrinya, Siti Aisyah. Anak-anaknya: Laela Khaled, Nur Palestina, Hasan Al-Banna, Abdul Qadir Audah, Husein Al-Fatah, Syaiful Haq, Khadijah, Khairunnisa, Sibghatun Khairiyyah, Ahlul Jannah, Hajrun Jamilah.

Pembimbing-pembimbing juga mendatangkan bubuhan (keluarga)nya dari kampung. Ustadz Hasan Ibrahim memboyong tiga orang adiknya dan seorang kemanakan: Mushlikh, Zakkiron, Herman dan Ramadhan (Faishal). Bahkan sejak dikarang Bugis anak-anak asal Pekalongan ini sudah ikut. Terakhir Aunur Rofiq Fadhelan, November 1979.

Ustadz Muhammad Hasyim Hs mendatangkan adiknya seorang putri dan seorang putra sejak masih di Karang Bugis yakni Rohana dan Supriyono dan seorang anak lagi bernama Syahruddin. Ketika sudah di Gunung Tembak didatangkan dari Bojong, Magelang seperti, Supangat, Nur Rahmat, Anharuddin, Mathori, Abdul Majid.

Ustadz Usman Palese mengajak ke Balikpapan adiknya, Amin Palese dan beberapa orang lainya. Sang adik ini sejak awal pesantren di Gunung Sari sudah ikut. Burhanuddin, Zulkifli (Idul Fitri), Abd Aziz, Asnawi, Abdurrasyid, Husain. Juga beberapa orang putri yakni adik iparnya yang masih kecil Sajidah. Yang sudah tergolong gadis, adalah Zaenab, Mu’minah, Rahmaniyah, Bahrah, juga diikutkan dari kampung untuk menggabung di Hidayatullah.

Pak Abdul Majid Aziz disamping anaknya sendiri, Abdul Aziz yang sejak kecil telah menggabung dan beberapa orang dari Petung-Balikpapan Seberang diboyong seperti Abdul Latif, Alimuddin Sakka, Abdurrahman. Lewat pembinaan Ust. Usman Asy’ari dan Ibu Hasanah Luqman dan atas dorongan K.H. Abdul Fattah yang Ketua Muhmmadiyah Tanah Grogot Pasir, di awal-awal dibukanya Gunung Tembak, beberapa orang dipengaruhi untuk bergabung ke Gunung Tembak, seperti: Badaruddin (seorang anak Lurah), Syahwiyanto, Rusmansyah (Pasir asli), Burhan, Samawi (kerja di KUA Tanahgrogot).

Tidak ketinggalan Pak Nazir Hasan, mendatangkan Suwarman, Zulkifli, Jamaluddin dari Medan. Juga ketika tugas di Sidomulyo UNMUL Samarinda dengan Ustadz Hasan Ibrahim, Usman Palese, khususnya di Palaran secara bergantian juga menggoda anak-anak muda untuk ikut bergabung di kampus Gunung Tembak seperti Susilo, Slamet, Murdiono, Darmadi, Abdul Malik, Abdullah bin Ummi Maktum (anak tuna netra), bahkan anak dari Pulau yang dekat Samarinda, Sudirman.

Tahun 1977.

Pada tahun itu juga sudah hadir di kampus Manna Pasannai, dari Sinjai (perbatasan Bone). Shabar dari transmigrasi Semoi asal Madura. Tahun berikutnya, 1978 Jamsuri Mansyur dari Kutai. Sejak Ustadz Junaid Kahar (kakak kandung Ustadz Abdullah Said) diserang penyakit stroke dan membubarkan pesantren yang dipimpinnya di Gunung Malang yang bernaung dibawah Yayasan Syiar Islam Balikpapan (YASRIB), Beliau menggabung dengan Hidayatullah tinggal di Kampus Gunung Tembak bersama istri Syamsiah Marzuki dan anak-anaknya, Syamsurijal Junaid, Fakhrurrijal Junaid, Amru Rijal Junaid, Akib Junaid.

Kemudian santri-santrinya juga menggabung ke Hidayatullah di Gunung Tembak. Yang dimaksud adalah Manandring Abdul Ghani bersama istrinya, Hasmiyati dan anak-anaknya: Muhammad Yusuf, Nur Hidayatullah, Anshar dan Muhajir (kembar). Setelah berada di kampus Gunung Tembak lahir Ahmad Firdauz, Habibullah, Abdul Mushawwir, Ummi Kaltsum, Abdul Jalal, Nurlailatul Badariyyah, Ahmad Syakir.

Mansoer Aziz bersama istri, Sariyah dan anak-anaknya: Diannoor Ekawati, Hilal, Ishlahiyah, Rahmatullah, Nur Rahmah, Mujahidah. Setelah berada di kampus lahir Hikmatullah, Halilullah, Zul Azizah, Ali Topan Fatahillah.

Joko Lelono bersama istri, Misnah. Anak-anaknya: Eko Cahyono (Nur Wahid), Muhajir, Mujahid, Nashrullah, Mujahidin, Detti Fatimah, Nurhidayah.
Santri-santri Ustadz Junaid Qahar yang masih lajang : Budi Stiawan, Hafsah, Irmawati, Rositah (Intan).

Seorang lagi yang berasal dari Sinjai-Bone ditemukan Ustadz Amin Bachrun di tengah hutan, Petta Ewang bersama istrinya Sitti Hudaya (Peta Cabbeng) dan anaknya: Nurlinda, Nursaidah, Darmawati, Asdar Majhari, Niswah Musdalifah. Hijrah ke Hidayatullah 1978. Keluarga ini akhirnya menyerahkan tanhanya seluas 20 Ha di Gunung Binjai. Petta Ewang meninggal di Gunung Tembak pada Hari Senin 4 April 1988 jam 09.30.

Ustadz Amin Bachrum yang tidak pernah berhenti membina di luar kampus membuat banyak orang memberi dukungan terhadap kegiatan Pesantren Hidayatullah bahkan menyerahkan anaknya untuk belajar di kampus Gunung Tembak, seperti Semauna di Gunung Binjai, Sappe, Imam Rajja, Muhammad Thalib/Jawasang, Hasan Aro sekeluarga di Tanjung Jumelei.

Bahkan beberapa orang hasil binaannya yang menggabung masuk di kampus seperti : Puang Baking bersama istrinya (Puang Rune) dan anaknya dari hasil pernikahannya dengan istri pertama: Patampari Baking dan Pabokori Baking. Anak dari Puang Rune dari suami pertama: Arifuddin Kadir, Najmiyah Kadir. Dan anak hasil pernikahannya dengan Puang Rune: Hamsiah Baking, Anshar Baking, Hajrah Baking, Nurhasanah Baking.

Nurdin juga asal Bone Sulsel tinggal di Teritip, masuk bersama anak simata wayangnya, Aisyah Nurdin. Kemudian nikah dengan Mulyani Fatahannah dan melahirkan Mitakhuddin Nurdin. Ibunya juga dari Bone tinggal bersamanya. Ambo Tang (Abdurrahim), asal Sinjai, Jamaluddin Sinjai masuk Hidayatullah melalui sentuhan Puang Baking.

Seorang yang merupakan teman baik Ustadz Abdullah Said sejak di Makassar yakni Drs. H. Mahyuddin Thaha, Asal Sidenreng Rappang, Sulsel hijrah bersama istri, Mughimah serta anak-anaknya: Maghfirah, Anugrah, Mardhianah, Enny Aisyah Ummi Wahidah, Ilham, Fitri. Setelah hijrah lahir anak kembar Hijrah dan Tawakkal terakhir Yanti.

Juga Robiin, Rosmala Dewi dan beberapa orang lagi di Samboja. Seorang yang juga berasal dari Bone, Sulawesi Selatan tinggal di Amborawang, tidak jauh dari kampus Gunung Tembak, La Kallu juga berhasil terpengaruh masuk tinggal di kampus setelah digoda oleh kemenakannya, Sappe dari Tanjung Jumelei yang anak-anaknya sudah terlebih dahulu di masukkan di Kampus Gunung Tembak yakni Rabaniyyah Sappe, Hamsiah Sappe, dll dan dibina oleh Ustadz Amin Bachrun. Dia tertari karena memang pernah mendapat binaan seperti itu ketika masih di Langi’-Kabuapten Bone, ikut pada K.H.Ahmad Marzuki Hasan. Masuk kampus bersama istri (asal Banjar) dan Malla Harun La Kallu (anak dari istri pertama), Abdul Halim (anak tiri, hasil pernikahan istrinya dengan suami pertama), beberapa anak dari hasil pernikahannya dengan istri kedua: Hasan La Kallu, Nafsiah La Kallu, Masyriah La Kallu, Husen La Kallu, Nurjannah La Kallu, Wati La Kallu. Yang lahir di kampus, Muhajir dan seorang meninggal waktu anak-anak, Rasma.

Klen Ustadz Kamil Pasya dari Sindang Jaya, Handil, Kabupaten Kutai ( transmigrasi dari Jawa Barat) juga tidak sedikit yang menggabung. Anak Ustadz Kamil sendiri, Shofiyah (Yaya), yang akhirnya diperistrikan Yusuf Suradji (santri awal), Muhammad Fajar Siddiq (Mumu). Wak Miharja (saudara kandung Pak Kamil Pasya) bersama anaknya, Maman Rahiman, Marfu’ah dan Neng yang akhirnya dinikahi oleh Malla Harun Lakallu (santri). Selain itu Muhammad Yunus (anak Pak Effendi), Muslimin, Ruhayati (anak Pak Ulo) yang akhirnya dinikahi oleh Sudiaono AR (santri awal). Iis Nurjannah (anak Pak Barma) yang akhirnya dinikahi Soewardhany Soekarno (santri awal), Kurniasih, Masyithah.

M. Syahir Ambal, putra Majene yang pernah ikut belajar di Pondok Pesantren Darul Iatiqamah Maccopa Maros. Sudah lama berniat hijrah dari Sulsel ke Hidayatullah Balikpapan. Pada tahun 1978 pernah berkunjung ke Balikpapan bertemu Ustadz Abdullah Said. Sempat tinggal agak lama di kampus Pondok Pesantren Hidayatullah bersama istri, Faridah Siatang dan anak-anaknya: Fadhlan, Furqan, Fadhliah, Fajran, Fajri.

2 komentar:

t mengatakan...

assalamualaikum, akhy pa kbar, salam kenal, ane muslim dari balikpapan, sekdar mau nanya ja, info di atas dapat dari mana... apakah akhy nak gutem juga atau... ?

Biasa Aja mengatakan...

wa'alaikumsalam, alhamdulillah sehat. info itu dari buku karangan alm. ust. manshur shalbu, saya lupa judul, klo gak salah membangun kader. ada juga dari web Hidayatullah.

saya bukan anak gutem, tapi warga Hidayatullahsaya, di kampus Tarakan.