Senin, 13 Desember 2010

Kisah Para Muhajirin (Versi Pesantren Hidayatullah)

Yang membuat kampus ini mulai marak karena disamping penghuni-penghuni yang sudah ada yang terdiri dari santri-santri putra dan putri, ditambah dengan Pembimbing dan santri-santri senior yang tergolong ashshabiqunal awwalun telah nikah dan punya anak. Ustadz Amin Bachrun (telah menikah sebelum masuk Pesantren Hidayatullah dengan Atikah), anak-anaknya: Abdul Haris Amin, Syarif Bastian, Fatahuddin. Kemudian bertambah dengan lahirnya Hamzah, Salman dan Abu Umamah.
Ustadz Abdullah Said dengan istrinya, Aida Chered. Anak-anaknya: Saidah Abdullah Said, Ulfiatussu'adah Abdullah Said, Hizbullah Abdullah Said, Nashrullah Abdullah Said, Fathun Qorib Abdullah Said, Maftuhah Abdullah Said, Muntadzirizzaman Abdullah Said. Ustadz Hasan Ibrahim dengan istri, Ellya Noor telah mendapat anak: Ali Akbar, Khairunnisa, Syaifullah, Mar’atush Shalihah, Nurul Khaerat, Fadhlurrahman, Ummu Shabarina, Nafsiah Khairiyah .

Ustadz Muhammad Hasyim Hs dengan istri, Rosmala Dewi lahir anak-anaknya: M.Rofiq, M.Irfan, Nur Azizah, M.Zaim Azhar, Nur Isti’anah, Nazih Rizki Mubarok, Nur Adwiyati Ab’idah, M.Imadu Sodat.
Ustadz Usman Palese dan istrinya, Noorhidayah dan anak-anaknya: Khalid, Fadhli, Abbas, Faried Ma’ruf, Faizah dan Fauziah (kembar).

Ustadz Nazir Hasan dan istrinya Suryati HR, anak-anaknya: Sikembar Khairana dan Khairani. Kemudian kembali ke Lampung dan lahir Zulfikar, Khairunnisa, Muhammad Arief. Hasan Suradji dan istri, Asmah. Anak-anaknya: Mujahidah, Hajar, Nur Afiah, Umi Kaltsum, Badruzzaman, Syamsuzzaman, Qamaruzzaman, Qonita Iriyani, Husnul Khotimah.

Yusuf Suradji dengan istri, Shofiyah Kamil (Yaya). Anak-anaknya: Hazbullah, Fatimatuzzahrah,Anisa Muhajiroh, Rahmat Hidayat, Nur Kamila, Miftahul Jannah, Sultan Nashir, Hasbi Ashshiddiqi, Muttaqin.
Soewardhany Soekarno dengan Iis Nurjannah. Anak-anaknya: Abdurrozak, Raudhatul Jannah, Aman, Omar Muchtar, Firdauz, Mashuda, Fathan Qorib, Faishal. Amin Mahmud dengan istrinya, Marfu’ah. Anak-anaknya: Mahmudah, Muqimul Haq, Muti’ah, Muslimah,Mar'atussa'ada Abdul Qadir Jailani dengan Nurhayati HR. Anak-anaknya: Mulkiyah, Salahuddin Al-Ayyubi, Mahfudzah, Khumairah, Ibnu Hajar, Marhamah, Mukhlisah, Khairunnida, Nani Khadijah, Yuni Ma’rifah, Muhammad Mahfudz.

Sarbini Nasir dengan istri, Salmiyah. Anak-anaknya: Ratna Bulqis, Dewi Ade Mirawati, Muhammad Abror, Muhammad Al-Muqorrobin, Muhammad Ayaturrahman Fie Jihadil Afghanistan, Muhammad Al-Muharromi, Fathi Makkah.

Sudiono dengan istrinya, Sitti Rohayati. Anak-anaknya: Muhammad Ihsan, Siti Salamah, Usamah, Siti Hajar, Ahmad Syakir, Nur Sa’adah, Muttaqin, Fatimah Maimanah Iriani, Sahirah Putri Salsabila.
Usman Asy’ari dengan istrinya, Hasanah Luqman. Anak-anaknya: Mustaqim, Muthmainnah, Riduanullah, Muzakkir.

Abdul Madjid Aziz dan istrinya Maimunah, Anak-anaknya: Abdul Aziz, Ashari, Muslimin, Tarmidzi, Nurul Huda, Ismail, Mulyadi, Nur Azizah, Khairuddin. Beliau juga mengajak saudaranya, Husen Badong dan istrinya Masyriah dan anak-anaknya: Anwar Husen, Husniyah Husen, Asmah Husen, Mahlan Yani Husen. Abdul Mannan El-Kindy dengan Nani Zuraida melahirkan Siti Sarah Zakiyah, Mohammad Sulthan, Abdul Qahar Musachir, Abu Jihad, Raidah Afifah, Mohammad Saddam, Izzatun Nisak, Ibnu Najah, Auliarrahman.

Mujahid Zubair dengan istrinya, Maghfirah. Anak-anaknya: Nasrah Dwi Harianti, Edy Abdillah, Ahmad Munshif, Nur Wahyuni, Evi Hidayati, Ahmad Said Ridho. Syamsu Rijal Aswin dengan istrinya Rositah (Intan). Anak-anaknya:Abdurrahim, Nur Asyiah, Nur Latifah, Nur Azizah , Musabbihah , Nur fauziah Abdurrahman Muhammad dengan istrinya, Husniyah Husen. Anak-anaknya: Fitriani, Raudhatul Jannah, Abdullah, Muhammad Ridha Waliullah, Imam Auliya, Fatimah Zahrah, Nanda Khairunnisa Nabila.

Abdul Latief Usman dengan istrinya, Irmawati. Anak-anaknya: Luthfiah Rohmah (anak angkat), Amaliyaturrohmah, Auliyaturrahmah, Muhammad Fajar, Amilaturrohmah, Muhammad Fadhlul Mujahid, Muhammad Auliya Rahman.

Budi Setiawan dengan istrinya, Hafsah. Anak-anaknya: Zakiyah Setiawati, Kahar Muzakkir, Fadhliyah, Arif Hidayat, Fiqih Ulyana, Rahmat Hidayat, Miladiyah, Fathi Fadhlullah, Rofi’ah Munawarah.
Solekan dengan istrinya, Siti Aisyah. Anak-anaknya: Laela Khaled, Nur Palestina, Hasan Al-Banna, Abdul Qadir Audah, Husein Al-Fatah, Syaiful Haq, Khadijah, Khairunnisa, Sibghatun Khairiyyah, Ahlul Jannah, Hajrun Jamilah.

Pembimbing-pembimbing juga mendatangkan bubuhan (keluarga)nya dari kampung. Ustadz Hasan Ibrahim memboyong tiga orang adiknya dan seorang kemanakan: Mushlikh, Zakkiron, Herman dan Ramadhan (Faishal). Bahkan sejak dikarang Bugis anak-anak asal Pekalongan ini sudah ikut. Terakhir Aunur Rofiq Fadhelan, November 1979.

Ustadz Muhammad Hasyim Hs mendatangkan adiknya seorang putri dan seorang putra sejak masih di Karang Bugis yakni Rohana dan Supriyono dan seorang anak lagi bernama Syahruddin. Ketika sudah di Gunung Tembak didatangkan dari Bojong, Magelang seperti, Supangat, Nur Rahmat, Anharuddin, Mathori, Abdul Majid.

Ustadz Usman Palese mengajak ke Balikpapan adiknya, Amin Palese dan beberapa orang lainya. Sang adik ini sejak awal pesantren di Gunung Sari sudah ikut. Burhanuddin, Zulkifli (Idul Fitri), Abd Aziz, Asnawi, Abdurrasyid, Husain. Juga beberapa orang putri yakni adik iparnya yang masih kecil Sajidah. Yang sudah tergolong gadis, adalah Zaenab, Mu’minah, Rahmaniyah, Bahrah, juga diikutkan dari kampung untuk menggabung di Hidayatullah.

Pak Abdul Majid Aziz disamping anaknya sendiri, Abdul Aziz yang sejak kecil telah menggabung dan beberapa orang dari Petung-Balikpapan Seberang diboyong seperti Abdul Latif, Alimuddin Sakka, Abdurrahman. Lewat pembinaan Ust. Usman Asy’ari dan Ibu Hasanah Luqman dan atas dorongan K.H. Abdul Fattah yang Ketua Muhmmadiyah Tanah Grogot Pasir, di awal-awal dibukanya Gunung Tembak, beberapa orang dipengaruhi untuk bergabung ke Gunung Tembak, seperti: Badaruddin (seorang anak Lurah), Syahwiyanto, Rusmansyah (Pasir asli), Burhan, Samawi (kerja di KUA Tanahgrogot).

Tidak ketinggalan Pak Nazir Hasan, mendatangkan Suwarman, Zulkifli, Jamaluddin dari Medan. Juga ketika tugas di Sidomulyo UNMUL Samarinda dengan Ustadz Hasan Ibrahim, Usman Palese, khususnya di Palaran secara bergantian juga menggoda anak-anak muda untuk ikut bergabung di kampus Gunung Tembak seperti Susilo, Slamet, Murdiono, Darmadi, Abdul Malik, Abdullah bin Ummi Maktum (anak tuna netra), bahkan anak dari Pulau yang dekat Samarinda, Sudirman.

Tahun 1977.

Pada tahun itu juga sudah hadir di kampus Manna Pasannai, dari Sinjai (perbatasan Bone). Shabar dari transmigrasi Semoi asal Madura. Tahun berikutnya, 1978 Jamsuri Mansyur dari Kutai. Sejak Ustadz Junaid Kahar (kakak kandung Ustadz Abdullah Said) diserang penyakit stroke dan membubarkan pesantren yang dipimpinnya di Gunung Malang yang bernaung dibawah Yayasan Syiar Islam Balikpapan (YASRIB), Beliau menggabung dengan Hidayatullah tinggal di Kampus Gunung Tembak bersama istri Syamsiah Marzuki dan anak-anaknya, Syamsurijal Junaid, Fakhrurrijal Junaid, Amru Rijal Junaid, Akib Junaid.

Kemudian santri-santrinya juga menggabung ke Hidayatullah di Gunung Tembak. Yang dimaksud adalah Manandring Abdul Ghani bersama istrinya, Hasmiyati dan anak-anaknya: Muhammad Yusuf, Nur Hidayatullah, Anshar dan Muhajir (kembar). Setelah berada di kampus Gunung Tembak lahir Ahmad Firdauz, Habibullah, Abdul Mushawwir, Ummi Kaltsum, Abdul Jalal, Nurlailatul Badariyyah, Ahmad Syakir.

Mansoer Aziz bersama istri, Sariyah dan anak-anaknya: Diannoor Ekawati, Hilal, Ishlahiyah, Rahmatullah, Nur Rahmah, Mujahidah. Setelah berada di kampus lahir Hikmatullah, Halilullah, Zul Azizah, Ali Topan Fatahillah.

Joko Lelono bersama istri, Misnah. Anak-anaknya: Eko Cahyono (Nur Wahid), Muhajir, Mujahid, Nashrullah, Mujahidin, Detti Fatimah, Nurhidayah.
Santri-santri Ustadz Junaid Qahar yang masih lajang : Budi Stiawan, Hafsah, Irmawati, Rositah (Intan).

Seorang lagi yang berasal dari Sinjai-Bone ditemukan Ustadz Amin Bachrun di tengah hutan, Petta Ewang bersama istrinya Sitti Hudaya (Peta Cabbeng) dan anaknya: Nurlinda, Nursaidah, Darmawati, Asdar Majhari, Niswah Musdalifah. Hijrah ke Hidayatullah 1978. Keluarga ini akhirnya menyerahkan tanhanya seluas 20 Ha di Gunung Binjai. Petta Ewang meninggal di Gunung Tembak pada Hari Senin 4 April 1988 jam 09.30.

Ustadz Amin Bachrum yang tidak pernah berhenti membina di luar kampus membuat banyak orang memberi dukungan terhadap kegiatan Pesantren Hidayatullah bahkan menyerahkan anaknya untuk belajar di kampus Gunung Tembak, seperti Semauna di Gunung Binjai, Sappe, Imam Rajja, Muhammad Thalib/Jawasang, Hasan Aro sekeluarga di Tanjung Jumelei.

Bahkan beberapa orang hasil binaannya yang menggabung masuk di kampus seperti : Puang Baking bersama istrinya (Puang Rune) dan anaknya dari hasil pernikahannya dengan istri pertama: Patampari Baking dan Pabokori Baking. Anak dari Puang Rune dari suami pertama: Arifuddin Kadir, Najmiyah Kadir. Dan anak hasil pernikahannya dengan Puang Rune: Hamsiah Baking, Anshar Baking, Hajrah Baking, Nurhasanah Baking.

Nurdin juga asal Bone Sulsel tinggal di Teritip, masuk bersama anak simata wayangnya, Aisyah Nurdin. Kemudian nikah dengan Mulyani Fatahannah dan melahirkan Mitakhuddin Nurdin. Ibunya juga dari Bone tinggal bersamanya. Ambo Tang (Abdurrahim), asal Sinjai, Jamaluddin Sinjai masuk Hidayatullah melalui sentuhan Puang Baking.

Seorang yang merupakan teman baik Ustadz Abdullah Said sejak di Makassar yakni Drs. H. Mahyuddin Thaha, Asal Sidenreng Rappang, Sulsel hijrah bersama istri, Mughimah serta anak-anaknya: Maghfirah, Anugrah, Mardhianah, Enny Aisyah Ummi Wahidah, Ilham, Fitri. Setelah hijrah lahir anak kembar Hijrah dan Tawakkal terakhir Yanti.

Juga Robiin, Rosmala Dewi dan beberapa orang lagi di Samboja. Seorang yang juga berasal dari Bone, Sulawesi Selatan tinggal di Amborawang, tidak jauh dari kampus Gunung Tembak, La Kallu juga berhasil terpengaruh masuk tinggal di kampus setelah digoda oleh kemenakannya, Sappe dari Tanjung Jumelei yang anak-anaknya sudah terlebih dahulu di masukkan di Kampus Gunung Tembak yakni Rabaniyyah Sappe, Hamsiah Sappe, dll dan dibina oleh Ustadz Amin Bachrun. Dia tertari karena memang pernah mendapat binaan seperti itu ketika masih di Langi’-Kabuapten Bone, ikut pada K.H.Ahmad Marzuki Hasan. Masuk kampus bersama istri (asal Banjar) dan Malla Harun La Kallu (anak dari istri pertama), Abdul Halim (anak tiri, hasil pernikahan istrinya dengan suami pertama), beberapa anak dari hasil pernikahannya dengan istri kedua: Hasan La Kallu, Nafsiah La Kallu, Masyriah La Kallu, Husen La Kallu, Nurjannah La Kallu, Wati La Kallu. Yang lahir di kampus, Muhajir dan seorang meninggal waktu anak-anak, Rasma.

Klen Ustadz Kamil Pasya dari Sindang Jaya, Handil, Kabupaten Kutai ( transmigrasi dari Jawa Barat) juga tidak sedikit yang menggabung. Anak Ustadz Kamil sendiri, Shofiyah (Yaya), yang akhirnya diperistrikan Yusuf Suradji (santri awal), Muhammad Fajar Siddiq (Mumu). Wak Miharja (saudara kandung Pak Kamil Pasya) bersama anaknya, Maman Rahiman, Marfu’ah dan Neng yang akhirnya dinikahi oleh Malla Harun Lakallu (santri). Selain itu Muhammad Yunus (anak Pak Effendi), Muslimin, Ruhayati (anak Pak Ulo) yang akhirnya dinikahi oleh Sudiaono AR (santri awal). Iis Nurjannah (anak Pak Barma) yang akhirnya dinikahi Soewardhany Soekarno (santri awal), Kurniasih, Masyithah.

M. Syahir Ambal, putra Majene yang pernah ikut belajar di Pondok Pesantren Darul Iatiqamah Maccopa Maros. Sudah lama berniat hijrah dari Sulsel ke Hidayatullah Balikpapan. Pada tahun 1978 pernah berkunjung ke Balikpapan bertemu Ustadz Abdullah Said. Sempat tinggal agak lama di kampus Pondok Pesantren Hidayatullah bersama istri, Faridah Siatang dan anak-anaknya: Fadhlan, Furqan, Fadhliah, Fajran, Fajri.

Sabtu, 11 Desember 2010

Mungkin ini penyebabnya

Ada sebuah hadits yang mengatakan bahwa ketika wanita menjadi pemimpin suatu negeri, maka tunggulah kehancurannya.
Sebagian orang mengatakan bahwa hadits ini palsu dengan menganalogikan kepemimpinan ratu Balqis yg disebutkan dalam al quran. Namun oleh sebagian ulama dikatakan bahwa kepemimpinan ratu Balqis hampir saja membuat kaum Saba dihancur leburkan oleh Allah karena kesyirikan mereka.

Memang, wanita itu sangat mudah berubah keadaan emosinya. Dan setiap perubahan itu selalu diungkapkan dengan mengikuti perasaannya hingga meluap-luap. Jika marah menjadi sangat marah, jika senang menjadi sangatsenang, jika benci menjadi sangat benci, jika sedih menjadi sangatsedih, dan sikap-sikap seperti inilah yang sangat berbahaya jika tidak mampu dikontrol, apalagi bagi seseorang yang punya kekuasaan. Namun pada keadaan2 tertentu wanita tentunya bisa diandalkan...

Kaget

Seperti biasa, pagi itu ku terbangun tepat pukul 4 subuh. Masih dengan keadaan setengah sadar ku mencoba membuka mata, dan oooww...alangkah kaget dan terkejutnya aku (lebay euyy...). Ada tertidur seorang wanita disampingku. Sejenak kupandangi wajahnya, wooww sangat cantik jelita. Tiba-tiba terbersit dalam pikiranku, "apakah aku salah kamar tidur?, ataukah aku berada dalam surga hingga ada seorang wanita cantik yang menemaniku saat tidur?". "ahh tidak mungkin aku salah kamar, apalagi dalam surga", pikirku kembali. "ini jelas kamarku". Ku pandangi sekeliling kamar, tampak di pojok kamar laptop kesayangan ku menandakan bahwa ini pastilah kamarku.
Dengan terburu-buru segera aku bangkit menghampiri bajuku yang tergantung di belakang pintu kamar, dan segera kukenakan. "Aku harus segera memberitahukan kepada siisi rumah, jangan sampai ada prangsaka buruk nantinya, walaupun ini masih pukul 4 subuh", bisikku dalam hati.
Ketika aku hendak membuka pintu kamar, kembali ku arahkan pandanganku kepada wanita itu, dan hhmmm...dia ternyata sudah memperhatikan tingkah laku ku sejak tadi. Ku pandangi wajahnya, dan dia juga memandangku dengan raut muka punuh tanda tanya, seakan-akan sedang berpikir, bahkan tampak seolah-olah ingin melemparkan beberapa pertanyaan. Sejenak, atau mungkin duajenak kami saling bertatapan mata, 4 sampai 5 detik, bahkan mungkin lebih...(eittss...jaga dan tundukkan pandangan ya, yg ini jangan dicontoh!), "ini dia wanita dambaan hati ku", hayal ku dalam hati. Hampir, aku katakan hampir dia dapat nilai 10 untuk skala 1-10. Cantik dan manis, menyenangkan hati saat dipandang, bahkan walaupun baru bangun tidur. Dan semakin cantik ketika wajahnya yang pada mulanya tampak sedang berpikir, kini mulai tersenyum, "wahhh...makin manis aja ni cewek" pikir ku.
Melihat senyumnya yang manis itu, dan akhirnya aku pun tersadar dengan keadaan ku (baru nyadar 100%). Ahh...ternyata senyum manis itu milik kekasih pujaan hatiku, yang kemarin siang aku ikat dengan tali suci pernikahan.

Kamis, 09 Desember 2010

Sudah Beberapa Hari Ini

Entah penyebabnya apa..., saya juga tidak tau pasti, dan tampaknya akan sulit untuk tau akan hal ini. Apa gerangan itu?. Yaaa.... Insomnia. Penyakit ini, ato bisa dibilang sindrom ini, datang pada diriku, jadinya malam jadi siang, siang tambah siang, dan besoknya siang jadi malam dan malam pasti lebih malam lagi...woahhh...CAPE DEHHH...

Hahh, bisa sakit deh ane klo gini teruss terusan, teyuss klo dah sakit, bisa kuyus, nah klo dah kuyus, jadi lotoy donk,
gimana donk???

Rabu, 01 Desember 2010

Hasil UTS

Hah, cukup tragis ngeliat hasil UTS Anasis. Gara-garanya kebalik rumus antara JKP dengan JKT, dua nomor lagi, padahal soal hanya 3 nomor, hahaha...NGERII

Tapi tenang, harapan tuk dapat A masih ada, asal skenario berjalan lancar, amin

Kamis, 18 November 2010

GENETIKA DAN PEMULIAN TERNAK

Ilmu pemuliaan (Ing. breeding science) merupakan penerapan biologi, terutama genetika, dalam bidang peternakan untuk memperbaiki produksi atau kualitas. Ilmu ini relatif baru dan lahir sebagai implikasi berkembangnya pemahaman manusia atas asas-asas pewarisan sifat secara genetik. Secara umum, ilmu ini berusaha menjelaskan dan menerapkan prinsip-prinsip genetika (dengan bantuan cabang-cabang biologi lain) dalam kegiatan pemuliaan. Dalam prakteknya pemulian ternak menerapkan ilmu genetika, statistika dan biometrika serta reproduksi ternak, dengan tujuan untuk memperbaiki mutu genetik ternak, sehingga dapat meningkatkan produksi atau memberikan nilai tamba dalam pelaksanaannya.

Genetika berkembang baik sebagai ilmu murni maupun ilmu terapan. Cabang-cabang ilmu ini terbentuk terutama sebagai akibat pendalaman terhadap suatu aspek tertentu dari objek kajiannya.

Cabang-cabang murni genetika :

· genetika molekular

· genetika sel (sitogenetika)

· genetika populasi

· genetika kuantitatif

· genetika perkembangan

Cabang-cabang terapan genetika :

· genetika kedokteran

· ilmu pemuliaan

· rekayasa genetika atau rekayasa gen

Dari ilmu genetika, terkait dengan aspek penurunan sifat dari tetua kepada keturunannya. Termasuk dalam hal ini adalah konsep-konsep hokum Mendel. Statistika dan biometrika berperan dalam pengukuran keragaman sifat dan penyebarannya, hubungan antara dua sifat atau lebih, serta analisis untuk pendugaan parameter-parameter genetik. Reproduksi terkait dengan aspek fertilitas, kebuntungan, jarak beranak dan kelahiran

Berbagai cabang genetika menemukan aspek praktis dalam ilmu pemuliaan, seperti:

· genetika populasi (misalnya dalam strategi persilangan),

· genetika kuantitatif (misalnya dalam teori seleksi),

· sitogenetika (misalnya dalam penggunaan organisme poliploid atau mutan),

· genetika molekular (misalnya dalam penggunaan penanda molekular atau transfer gen).
A. Perkembangan Ilmu Pemuliaan

Kegiatan pemuliaan lebih merupakan kombinasi antara ilmu dan seni yang telah dilakukan manusia ribuan tahun lalu, misalnya

· seleksi dan konservasi jagung oleh orang Indian di Meksiko dari teosinte,

· pembiakan ulat sutera di daratan Tiongkok yang menghasilkan serat sutera yang panjang,

· pemurnian berbagai ras anjing melalui seleksi terhadap serigala,

· persilangan kuda dengan keledai yang menghasilkan bagal, atau

· persilangan itik dengan itik manila (mentok) yang menghasilkanbrati.

Kegiatan-kegiatan itu sepenuhnya berdasarkan pengetahuan, pengalaman dan intuisi, tanpa didasari dengan ilmu. Ilmu pemuliaan mulai berkembang sejak masa kebangkitan di Eropa (renaisans), dengan mulainya usaha untuk menggabungkan kubis dengan lobak dalam satu tanaman oleh Köhlreuter di Jerman, meskipun gagal. Bidang hortikultura dan peternakan (termasuk anjing dan kuda) menjadi obyek eksperimen para pemulia dan mereka mulai mendokumentasi berbagai hasil persilangan yang dilakukan. Pada masa ini beberapa prinsip seleksi dan hereditas telah dikenal.

Abad ke-19 menjadi tahap “pematangan” bagi ilmu pemuliaan, terutama melalui studi-studi dari Karl Pearson di bidang biostatistika, Charles Darwin di bidang biologi eksperimen, J.W.Shull di bidang pemuliaan terapan, dan Gregor Mendel yang melahirkan prinsip genetika. Pertentangan sengit yang terjadi di awal abad ke-20 antara kelompok pro-biostatistika dan pro-Mendel malah menjadi titik awal dari ilmu pemuliaan karena terbitnya naskah dari Ronald Fisher pada tahun 1918 yang “mendamaikan” kedua kubu dan meletakkan dasar ilmiah yang kokoh bagi ilmu ini.
B. Sumbangan Ilmu Pemuliaan

Penerapan ilmu pemuliaan (dan cabang-cabang ilmu peternakan lainnya) telah mengubah peta peternakan pada abad ke-20 jauh berbeda dari masa-masa sebelumnya; dari peternakan yang rentan terhadap lingkungan menjadi peternakan yang lebih terkendali dan bisa dikalkulasi hasilnya. Sebagai contoh:

* penggunaan varietas hibrida dengan memanfaatkan gejala heterosis, yang melipatgandakan hasil tanaman pangan (dikembangkan teknologinya oleh J.W. Shull)
* revolusi hijau pada gandum (1950-an) dan diikuti dengan padi, yang berhasil mengembangkan varietas yang berumur pendek, tanggap terhadap pupuk namun berdaya hasil tinggi
* seleksi berbasis prinsip genetika yang menghasilkan sapi dengan produksi susu atau daging yang meningkat tajam.
* pengembangan galur ayam broiler yang respons terhadap pakan, tumbuh cepat, dan efisien.

Ilmu pemuliaan telah diterapkan di semua bidang, baik tanaman budidaya serta hortikultura (disebut pemuliaan tanaman), peternakan (disebut pemuliaan ternak), kehutanan, maupun perikanan. Produk hasil pemuliaan dikenal sebagai kultivar atau varietas (untuk tanaman), strain, galur, atau populasi seleksi (untuk ternak).

Dalam pembangunan peternakan ada empat komponen yang saling terkait, yaitu manusia (peternak) sebagai subjek yang harus ditingkatkan kesejahteraannya, ternak sebagai objek yang harus ditingkatkan produksi dan produktivitasnya, lahan sebagai basis ekologi budidaya dan pendukung pakan serta teknologi sebagai alat untuk meningkatkan efisiensi produktivitas usaha peternakan.

Peningkatan produktivitas ternak asli (native) dapat dilakukan melalui perbaikan lingkungan (mutu pakan dan tatalaksana) serta program pemuliaan. Peningkatan mutu genetik melalui program pemuliaan dapat dilakukan dengan perkawinan silang (persilangan) dan program seleksi. Seleksi dan persilangan merupakan dua metode yang dapat dilakukan dalam perbaikan mutu genetik untuk meningkatkan produktivitas ternak. Jadi secara sederhana pemuliaan ternak merupakan kombinasi antara pengaruh faktor genetik, tatalaksana pemeliharaan dan faktor keberuntungan (good luck).

C. Memahami Peran Genetika

Genetika (dari bahasa Yunani γεννώ, genno, ‘melahirkan’) merupakan cabang biologi yang paling banyak dipelajari saat ini. Ilmu ini mempelajari berbagai aspek yang menyangkut pewarisan sifat (hereditas) dan variasi sifat pada organisme maupun suborganisme (seperti virus dan prion).

Istilah ‘Genetika’ diperkenalkan oleh William Bateson pada satu surat pribadi kepada Adam Chadwick dan ia menggunakannya pada Konferensi Internasional tentang Genetika yang ke-3 pada 1906.

Bidang kajian genetika dimulai dari ranah molekular hingga populasi. Secara lebih rinci, genetika berusaha menjelaskan

* material apa saja yang membawa informasi untuk diwariskan (bahan genetik),
* bagaimana informasi itu diekspresikan (ekspresi genetik),
* bagaimana informasi itu ditransmisikan dari satu individu ke individu yang lain (pewarisan genetik), dan
* terjadinya variasi antara satu individu dan individu lain berdasarkan ketiga hal yang disebutkan sebelumnya.

Meskipun orang biasanya menetapkan genetika dimulai dengan ditemukannya kembali naskah artikel yang ditulis Gregor Mendel pada tahun 1900, orang sudah mengenal sejak masa prasejarah bagaimana melakukan penjinakan (domestikasi) dan mengembangkan trah-trah murni (pemuliaan) ternak dan tanaman. Orang juga sudah mengenal efek persilangan dan perkawinan sekerabat serta membuat sejumlah prosedur dan peraturan mengenai hal tersebut sejak sebelum genetika berdiri sebagai ilmu yang mandiri.

B. Fenotip / Performans

Fenotip atau sering dikenal dengan performans merupakan suatu karakteristik (baik struktural, biokimiawi, fisiologis, dan perilaku) yang dapat diamati dari suatu organisme yang diatur oleh genotip dan lingkungan serta interaksi keduanya. Pengertian fenotip mencakup berbagai tingkat dalam ekspresi gen dari suatu organisme. Pada tingkat organisme, fenotip adalah sesuatu yang dapat dilihat/diamati/diukur, sesuatu sifat atau karakter. Dalam tingkatan ini, contoh fenotip misalnya warna mata, berat badan, atau ketahanan terhadap suatu penyakit tertentu. Pada tingkat biokimiawi, fenotip dapat berupa kandungan substansi kimiawi tertentu di dalam tubuh. Sebagai misal, kadar gula darah atau kandungan protein dalam daging. Pada taraf molekular, fenotip dapat berupa jumlah RNA yang diproduksi atau terdeteksinya pita DNA atau RNA pada elektroforesis.

Fenotip ditentukan sebagian oleh genotip individu, sebagian oleh lingkungan tempat individu itu hidup, waktu, dan pada sejumlah sifat, interaksi antara genotip dan lingkungan. Waktu biasanya digolongkan sebagai aspek lingkungan (hidup) pula. Ide ini biasa ditulis sebagai

P = G + E + GE


Keterangan:

P : fenotip,

G : faktor genotip

E : faktor lingkungan

GE : interaksi antara faktor genotip dan faktor lingkungan

Pengamatan fenotip dapat sederhana (masalnya warna bulu pada sapi) atau sangat rumit hingga memerlukan alat dan metode khusus. Namun demikian, karena ekspresi genetik suatu genotip bertahap dari tingkat molekular hingga tingkat individu, seringkali ditemukan keterkaitan antara sejumlah fenotip dalam berbagai tingkatan yang berbeda-beda.

Fenotip, khususnya yang bersifat kuantitatif misalnya produksi susu, produksi telur pertambahan berat badan harian dan sebagainya, seringkali diatur oleh banyak gen. Cabang genetika yang membahas sifat-sifat dengan tabiat seperti ini dikenal sebagai genetika kuantitatif.

Faktor Genetik

Seperti dikemukakan di atas, faktor genetik ditentukan oleh susunan gen di dalam kromosom yang dimiliki oleh individu. Jumlah pasangan gen dalam suatu spesies ternak adalah tetap, seperti yang tercantum di dalam Tabel 1. tetapi susunan gennya antara individu yang satu dengan yang lainnya berbeda. Dalam sel yang terdapat di dalam tubuh hewan, kromosom selalu terdapat secara berpasangan. Keadaan yang seperti ini disebut kromosom yang diploid.

Berbeda dengan kromosom yang ada sel tubuh, kromosom yang terdapat pada sel telur dan spermatozoa tidak berpasangan. Keadaan yang semacam ini disebut kromosom yang haploid. Kromosom semacam ini tercipta karena pada saat terjadinya proses spermatogeneisi maupun oogenesis telah terjadi pembelahan reduksi sehingga kromosom yang keadaannya berpasangan atau diploid, menjadi haploid.

PEMULIAN DAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN

Sejalan dengan tingkat kemajuan pembangunan maka kebutuhan manusia terus meningkat. Pemenuhan kebutuhan pangan meliputi karbohidrat, lemak, protein, mineral, vitamin dan hormon. Penelitian dan penerapan hasil penelitian di berbagai bidang ilmu dan teknologi terus diupayakan dan dikembangkan agar pemenuhan kebutuhan terwujud.
Di pihak lain manusia dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya berusaha memanfaatkan segala sistem yang ada di sekitarnya. Salah satu sistem yang sangat penting adalah Sistem Bio-Sosio-Ekonomi yang (Download dalam bentuk file, Click Here)bernama peternakan.
Sistem ini sangat penting karena menghasilkan bahan pangan manusia yang bergizi tinggi, yaitu protein hewani. Oleh karena itu melalui peternakan manusia tidak henti-hentinya mengusahakan peningkatan produksi ternak yang berupa protein hewani, baik berupa daging, susu dan telur. Usaha-usaha tersebut antara lain melalui penerapan ilmu dan teknologi beternak yang disebut pemuliaan ternak. Setelah komputer diciptakan maka perkembangan dan penerapan pemuliaan ternak makin maju dengan pesat.

Komputer adalah suatu alat elektronika yang dikembangkan untuk membantu menyelesaikan pekerjaan dan memecahkan persoalan yang dihadapi oleh manusia dalam mencoba mengikuti perkembangan, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Komputer mempunyai bagian utama perangkat keras dan perangkat lunak yang berupa paket program, namun yang paling penting adalah ketrampilan manusia, pemakai komputer tersebut. Karena alat ciptaan manusia maka komputer dibuat sedemikian rupa sehingga dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan manusia yang makin lama semakin meningkat, baik kuantitas maupun kualitasnya. Oleh karena itu komputer harus dapat memenuhi syarat dari sudut kemampuan menyelesaikan pekerjaan ditinjau dari kuantitas dan kualitasnya.

Pemanfaatan sistem komputer di berbagai bidang kehidupan manusia sudah sejak lama dimulai. Pemanfaatan tersebut antara lain untuk, memecahkan masalah, analisis data dan simulasi. Khusus di bidang pemuliaan ternak manfaatan komputer di gunakan dalam program pencatatan produksi, penaksir hasil seleksi, analisis data untuk penaksiran parameter genetik untuk tujuan peningkatan produksi melalui peningkatan mutu genetik.
Bab Pendahuluan akan disampaikan dengan sistematik, 1) Peranan dan Pemanfaatan Pemuliaan Ternak; 2) Pemanfaatan Sistem Komputer di bidang Pemuliaan Ternak; 3) Harapan untuk Masa Depan.

Peranan dan Manfaat Pemuliaan Ternak

Sejarah Singkat Perkembangan Pemuliaan Ternak
Dalam berbagai kepustakaan dapat ditelusuri bahwa pemuliaan ternak dikembangkan mulai tahun 1760 dan dilaksanakan oleh Robert Bakewell di Inggris. Pengembangan dimulai dengan ternak kuda, domba dan sapi. Keberhasilannya terletak pada tiga hal, yaitu pertama, dia telah menetapkan sasaran yang dia inginkan misal mendapatkan sapi potong yang berbentuk pendek dan cepat dewasa yang waktu itu belum ada. Kedua, dia tidak menjual ternak jantan tetapi meminjamkannya kepada peternak lain dan peminjam mengembalikannya apabila pejantan tersebut mewariskan mutu genetik yang baik. Ketiga, membiakkan ternak yang baik dengan yang baik, tanpa menghiraukan hubungan kekerabatan yang ada. Sebagai akibatnya sering dilak-sanakan perkawinan silang dalam yakni perkawinan antar saudara. Silang dalam tersebut mengarah dihasilkannya trah yang relatif murni, meskipun tanpa diikuti pencatatan.
Metode Backewell ditiru secara luas dan mulai ditetapkan syarat-syarat trah. Trah yang relatip murni tersebut dibawa ke Amerika, kemudian dibiakkan murni dan disilangkan dengan rumpun lokal.
Asosiasi trah mulai dibentuk pada periode 1870 - 1900, mempunyai andil besar dalam pengembangan pemuliaan ternak atau perbaikan genetik ternak. Periode ini ditandai dengan pengembangan buku registrasi untuk menjamin kemurnian trah diikuti dengan semangat kompetitif oleh berbagai asosiasi trah. Terjadilah penyisihan ternak berdasar kemurnian trah sesuai dengan syarat yang ditetapkan oleh asosiasi meskipun belum berdasar pada keunggulan genetik. Namun tetap diakui bahwa sumbangan asosiasi tersebut sangat besar terhadap perkembangan peternakan di Amerika.
Periode setelah asosiasi trah adalah pengembangan inseminasi buatan (IB). Spallanzani pada tahun 1780 melaksanakan IB pada anjing, kemudian pada 1899 di Rusia dikembangkan pada ternak dan mulai 1930 di coba di Eropa. Inseminasi buatan pada sapi perah di mulai 1938 oleh Perry di New Jersey Dairy Extension Service. Ide lB menyebar ibarat seganas api dan banyak dibentuk organisasi atau kelompok IB (Warwick dan Legates, 1979)
Periode setelah 1971 keberhasilan IB mulai dilaporkan oleh Departemen Pertanian Amerika. Dilaporkan bahwa IB telah digunakan pada 8643.089 ekor sapi, 3620 pejantan digunakan untuk menginseminasi rata-rata 3620 ekor sapi betina (7 juta lebih sapi perah dan 1 juta lebih sapi pedaging). Pada tahun 1971 penggunaan semen beku mulai didaftar. Sampai 1987 Program lB telah dilaporkan dapat membantu meningkatkan efektivitas penerapan pemuliaan ternak dengan seleksi dan sistem perkawinan.

Pengertian Pemuliaan Ternak
Berdasar denotasi dan konotasi ilmu, pemuliaan ternak adalah suatu cabang ilmu biologi, genetika terapan dan metode untuk peningkatan atau perbaikan genetik ternak. Pemuliaan ternak diartikan sebagai suatu teknologi beternak yang digunakan untuk meningkatkan mutu genetik. Mutu genetik adalah kemampuan warisan yang berasal dari tetua dan moyang individu. Kemampuan ini akan dimunculkan setelah bekerja sama dengan pengaruh faktor lingkungan di tempat ternak tersebut dipelihara.

Pemunculannya disebut performans atau sehari-hari disebut sebagai produksi dan reproduksi ternak, contohnya antara lain produksi susu, telur, daging, berat lahir, pertambahan berat badan, berat sapih dan jumlah anak sepelahiran.
Kemampuan genetik ternak, dapat juga disebut kemampuan bereproduksi dan berproduksi, tidak dapat dilihat, tetapi dapat ditaksir. Prinsip dasar pemuliaan ternak mengajarkan bahwa kemampuan genetik di wariskan dari tetua ke anak, secara acak. Diartikan bahwa tidak ada dua anak, apa lagi lebih yang memiliki kemampuan yang persis sama kecuali pada kasus monozygote identical twin (dua anak berasal dari satu sel telur). Kemampuan tersebut selanjutnya akan dimunculkan dalam bentuk produksi yang terukur di bawah faktor lingkungan yang tertentu.

Kemampuan genetik tersebut secara sederhana dapat digambarkan sebagai lingkaran kecil yang terletak di dalam lingkaran yang lebih besar. Lingkaran yang lebih besar adalah gambaran pemunculan kemampuan genetik di bawah lingkungan seluas daerah antara dua lingkaran tersebut. Apabila lingkaran lingkungan kita perbesar pemunculan kemampuan genetik tidak akan dapat melampaui batas lingkaran besar. Hal ini disebabkan pemunculan kemampuan genetik itu ada batasnya, yang dikontrol oleh banyak faktor. Setiap individu memiliki gambaran lingkaran kecil dan besar yang berbeda. Kalau faktor kontrol tersebut tidak ada maka seekor kelinci akan dapat dibesarkan menjadi seekor sapi. Tidak demikian yang dimaksud dengan kemampuan genetik. Kalau lingkaran lingkaràn kita kecilkan, maka pemunculan kemampuan genetik akan ikut mengecil.

Pada penerapan pemuliaan ternak hal yang pertama dikatakan pemborosan sedang peristiwa kedua dikatakan kebodohan. Masalah yang dihadapi dalam penerapan pemuliaan ternak, bagaimana dapat mengurangi pemborosan dan tidak menjalankan kebodohan. Masalah selanjutnya, apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan untuk memunculkan kemampuan genetik tersebut ?
Apa yang dapat dilakukan ada dua hal, yakni mengontrol pewarisan kemampuan genetik melalui seleksi dan sistem perkawinan. Selanjutnya diikuti dengan penyediaan faktor lingkungan yang sesuai sampai tingkat yang sebaik mungkin dan masih menguntungkan secara ekonomis. Apa yang tidak mungkin dilakukan adalah memunculkan kemampuan genetik di luar batas yang dimungkinkan.

Pemuliaan ternak dapat ditinjau sebagai suatu metode, maka dalam mencapai tujuan memerlukan unsur-unsur pengamatan, percobaan, definisi, penggolongan, pengukuran, generalisasi, serta tindakan lainnya. Selanjutnya metode tersebut juga membutuhkan langkah-langkah penentuan masalah, perumusan hipotesis, pengumpulan data, penurunan kesimpulan dan pengujian hasil (Gie, 1984). Oleh karena itu pengembangan pemuliaan ternak memerlukan penelitian dan penerapan hasil penelitian yang berkelanjutan. Siapapun yang tertarik akan meningkatkan peranan dan pemanfaatan pemuliaan ternak harus mulai dengan mendalami dasar dan prinsip teori genetika terapan dan melanjutkan dengan penelitian serta penerapan hasil penelitiannya (Adjisoedarmo, 1977 –1991)

Peranan Pemuliaan Ternak
Dua tugas atau peran utama pemuliaan ternak di bidang genetika adalah untuk mengetahui kemampuan genetik ternak dengan menggunakan catatan produksi. Kedua, meningkatkan potensi efisiensi gunakan seleksi dan sistem perkawinan. Peran tersebut tidak akan dapat berjalan sendirinya tanpa di dahului atau secara bersamaan usaha perbaikan faktor lingkungan di tempat ternak dipelihara.
Peranan yang menonjol pemuliaan ternak dalam penyusunan kombinasi genetik adalah peningkatan rerata produksi populasi dan generasi ke generasi berikutnya. Peningkatan tersebut misal berupa peningkatan produksi susu per laktasi, kadar lemak susu, berat lahir, pertambahan berat badan, berat sapih, berat umur tertentu, jumlah anak sepelahiran, berat karkas, kualitas daging, berat wol, diameter wol, ketebalan lemak, produksi telur, daya tetas serta ketahanan terhadap penyakit.
Berdasar pengembangan dan penerapan pemuliaan ternak maka peningkatan produksi ternak dilaksanakan lewat tiga strategi dan bermacam taktik. Tiga strategi tersebut adalah peningkatan populasi, peningkatan produksi per individu atau rataan populasi dan stratifikasi penggunaan tanah yang meliputi ekstensifikasi, intensifikasi dan diversifikasi vertikal dan horizontal, serta rehabili tasi. Berbagai macam taktik digunakan, antara lain perbaikan tatalaksana, program pencatatan produksi, penggunaan perkawinan silang, kawin tatar, penggunaan metode seleksi, teknik inseminasi buatan, penyerempakan birahi, alih janin dan yang paling mutakhir adalah rekayasa genetika.

Ternak di daerah tropik berbeda dengan di daerah subtropik, umumnya berbentuk lebih kecil dan produksinya lebih rendah (Mason dan Buvanendran, 1982). Pertanyaan yang dapat diajukan adalah - Apakah perbedaan tersebut karena faktor iklim apakah keadaan tersebut dapat diubah dengan pergantian ternak, atau pergantian cara pemeliharaan ?. Untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut maka diperlukan bantuan pemuliaan ternak lewat penelitian dan penerapan hasilnya.
Penelitian pemuliaan ternak khususnya seleksi, pada dasarnya mempunyai tiga tujuan. Pertama, untuk menguji teori seleksi, kedua mengumpulkan data parameter genetik, respons fisiologik yang selanjutnya digunakan untuk me nyempurnakan metode seleksi. Ketiga, digunakan untuk membandingkan kriteria seleksi atau sistem perkawinan yang digunakan (Adjisoedarmo, 1976; Adjisoedarmo, 1989).
Contoh penerapan hasil penelitian dari Fakultas Peternakan Unsoed yang telah disebar luaskan penggunaannya di pedesaan adalah Kalender Reproduski domba dan kambing (Adjisoedarmo dan Amsar , 1983). Kalender ini sudah digunakan di 300 kelompok peternak domba dan kambing PPWP (Program Pengembangan Wilayah Propinsi) Jawa Tengah, yang tersebar di 145 desa, di 40 Kecamatan dan 7 Kabupaten (Demak, Jepara, Kudus, Pati, Rembang, Blora dan Grobogan) dan telah disebarkan juga di empat kabupaten di Propinsi Bengkulu (Adjisoedarmo, 1989; Padmowiyoto, 1988). Hasil penelitian metode pengujian pejantan kambing untuk membandingkan keunggulan genetiknya, di bawah kondisi pedesaan telah dilaporkan (Adjisoedarmo, 1991).

Manfaat Pemuliaan Ternak
Pemanfaatan pemuliaan ternak dapat memberikan gambaran tingkat produksi yang diperoleh. Di Amerika, pada waktu dilaporkan bahwa rata-rata produksi susu per ekor sebesar 4500 kg per tahun, produksi tersebut ditaksir masih berada 500 – 1000 kg di bawah kemampuan berproduksi yang dapat dimunculkan di bawah kondisi lingkungan yang lebih baik, masih jauh dari produksi di bawah kondisi lingkungan yang terbaik (Warwick dan Legates, 1979). Pernyataan ini menunjukkan bahwa pemuliaan ternak memberikan informasi apa yang masih dapat dan perlu dilakukan untuk meningatkan produksi.

Pemunculan kemampuan produksi secara maksimum atau tidak bergantung pada para peternak, lembaga, organisasi dan pemerintah. Keputusan yang diambil harus ditinjau dari berbagai faktor, terutama faktor keuntungan yang akan diperoleh peternak. Kalau produksi ditingkatkan menjadi maksimal tetapi harga pasar rendah maka akan merugikan (contoh. kasus pembuangan susu, pemusnahan ribuan domba di Australia ).

Oleh karena itu perlu dicatat bahwa tidak akan muncul keajaiban dalam penerapan pemuliaan ternak (Warwick dkk., 1983) tetapi lebih cenderung merupakan tampilan dan harapan serta kekecewaan (Lush, 1963). Pemuliaan ternak dapat memberikan informasi apa yang mungkin dapat dilakukan dan hasil yang kemungkinan besar dapat diperoleh. Hasil yang muncul di lapangan itulah yang benar dan merupakan informasi dan materi yang dapat kita gunakan untuk menentukan langkah berikutnya. Namun demikian yang sudah dapat dibuktikan kepastiannya adalah bahwa peningkatan genetik hasil penerapan pemuliaan ternak tidak akan hilang selama penerapan seleksi dan sistem perkawinan tidak dihentikan.

Metode Seleksi
Metode seleksi dan penggunaannya untuk meningkatkan produksi, telah banyak digunakan untuk ternak domba, yang mungkin dapat diadopsi di Indonesia.
Seleksi dibedakan untuk antar trah atau rumpun dan dalam bangsa. Seleksi dalam bangsa dibedakan untuk satu karakteristik dan banyak karakteristik. Untuk meningkatkan satu karakteristik digunakan seleksi individu dan famili. Untuk perbaikan lebih dan satu karakteristik digunakan metode 1) seleksi berurutan (Tandem selection), 2) seleksi penyisihan bebas bertingkat (Independent Culling Level) dan 3) seleksi dengan indeks (Warwick dkk., 1983; Adjisoedarmo, 1989).

Sistem perkawinan
Sistem perkawinan yang paling banyak digunakan dalam penerapan pemuliaan ternak adalah perkawinan silang. Alasan menggunakan sistem ini ialah karena dapat digunakan untuk menghasilkan efek heterosis. Kalau efek ini muncul maka produksi rata-rata anak akan melebihi produksi rata-rata tetuanya. Heterosis dapat menyebabkan ternak silangan memiliki produksi 1-17% di atas produksi rata-rata tetuanya (Lasley, 1972). Sistem ini sudah lama di gunakan di Indonesia sehingga sekarang kita memiliki sapi P0, domba Sufeg, kambing PE, Jawa Randu, Kelinci Rexlok, dan hasil lain yang belum berhasil diteliti.

Apabila perbaikan genetik telah diperoleh, masalah yang dihadapi adalah bagaimana mempertahankan dan meningkatkan hasil perbaikan tersebut. Mereka yang telah meyakini peranan dan kemanfaatan pemuliaan ternak akan meneruskan usaha perbaikan genetik karena akhirnya waktu tenaga dan dana yang telah dikeluarkan akan diganti dengan keuntungan hasil penjualan produksi yang makin meningkat. Beberapa contoh keberhasilan pada ternak Domba dan Sapi diuraikan di bawah ini.

Domba
Sebagai contoh misal perkembangan peternakan domba di New Zealand. Pada tahun 1948 mulai dilakukan penelitian menggunakan Domba Romney New Zealand yang memiliki rataan cempe sepelahiran per tahun 1,13 ekor. Pada tahun 1972 rataan tersebut berhasil diperbaiki menjadi 1,75 ekor cempe sepelahiran per tahun (176 cempe per 100 ekor induk yg dikawinkan ). Dilaporkan pula bahwa penerapan pemuliaan ternak menghasilkan domba Romney New Zealand yang memiliki berat lahir rata-rata 4.3 - 4,9 kg dan berat sapih umur 4-5 bulan adalah 25 - 30 kg untuk kelahiran tunggal, 3,9 -4,5 kg dan 23 kg untuk cempe kelahiran ganda ( Dalton dan Rae, 1978).
Domba ekor tipis di Jawa Tengah yang belum pernah merasakan manfaat penerapan pemuliaan ternak, dibawah kondisi penelitian mampu menghasilkan 1,6 ekor cempe per induk per kelahiran dan berat 16 - 17 kg pada umur penyapihan 100 hari (Adjisoedarmo, 1977; Adjisoedarmo,1979).

Sapi Perah
Manfaat penerapan pemuliaan ternak di negara subtropik pada sapi perah telah dilaporkan di Denmark, Swedia, Firlandia dan Norwegia dalam periode 1960 - 1972. Manfaat yang diperoleh tersebut berupa kenaikan produksi susu dan 3000 kg pada 1950 menjadi 5500 kg di tahun 1972. Hasil ini masih jauh di atas yang dapat dicapai di Indonesia, seperti. yang dilaporkan di Jawa Tengah dan Jawa Barat. Sapi perah di BPT Baturaden, Jawa Tengah, dari tahun 1979 sampai 1984 dilaporkan mencapai produksi rata-rata per lataktasi (305 hari 2 x ME) 2492 - 2945 liter atau 8 -9,7 liter per hari(Anonimus, 1984).
Hasil penggunaan frozen semen pejantan yang telah diuji dengan uji keturunan dilaporkan dapat menghasilkan induk bibit yang berproduksi di atas 4000-liter per laktasi di daerah Jawa Barat (Anonimus,1986). Hasil ini memberikan petunjuk bahwa IB merupakan tehnik untuk menyebarkan mutu genetik unggul. Sedangkan mutu genetik yang unggul tersebut diwariskan sehingga keturunan pejantan tersebut memiliki mutu genetik rata-rata lebih tinggi dibanding sebelum penggunaan pejantan unggul tersebut.

Penerapan seleksi dan sistem perkawinan untuk ternak ruminansia di daerah tropik telah diuraikan oleh Mason dan Buvanendran (1982) dan diterbitkan oleh FAO. Penerapan ini meliputi untuk ternak sapi perah, potong, domba dan kambing. Secara teoritik kenaikan produksi susu dapat dinaikkan sebesar dua persen per tahun.

Sapi Pedaging
Contoh manfaat penerapan pemuliaan ternak pada sapi pedaging telah diuraikan oleh Adjisoedarmo (1976). Seleksi untuk sapi potong mempunyai dua tujuan pokok. Pertama memilih pejantan untuk menghasilkan keturunan yang langsung dijual atau dipotong dan kedua memilih pejantan untuk menghasilkan keturunan yang akan dipakai sebagai bibit. Untuk tujuan pertama peningkatan mutu genetik didasarkan pada laju pertumbuhan harian rata-rata (0,3 - 1 k~ per ban).

Jenjang keunggulan trah sapi (diantara 280 trah sapi di dunia), berdasar kriteria pertambahan berat badan dan penggunaannya dalam perkawinan silang telah dilaporkan Preston (1973), berturut-turut, dari tinggi ke rendah, Charolais, Simmental, German Gelbief. Rogrnanola, Marchigiana, Chianina, Lomousin, Blond d’aquitame, Mame Anjou, Brown Swiss, Friesien, South Devon, Santa Gretudis, Danish Red, Devon, Brahman, Hereford, Angus, Shorton.
Pemerintah Indonesia mulai Pelita II telah berketetapan mengadakan kawin tatar dengan American Brahaman. Didukung dengan pengembangan teknik IB, maka hasilnya telah dapat dirasakan terutama oleh peternak di Jawa Tengah. Angka tinggi domba, lingkar dada dan panjang badan pedet hasil persilangan P0 dengan American Brahman, yang dilaporkan Munadi (1975) dan Kabupaten Rembang dengan mudah sekarang dapat dilampaui(Adjisoedarmo, 1990a).

Produktifitas sapi Ongole dan persilangannya telah dilaporkan Hardjo subroto (1988). Dilaporkan bahwa pertambahan berat harian Brahman x P0 dan Ongole x P0 pada tingkat pra sapih adalah 0,64 kg/hr dan 0,62 kg/hr sedangkan pada lepas sapih 0,25 kg dan 0,25 kg/hr.
Gambaran mengenai mutu genetik sapi Bali telah dilaporkan oleh Martoyo (1988). Dilaporkan bahwa dalam segi ketahanan penyakit khas sapi Bali diperkirakan terdapat perbedaan genetik yang cukup besar. Peningkatan mutu genetik serta pelestarian sapi Bali perlu mendapat perhatian terus-menerus.

Keberhasilan penerapan pemuliaan juga dapat diukur dengan munculnya trah ternak, sapi perah, sapi pedaging, domba, babi dan ayam ras serta kelinci. Trah tertentu tersebut mampu beradaptasi di bawah kondisi lingkungan tertentu baik iklim sub tropik dan tropik serta mampu berproduksi secara efisien. Trah Sapi perah yang terkenal antara lain Friesien, Jersey, Australian Milking Zebu dll; trah sapi pedaging antara lain Angus, Heford, Simental, Charolais, Brahman; seratus lebih trah domba, berpuluh trah babi, dan kelinci. Trah unggul dan baru dari negeri asalnya kemudian disebar luaskan ke negara-negera yang berusaha membangun peternakan dengan penggunakan materi genetik import.Importasi dapat berupa ternak atau berupa mani beku, atau embrio beku.Dalam buku ajar yang ditulis Rice tahun 1926 dinyatakan bahwa Breeding is an art to be leamed only by practice, but knowledge of principles supplies the only firm foundation for its practice. Superior animals will be more numerous when breeders know why as well as how” ( Warwick dan Legates, 1979).

Berdasar uraian tersebut maka peran pemuliaan ternak dalam pembangunan peternakan merupakan peran yang mendasar, karena menyangkut sumber genetik dan pewarisan, perbaikannya, penyebarannya, pengukuran hasilnya, dan pengujian hasilnya. Apabila peran tersebut berjalan dengan sempurna maka pengujian ternak akan memberi mánfaat berupa produk ternak yang berkualitas seperti yang dipersyaratkan manusia sesuai dengan perkembangan kualitas hidupnya dan juga berkecukupan dalam jumlahnya. Secara sederhana pemuliaan ternak akan memberi manfaat dalam bentuk meningkatkan gizi manusia khususnya protein hewani.

Banyak bukti telah dilaporkan bahwa dengan pemuliaan ternak maka produk ternak dapat dilipat gandakan. Warwick dan Legate (1982) melaporkan
bahwa produksi susu dapat dilipat duakan, produksi daging ditingkatkan 50%, produksi wol lipat empat kali.


Pemanfaatan Sistem Komputer di Bidang Pemuliaan Ternak
Komputer adalah suatu alat elektronik, batasan lebih lengkap yang diberikan oleh Malone (1983) adalah -Computers are automatic electronic machme that solves complicated problems with great speed in just one second, computers can do a million logical operations-.Pada 1642 Blaise Pascal membuat mechanical computer yang pertama, pada 1882 diciptakan cash register, pada tahun 1940 mulai dikembangkan Electronic Computer, - yang dibuat pertama kali oleh Eckert dan Mauchley (Anonimus, 1974). Pada waktu itu kemudian dikembangkan cabang ilmu baru yang disebut Electronic Data Processing, EDP (Malone, 1983).

Komputer pada 1950 sudah menggunakan transistor dan IC (Integrated Circuit) sehingga komputer dapat bekerja lebih cepat. Komputer modern dapat menghitung dengan kecepatan ¼ kecepatan cahaya (299728 km/detik). Komputer dapat mengerjakan pekerjaan dalam satu jam sebanding yang dikerjakan oleh ribuan sarjana dalam seumur hidupnya.

Komputer itu bodoh tidak dapat berfikir, dapat mengerjakan sesuatu setelah diberi tahu, kapan mengerjakannya dan bagaimana cara mengerjakannya. Kumpulan perintah yang dapat memberi tahu tersebut disebut program atau software. Komputer dapat dinyalakan tetapi tanpa program tidak dapat bekerja.

Perangkat keras komputer terdiri dan mesin, kawat, chip silicon, dan bagian lain dalam komputer. Berbagai macam komputer yang dibuat kemampuan kerjanya berbeda. Perbedaan tersebut terletak pada kemampuan menyimpan data dan kecepatan bekerja. Pada masa sekarang telah dikenal komputer mikro, mini, midi, besar dan super besar. Pembagian menurut generasinya dikenal: 1) generasi pertama, 2) kedua, dan 3) ketiga. Makin tiriggi generasinya makin kecil ukurannya ( Widodo, 1984).
Segala macam data dapat digunakan sebagai masukan. Data masukan dapat dimasukkan dengan berbagai cara, menggunakan piranti masukan, berupa keyboard, mouse atau bentuk lain. Data masukan selanjutnya oleh komputer diubah menjadi bahasa mesin komputer. Setelah komputer diperintah untuk menyelesaikan sesuatu pekerjaan maka data masukan akan diproses sesuai dengan perintah. Hasil yang diperoleh kemudian akan disimpan atau dicetak tergantung perintah pemakai komputer. Hasil dapat ditampilkan pada layar monitor atau diketik pada mesin cetak.
Program komputer ditulis menggunakan bahasa program, contohnya FORTRAN, PASCAL dan BASIC. Penulisan progam harus menurut aturan khusus bahasa program yang digunakan. Pembuatan program umumnya bertujuan untuk memecahkan persoalan.
Pemecahan persoalan dengan bantuan komputer dilaksanakan dalam beberapa tahap, 1) memformulasikan persoalan secara rinci, 2) menyusun metode penyelesaian persoalan secara bertahap (algorithma), 3) menyusun peta alir, atau peta penyelesaian secara grafik dan terakhir 4) menterjemahkan dalam bahasa program (Djojodiharjo, 1983).

Pemanfaatan sistem komputer dapat menggunakan herbagai macam bahasa program yakni, bahasa mesin, bahasa assembler dan bahasa kompailer. Bahasa mesin adalah bahasa yang primitif, instruksi ditulis dengan menggunakan tanda numerik. Bahasa mesin dimengerti oleh komputer tanpa perlu diterjemahkan lebih dahulu. Bahasa assembler ditulis menggunakan abjad dan tanda numerik, komputer mengerti setelah diterjemahkan ke dalam bahasa mesin. Bahasa kompailer ditulis dengan menggunakan bahasa Inggris, dikombinasikan dengan titik koma dan operator matematik. Contoh bahasa kompailer adalah FORTRAN, COBOL, ALGOL, PASCAL dan BASIC. Komputer harus menterjemahkan lebih dahulu ke bahasa mesin untuk mengerti bahasa kompailer (Djojodihardjo, 1984).

Uraian singkat tersebut memberikan informasi bahwa sistem komputer dapat dimanfaatkan juga untuk memecahkan persoalan di bidang pemuliaan ternak.
Pemanfaatan sistem komputer di Amerika untuk bidang pertanian, secara nasional, mulai dikembangkan pada tahun 1970 oleh dua orang profesor dari Universitas Nebraska, sistem tersebut dikenal dengan nama AGNET (Agriculture Computer Network). AGNET merupakan alat manajemen untuk pertanian, diciptakan untuk keperluan petani dan peternak. AGNET memiliki jaringan sampai ke Pusat Penyuluhan Pertanian di country. Staf kantor tersebut dilatih mengoperasikan terminal yang dikontrol dari pusat AGNET di Negara Bagian. AGNET merupakan service-oriented computer center. Pada tahun 1983 dilaporkan memiliki 200 macam program untuk membantu membuat keputusan menejerial yang lebih baik untuk peningkatan manajemen finansial. Pada waktu itu diramalkan bahwa yang memanfaatkan sistem komputer akan dapat mempertahankan keuntungannya sampai tahun 1990.

Pemanfaatan sistem komputer melalui AGNET terutama untuk 1) Business Accountirig, 2) Herd Performance Reportirig, 3) Financial Management. Paket Program kelompok Livestock Production Models yang disediakan AGNET antara lain, BEEF (simulasi analisis ekonomi), COWCULL ( culling sapi perah), WEAN (uji kemampuan produksi berat sapih), CROSSBREED (evaluasi hasil persilangan), COWGAME ( simulasi genetik) (Hughes, 1983).
Penggunaan komputer dalam genetika dan pemuliaan ternak dapat dikelompokkan dalam empat kategori yaitu yang pertama untuk penyusunan rancangan penelitian sehingga diperoleh alternatif pencapaian tujuan, kedua untuk analisis data, ketiga untuk pemecahan masalah dalam formulasi matematik dan akhirnya yang keempat untuk simulasi model biologik (Secheinberg, 1968).
Selain itu adalah penggunaan dalam kaitannya dengan pengkajian seleksi yakni untuk tujuan penyelesaian masalah yang kompleks dan realistik mengenai pewarisan kuantitatif (Robertson, 1980). Sebagai contohnya adalah bahwa perhitungan indeks dapat dibantu dengan penggunaan program komputer yang disebut SELIND (Cuningham, 1970).

European Association for Animal Production (EEAP) telah melaporkan pemanfaatan sistem komputer dalam program pencatatan produksi di dua puluh
negara Eropa. Di dua belas negara diantaranya (Bulgaria, Cekoslowakia, Irlandia, Perancis, Finlandia, Inggris, Hunggaria, Islandia, Norwegia, Swedia, Spanyol dan Switserlandia) komputerisasi program pencatatan produksi dimanfaatkan untuk seleksi.
Program pencatatan produksi pada dasarnya adalah kegiatan rutin mencatat produksi. Pencatatan ini dilakukan menurut aturan tertentu. Aturan tersebut mengatur macam produksi yang harus dicatat, cara mencatat, waktu mencatat, blangko pencatatan dan pemanfaatan catatan produksi tersebut. Program pencatatan produksi merupakan kegiatan penting dalam penyediaan informasi untuk pengambilan keputusan yang berhubungan dengan efisiensi dan keuntungan usaha. Selain itu informasi tersebut juga sangat diperlukan untuk melaksanakan seleksi.

Simulasi pada akhir-akhir ini makin meningkat kegunaannya dalam pengembangan model di bidang pemuliaan ternak. Peningkatan ini mungkin disebabkan karena penyediaan sistem komputer makin mudah dan murah sedangkan kebutuhan pemecahan masalah dengan model semakin dibutuhkan, sehingga hasil simulasi makin banyak dilaporkan. Beberapa contoh hasil simulasi, untuk seleksi unggas dilaporkan Astuti (1978)-, untuk domba oleh Blackburn dan Cartwrigt (1987), untuk mengevaluasi hasil perkawinan silang pada ternak babi oleh NcLaren dkk., (1987), untuk seleksi domba di Indonesia khususnya di Jawa Tengah oleh Adjisoedarmo (1989), untuk menaksir variansi genetik oleh Werf dan Hoer (1990).
Berdasar perkembangan sistem komputer dan pemanfaatannya di bidang pemuliaan ternak, dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan tersebut umumnya ditujukan untuk peningkatkan efisiensi reproduksi dan produksi. Peningkatan itu disebabkan karena pengambilan keputusan yang lebih cermat dan tepat.

Kecermatan dan ketepatan pengambilan. keputusan disebabkan karena informasi yang benar telah direkam dalam komputer. Informasi yang direkam pada umumnya adalah produksi ternak misal produksi susu, kadar lemak susu, berat lahir, pertambahan berat badan, dan berat sapih. Oleh karena itu pemanfaatan sistem komputer yang paling awal umumnya dalam program pencatatan produksi.


PENGGUNAAN STASTIKA DALAM PEMULIAAN TERNAK

Tujuan penggunaan statistika dapat dibagi menjadi dua pokok.
1.Menyingkat data menjadi hanya beberapa tetapan sederhana bentuknya dan
2.Menilai pentingnya peranan tetapan-tetapan tersebut.
Satistics is the branch of scientific method which deals with the data obtamed by countirig or measuring the properties of populations of natural phenomena.
Data yang diperoleh dapat berasal dari segala bidang yang sedang dipelajari. Dengan sendirinya data yang (akan) dibutuhkan dan akan dibicarakan adalah yang berasal dari bidang pemuliaan ternak.

Populasi adalah kumpulan item atau individu. Populasi mempunyai anggota tertentu atau terbatas dan kecil, dapat terbatas dan besar, atau dapat dengan jumlah tak terbatas. Oleh karena itu populasi dapat digunakan sebagai sumber pemilihan dan pengambilan contoh. Pengambilan contoh dilakukan karena tak dapat mengukur semua individu anggota populasi tersebut. Populasi didefinisikan oleh tetapan-tetapan yang berparameter. Dari contoh dapat ditentukan tetapan-tetapa-n yang disebut statistik.
Contoh yang diambil dari populasi yang sama akan menghasilkan statistik yang belum tentu sama nilainya dengan statistik yang dihasilkan dari contoh sebelumnya. Oleh karena nilai statistik suatu contoh dipengaruhi oleh kesalahan acak yang timbul karena proses pengambilan contoh.

Dalam garis besarnya analisis statistik perlu dilakukan karena asalan sebagai berikut.
1.Adanya variasi atau perbedaan diantara populasi dan contoh yang dipelajari.
2.Data yang dibutuhkan atau yang ada tidak sempurna
3.Tak mungkin dan tak efisien untuk mengumpulkan data dalam jumlah besar dengan harapan dapat menarik kesimpulan bebas dari kesalahan.
4.Statistik merupakan cara yang rasional dan cocok untuk membuat kesimpulan-kesimpulan secara induktif.
Dalam menggunakan statistika dalam pemuliaan ternak perlu sekali lagi diingat hal-hal sebagai berikut.
a.Cara mendefinisikan atau menerangkan suatu populasi, mengurangi jumlah data yang dibutuhkan sedemikian rupa sehingga mudah dimengerti dan dipergunakan.
b.Cara membandingkan dua kelompok data dengan menggunakan Uji Nyata (Test of Significance).
c.Bagaimana mendefinisikan atau menerangkan suatu populasi yang tersifat karena adanya lebih dari satu peragam ( misal berat wol dan kualitas wol pada domba).
d.Bagaimana membandingkan lebih dari dua kelompok.

Pengertian yang Diperlukan

1. Populasi
Dipakai untuk kumpulan obyek, individu atau sejumlah ketegori. Contoh populasi dalam pemuliaan ternak.
(1) Berat lahir anak domba di Baturraden.
(2) Nilai pemuliaan untuk karakteristik berat sapihan domba.
(3) Tiriggi dan berat domba umur tertentu.
(4) Data produksi harian per laktasi sekelompok sapi perah.
Perlu diperhatikan pentingnya spesifikasi pengukuran. Berat lahir domba lokal (1 kg) misalnya akan berbeda kalau yang dimaksudkan lokal di Baturaden dan lokal di lain daerah, daerah Priangan misalnya, maka berasal dari dua populasi yang berbeda.

2. Peubah (variabel)
Dipakai untuk menerangkan kuantitas, karakteristik atau pengukuran yang berbeda beda.
a. Mengenai punya tidaknya tanduk pada ternak dalam populasi ternak tertentu, disebut variabel yang diskrit (descrete). Contoh lain adalah jawaban ya dan tidak atas pertanyaan yang diajukan, jumlah cempe per induk yang mati atau hidup (merupakan hasil penghitungan ).
b. Berat wol adalah karakteristik yang dapat diukur sampai kecermatan tertentu dapat diukur misalnya 0,5 kg , 1 kg, 1,1 kg atau sampai satu angka dibelakang koma, dan dalam kg, Variabel yang bersifat demikian disebut variabel kontiriyu (Contiriues); variabel yang merupakan hasil pengukuran.

3. Contoh Acak (Random Sample)
Yang dimaksud dengan contoh acak adalah contoh yang diambil dari populasi dengan cara sedemikian rupa sehingga setiap anggota dari populasi tersebut mempunyai peluang yang sama untuk dapat menjadi contoh. Dengan cara demikian contoh dapat dipakai untuk manaksir parameter populasi dengan kesalahan yang dapat dipertanggung jawabkan.

4. Sebaran Frekuensi
Hasil pengukuran terhadap beberapa karakteristik suatu kelompok individu akan berbeda beda. Langkah pertama yang harus dikerjakan adalah menyusunnya ke dalam beberapa golongan nilai. Dari hasil penyusunan tersebut akan diperoleh sebaran frekuensi.

PERBAIKAN MUTU GENETIK DAN VARIANSI GENETIK

Variasi kualitatif dan kuantitatif

Tujuan peningkatan mutu genetik adalah meningkatkan efisiensi reproduksi dan produksi dengan meningkatkan kemampuan reproduksi dan produksi setiap ternak di dalam populasi. Menaikkan nilai tengah populasi biasanya dinyatakan sebagai produksi per individu. Misal 15 l susu per ekor, 19 kg wol per ekor, 200 butir telur per ekor dst.

Menaikkan produk per individu tidak selalu sama dengan menaikkan keuntungan ekonomis. Keadaan demikian disebabkan karena menaikkan produksi biasanya diikuti dengan kenaikan ongkos produksi. Diperoleh banyak bukti bahwa individu yang lebih produktif biasanya lebih efisien dalam menggunakan pakan. Apabila fenomena tersebut benar maka tidak menyebabkan kesalahan yang besar apabila karakteristik dinyatakan dalam unit produksi per individu. Perlu selalu diperhitungkan dan ditirijau kembali efisiensi produksi apabila produksi individu naik. Individu yang lebih produktif akan membutuhkan pakan yang lebih banyak, tetapi biasanya lebih rentan terhadap penyakit.

Asumsi yang digunakan dalam membahas karakteristik ialah bahwa suatu karakteristik ditentukan paling tidak oleh kombinasi gen atau yang sering disebut dengan potensi genetik individu. Berdasar asumsi tersebut maka perbedaan antara individu (kemampuan produksinya) menghasilkan suatu produk, sebagian ditentukan oleh perbedaan kombinasi gen (potensi gen) yang dimiliki individu.

Pertanyaan yang perlu dijawab ialah - Bagaimana sesungguhnya perbedaan tersebut terjadi ? Apakah kita dapat memanfaatkan perbedaan tersebut?. Jawaban pertanyaan tersebut akan ditemui dalam mengikuti kuliah dan membaca materi kuliah, mengikuti praktikum, diskusi dan membaca sumber pustaka yang lain (diperpustakaan).

Beberapa perbedaan (genetik) tampak jelas pada individu dan dapat diklasifikasikan dalam klas diskrit. Misal, warna kulit pada sapi, laju pertumbuhan bulu pada ayam. Karakteristik yang masuk dalam klas diskrit disebut karakteristik discontiriues atau kualitatif. Tidak semua karakteristik kualitatif jelas dapat dilihat, misal gol darah, memerlukan bantuan teknik tertentu untuk dapat membedakan golongan darah. Karakteristik kualitatif kalau digunakan untuk mengelompokkan individu akan diperoleh klas diskrit. Misalnya, pada sapi Shorthorn, RR merah, Rr roan (merah campur putih) dan rr putih (tidak ada pigment). Untuk karakteristik tertentu, meskipun fenotipenya diketahui, pengetahuan tersebut tidak dapat digunakan untuk spesifikasi individu secara sempurna.

Berbeda dengan karakteristik kualitatif, karakteristik yang ekonomis (kuantitatif) umumnya karakteristik yang tidak dapat dipakai untuk mengelompokkan individu menjadi klas diskrit, tetapi dapat dalam klas contiriues. Misal produksi susu pada laktasi pertama berkisar dari 800 l sampai 4000 liter. Berarti pada laktasi pertama tersebut ada kisaran variasi (perbedaan/selisih) yang kontiriyu, seperti yang telihat dalam Gambar

Perbedaan karakteristik kualitatif dan kuantitatif dapat dijelaskan sebagai berikut.

Karakteristik kualitatif Karakteristik kuantitatif
Diskripsi dan analisinya
secara individual Diskripsi dan analisinya ditirijau dari populasi

Diskripsi variasi kuantitatif pada contoh di atas bagian terbesar individu mempunyai produksi di sekitar nilai tengah, sebagian kecil anggota populasi mempunyai produksi menjauhi nilai tengah.

Kurva frekuensi Gambar 4.2 dapat dicirikan dengan besaran, rata-rata aritmetik atau mean, dan standar deviasi atau simpang baku. Kurang lebih 2/3 (dua pertiga) anggota populasi terletak di daerah -2 s/d +2. Besaran pengukur yang lain adalah variansi (variansi = kuadrat simpang baku). Variansi disimbolkan dengan V dan simpang baku disimbolkan dengan . Berdasar con toh pada Gambar 1 dan 2 dapat dimengerti bahwa 2/3 anggota populasi produksinya berkisar dari 1600 s/d 3200 liter (karena  = 400 liter).
Telah banyak macam analisis dijalankan untuk mengetahui berpasang gen mempengaruhi karakteristik kuantitatif tertentu. Estimasi yang diperoleh tidak cermat. Hasil yang diperoleh melaporkan , ada petunjuk bahwa jumlah pasangan gen tersebut berkisar 10 (sepuluh) sampai dengan 100 (seratus) pasang. Lepas dari hasil tersebut yang bagi kita adalah, bagaimna kita dapat menaksir dan selanjutnya dapat memilih individu dengan kombinasi gen atau potensi genetik yang tidak diketahui dengan pasti berdasarkan hasil pengukuran karakteristik kuantitatif. Proses fisiologik baik yang bersifat hormonal maupun enzymatik banyak terlihat dalam pemunculan karakteristik kuantitatif.

2. Ekspresi karakteristik kuantitatif tidak hanya tergantung pada kombinasi gen, tetapi juga pada faktor lingkungan.

Dua individiu monozygote indentical twin memiliki kombinasi gen yang sama. Apabila kedua individu tersebut dipelihara di bawah faktor lingkungan yang berbeda maka akan memunculkan karakteristik kuantitatif yang berbeda pula.

Untuk lengkapnya, anda bisa membaca beberapa buku tentang pemulian dan genetika di toko-toko buku terdekat. Rekomendasi dari saya adalah buku dari Prof. Ronny RR (Genetika Ternak), dan juga buku dari Prof. Harimurti (Pemuliaan TErnak). Kedua-duanya adalah dosen genetika IPB.

Jangan Pernah Hanya Melihat Hasil

Jangan pernah hanya melihat hasil dari pekerjaan seseorang, itu yang saya pahami dari berbagai realitas yang ada.
Karena ketika kita hanya melihat hasil tanpa pernah atau tidak mau memahami bagaimana proses mendapatkan hasil itu berjalan, akan ada bias dan ketida seimbangan, bahkan akan ada hak yang kita abaikan, yaitu hak untuk mendapatkan penghargaan dari usaha, walaupun usaha itu tidak menghasilkan sesuai apa yang sesungguhnya diharapkan.
Dalam hal ini, bahkan kita dapat saja dikatakan sebagai orang yang mendahului Tuhan, untuk menilai baik dan buruknya suatu proses.
Kita ambil sebuah contoh yang sangat kontras, ketika Nabi Nuh as diperintahkan ALLAH SWT untuk menyeru kaumnya selama kurang lebih 1050 tahun, dan ternyata hanya sebagian kecil dari ummatnya yang beriman kepada ALLAH SWT. Apakah kita bisa menyimpulkan bahwa Nabi Nuh gagal?.
Tidak sama sekali, karena penentuan gagal itu, harus juga melihat proses tidak hanya hasil, dan yang menentukan hasil itu hanyalah ALLAH SWT semata, dan kita hanyalah bertugas untuk berusaha.
Bukan begitu?

Selasa, 16 November 2010

Idul Adha 1431 H

Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu Akbar,
Allahu akbar walillahilham

Kembali berjumpa dengan hari raya Idul Adha 1431 H/2010 M.

Semoga dengan momentum ini, makin meningkatkan semangat berkorban dalam diri pribadi kita masing-masing, tentunya berkorban dalam rangka ketaan kepada Sang Pencipta, Allah SWT.

Minggu, 07 November 2010

Haramnya Bid’ah; Islam Agama yang Sempurna

Allah Ta’ala berfirman, “Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagimu agamamu.” (QS. Al-Maidah: 3)

Di dalam ayat yang mulia ini, Allah menegaskan bahwa agama Islam merupakan agama yang sempurna dan lengkap. Oleh karena itu, agama ini tidak memerlukan sedikit pun tambahan ataupun pengurangan, apapun bentuknya. Imam Malik memperingatkan bahaya bagi seseorang yang membuat-buat ajaran baru dalam agama (bid’ah). Beliau rahimahullah berkata, “Barangsiapa yang membuat bid’ah di dalam Islam yang mana ia menganggap sebagai bid’ah hasanah (bid’ah yang baik red─), maka sesungguhnya ia telah menuduh Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam telah berkhianat di dalam (menyampaikan) risalah, karena sesungguhnya Allah telah berfirman, ‘Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagimu agamamu.’ Maka apa-apa yang tidak menjadi agama pada hari itu, niscaya tidak akan menjadi agama pada hari ini.” (Al-I’tisham, Imam Asy Syathibi juz I hal. 49 di dalam Risalah Bid’ah, bin Amir Abdat)

Pengertian Bid’ah

Bid’ah menurut bahasa berarti sesuatu yang baru tanpa adanya contoh sebelumnya.

Bid’ah dinamakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai muhdats, yaitu sesuatu yang baru di dalam agama yang tidak pernah disyariatkan oleh Allah dan rasul-Nya. Atau suatu cara yang diadakan/dibuat oleh orang di dalam agama Islam yang menyerupai syari’at untuk tujuan beribadah kepada Allah.

Bid’ah merupakan amalan yang terbatas pada masalah ibadah. Ibadah didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Allah baik perkataan atau perbuatan, lahir maupun batin.

Jenis-Jenis Bid’ah

Bid’ah dalam agama ada dua macam:

Pertama, bid’ah qauliyah i’tiqadiyah (bid’ah yang bersifat pemikiran dan keyakinan). Misal, pemikiran sesat kelompok qadariyyah (suatu keyakinan bahwa Allah tidak mengetahui perbuatan yang akan dilakukan makhluk-Nya).

Kedua, bid’ah dalam masalah ibadah. Bentuk-bentuk bid’ah jenis ini antara lain:

Pertama, bid’ah yang terjadi pada asal-usul ibadah. Misal, membuat ibadah yang tidak ada landasan syari’at seperti perayaan-perayaan yang tidak disyari’atkan. Contohnya maulid Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Kedua, bid’ah berupa penambahan terhadap ibadah yang disyari’atkan. Misal, menambah raka’at pada shalat Dzuhur menjadi lima raka’at.

Ketiga, bid’ah dalam tata cara pelaksanaan ibadah, yaitu melaksanakan tata cara ibadah dengan cara yang tidak sesuai dengan syari’at. Misal, membaca dzikir secara bersama-sama.

Keempat, bid’ah dalam pengkhususan waktu tertentu untuk melaksanakan ibadah, sementara syari’at Islam sebenarnya tidak mengkhususkan waktu tersebut. Misal, puasa nishfu sya’ban (puasa pertengahan bulan Sya’ban).

Imam Al-Albani menerangkan dalam kitabnya Ahkamul Janaa-iz tentang cara mengenal bid’ah, yaitu:

Pertama, segala sesuatu yang menyalahi sunnah, baik perkataan, perbuatan, atau keyakinan meskipun keluar dari hasil ijtihad.

Adakalanya bid’ah itu timbul atau keluar dari hasil ijtihad yang keliru dari sebagian ulama, meskipun ulama tersebut tidak disebut sebagai pembuat bid’ah. Mereka bahkan memperoleh satu ganjaran karena hasil ijtihadnya, walaupun salah. Kesalahan ijtihad tersebut tidak boleh diikuti oleh kaum muslimin.

Kedua, Setiap urusan yang dikerjakan untuk mendekatkan diri kepada Allah, padahal telah datang larangan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Misal, orang yang berpuasa sepanjang masa (terus menerus), dan yang mengkhususkan hari Jum’at untuk berpuasa.

Ketiga, setiap urusan yang tidak mungkin disyari’atkan kecuali dengan nash (dalil) atau keterangan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Jika nash tidak ada, maka itulah bid’ah kecuali jika datang keterangan dari sahabat dan dikerjakan berulang kali, serta tidak ada yang mengingkari dari sahabat lainnya.

Keempat, memasukkan adat-adat kaum kuffar di dalam ibadah kaum muslimin

Kelima, setiap ibadah yang disukai oleh sebagian ulama mutaakhirin, padahal tidak berdasar dalil.

Keenam, ibadah yang berlandaskan pada dalil hadits dha’if (lemah) atau maudhu’ (palsu)

Ketujuh, ghuluw (berlebihan) di dalam beribadah.

Kedelapan, setiap ibadah yang dimutlakkan oleh agama, kemudian manusia mengaitkannya dengan beberapa kaitan seperti tempat, waktu, sifat, atau bilangan.

Hukum Bid’ah

Setiap bid’ah dalam agama hukumnya haram dan sesat. Hal ini berdasar pada sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Jauhilah oleh kalian perkara-perkara baru yang diada-adakan, sesungguhnya setiap perkara baru (yang diada-adakan) itu adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat.” (HR. Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah).

Dalam riwayat yang lain, “Barangsiapa melakukan amalan yang tidak ada padanya (dasarnya dalam) urusan (agama) kami, maka dia tertolak.” (HR. Muslim)

Barangsiapa yang membagi bid’ah menjadi bid’ah hasanah (baik) dan bid’ah sayyi’ah (buruk), maka ia telah melakukan kekeliruan dan menyalahi sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Sesungguhnya setiap bid’ah itu adalah sesat.”

Penyebab Timbulnya Bid’ah

x. Kebodohan terhadap hukum agama

Seiring perjalanan waktu dari masa ke masa, manusia semakin jauh dari ajaran-ajaran Islam sehingga ilmu akan semakin sedikit dan kebodohan pun merajalela. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa hidup (sesudahku nanti), niscaya akan melihat perselisihan yang amat banyak.” (HR. Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

Bid’ah hanya bisa diberantas dengan ilmu dan keberadaan ulama. Jika ilmu dan ulama semakin sedikit, maka kesempatan emas bagi para pelaku bid’ah untuk menyebarluaskan ajaran bid’ah dengan leluasa.

x. Mengikuti hawa nafsu

Barangsiapa berpaling dari Al-Qur’an dan Sunnah, maka pasti ia akan menuruti hawa nafsunya. Allah Ta’ala berfirman, “Maka jika mereka tidak menyambut (seruan)mu, ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanya mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah orang yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikit pun.” (QS. Al-Qashash: 50)

x. Fanatisme terhadap pendapat tokoh tertentu

x. Meniru orang-orang kafir dalam hal keyakinan dan ibadah (misal, meniru perayaan hari besar non-Islam. Untuk memperingati kelahiran Yesus, Nasrani merayakan Natal. Sementara sebagian kaum muslimin meniru-niru memperingati kelahiran Rasulullah dengan merayakan maulid Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.)



Sumber:

bin Amir Abdat, Abdul Hakim. 2006. Risalah Bid’ah. Jakarta: Penerbit Pustaka Abdullah Jakarta

bin Abdullah Al-Mathar, Hammud. 2006. Ensiklopedia Bid’ah terjemah Amir Hamzah, Kholif Muttaqien, Fuad Ahmadi. Jakarta: Darul Haq

Ibnu Taimiyah. 2006. Membedah Firqoh-Firqoh Sesat terjemah Hawin Murtadlo. Solo: Al-Qowam

Pengertian Bid’ah dan Jenis-jenisnya

Pengertian Bid’ah

Bid’ah menurut bahasa adalah sesuatu yang diadakan tanpa ada contoh sebelumnya.(1) Ini bisa dilihat dalam firman Allah:

“Allah-lah Pencipta langit dan bumi”.(QS Al Baqarah 117).
Maksudnya, Allah yang menciptakan langit dan bumi, tanpa didahului suatu contoh apapun.

Bid’ah menurut syara’, sebagaimana penjelasan Ibnu Taimiyah Rahimahullah: Bid’ah adalah sesuatu yang menyelisihi atau menyimpang dari Al-Qur’an atau As-Sunnah dan ijma’ salaful ummah, baik i’tiqadat (sesuatu yang harus diyakini) maupun ibadah (sesuatu yang harus diamalkan).(2)

Imam Syatibi dalam kitab “Al-I’tisham” menjelaskan bahwa bid’ah adalah mengadakan cara agama yang dibikin-bikin, yang diadakan (oleh manusia), yang menyerupai syariah. Dan yang dimaksud dengan perilaku tersebut adalah berlebih-lebihan dalam beribadah kepada Allah Ta’ala.(3)

Bid’ah itu ada dua: menyangkut keduniaan dan menyangkut agama. Bid’ah (penciptaan) yang mengenai keduniaan itu boleh, selama tidak bertentangan dengan Islam. Misalnya mengadakan pembangunan, menciptakan teknologi baru dsb.

Adapun bid’ah yang menyangkut agama itu haram, tidak dibolehkan. Karena, agama itu harus berdasarkan wahyu dari Allah SWT. Manusia tidak berhak membuat syari’at (peraturan agama). Itu hanya hak Allah SWT. Maka membuat bid’ah dalam agama itu melanggar hak Allah SWT. Hingga Nabi Muhammad SAW menegaskan:

“Wa iyyaakum wa muhdatsaatil umuuri fainna kulla muhdatsatin bid’atun wa kulla bid’atin dholaalah.”

“Dan jauhilah olehmu hal-hal (ciptaan) yang baru (dalam agama). Maka sesungguhnya setiap hal (ciptaan) baru (dalam agama) itu adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat.” (HR Abu daud dan At-Tirmidzi, dia berkata Hadits hasan shahih).

Rasulullah SAW bersabda:

Artinya: “Barangsiapa mengada-adakan pada perkara kami ini, sesuatu yang bukan darinya, maka itu adalah tertolak”.(HR Bukhari dan Muslim).
Dan pada riwayat lain:
Artinya: “Barangsiapa melakukan amalan, bukan atas perintah kami, maka amalan itu tertolak”.(HR Muslim).(4)

Macam-macam Bid’ah

Bid’ah dalam agama ada dua macam, yaitu: Pertama, Bid’ah Qauliyah I’tiqadiyah (Bid’ah ucapan atau perkataan yang bersifat keyakinan), seperti perkataan-perkataan Jahmiyah dan Mu’tazilah dan Rafidhah dan seluruh kelompok yang sesat aqidahnya.(5) Dan kedua, Bid’ah pada ibada-ibadah seperti beribadah karena Allah dengan cara-cara yang tidak disyariatkan.(5)

Dan macam-macam bid’ah pada ibadah yang bersifat amalan, ada beberapa macam, yaitu:

Pertama, Bid’ah berupa ibadah yang tidak pernah ada asalnya dalam Islam, yaitu membuat-buat atau mengada-adakan amalan ibadah yang tidak ada dasarnya pada syara’. Seperti mengada-adakan shalat bikinan yang memang tidak disyariatkan, atau puasa bikinan yang memang tidak ada tuntunannya, atau hari raya (A’yad) yang memang tidak dituntunkan /tidak disyariatkan. Misalnya, mengadakan perayaan maulid dan yang semacamnya.

Kedua, Bid’ah berupa menambahkan sesuatu atas ibadah yang sudah ada asalnya dalam syari’at Islam. Misalnya, menambah raka’at jadi lima pada shalat Dhuhur atau pada shalat Ashar.

Ketiga, Bid’ah berupa mengerjakan ibadah yang telah disyari’atkan tetapi dengan cara yang tidak ada dasarnya dari syari’at Islam. Misalnya melakukan dzikir-dzikir yang disyariatkan tetapi dengan dibikin cara: bersama-sama dan disertai rebana, dan dibikin cara: dengan suara yang keras. Dan misalnya pula, memaksakan diri dalam beribadah , sampai keluar dari batas sunnah Rasulullah SAW.

Keempat, Bid’ah berupa mengkhususkan waktu-waktu tertentu untuk mengerjakan ibadah yang disyari’atkan, padahal tidak ada pengkhususan dari syari’at Islam. Misalnya mengkhususkan hari dan malam nshfu Sya’ban dengan puasa dan shalat malam. Padahal shiyam dan qiyam disyariatkan tetapi mengkhususkan pada waktu-waktu tertentu, diperlukan dalil.(5)

Bid’ah hakikiyah dan idhafiyah

Imam Syatibi membagi bid’ah menjadi dua, ditinjau dari segi adanya dalil yang dijadikan sandaran dalam beramal atau tidak adanya dalil. Pertama, bid’ah hakikiyah, dan kedua bid’ah idhafiyyah.(6)

Pertama, bid’ah hakikiyah adalah suatu bid’ah yang sama sekali tidak didasarkan pada suatu pengertian dalil dari Al Qur’an dan As Sunnah, bahkan lebih bersifat melawan atau menyelisihi ketentuan dalil yang ada. Tegasnya, dalil yang dijadikan dasar atau sandaran dalam melakukan amalan bid’ah tersebut tidak ada.

Contoh bid’ah hakikiyah diantaranya :

a. Mengerjakan hal-hal yang menyiksa diri, tanpa ada dalil yang memerintahkannya.

Diriwayatkan dari Abdullah bin Abas, ia berkata: Ketika Nabi Muhammad SAW sedang berkhutbah, tiba-tiba ada seseorang berdiri, maka Rasulullah bertanya tentang dia, lalu mereka (para pendengar khutbah) menjawab: “Abu Israil, dia telah bernadhar untuk tetap berdiri, tidak duduk ,dan tidak berteduh; tidak berbicara, dan berpuasa.” Maka Rasulullah bersabda: “Kamu sekalian perintahkan kepadanya, hendaklah dia berbicara, berteduh dan duduk, dan supaya menyempurnakan puasanya”.(7)

b. Adanya pemotongan kepala kerbau yang kemudian ditanam pada lubang galian tanah, sebagai tumbal.

c. Melakukan pecah telur bagi penganten yang sedang dipertemukan, karena adanya kepercayaan tertentu, sebagaimana yang dilakukan di tengah-tengah masyarakat.

d. Melakukan terobosan di bawah keranda (mayat) bagi ahli waris, sewaktu mayat sudah siap akan diberangkatkan ke pemakaman.

e. Mengadakan peringatan kematian, misalnya tiga hari, empat puluh hari, seratus hari, haul/ temu tahun, seribu hari dan seterusnya, yang itu semua tidak ada dalilnya, bahkan bertentangan dengan dalil, dan menirukan adat orang musyrik.

f. Minta do’a pada isi kubur. Ini bertentangan dengan dalil yang tidak pernah membolehkan mayat dijadikan sarana untuk berdo’a.

Disamping itu masaih ada berbagai acara lain yang termasuk bid’ah, karena sama sekali tidak ada dalam Islam.

Kedua, Bid’ah Idhafiyyah adalah suatu bid’ah yang pada hakekatnya didasarkan pada dalil Al Qur’an atau As Sunnah, tetapi cara melakukan amalan yang diamalkan dengan dalil yang dimaksud, tidak didapatkan di dalam ajaran Islam. Contoh bid’ah idhafiyyah adalah :

a. Sebagai pernyataan taubat atas segala dosa, disebutlah kalimat “La ilaha illa Allah” dengan cara geleng-geleng kepala seperti melakukan tarian. Dalam hal taubat itu, gendang dan perlengkapannya dibunyikan. Bentuk semacam ini dilakukan oleh seseorang dengan seriusnya untuk beberapa lama sampai orang tersebut jatuh pingsan. Di saat itu taubat baru dihentikan, karena dianggap orang tersebut telah diterima taubatnya.

b. Di beberapa masjid atau surau, setelah selesai seorang muadzin adzan, diadakanlah apa yang disebut “puji-pujian”. Dalam pujian-pujian tersebut banyak dibacakan shalawat Nabi, di samping berbagai bacaan lain, baik yang diambil dari Al Qur’an maupun syair-syair. Hal tersebut dilagukan dengan suara keras, selain sebagai pengertian ibadah juga untuk menanti kedatangan imam. Yang demikian itu banyak dijumpai, sementara tuntunan dari Rasulullah yang demikian tidak ada.

c. Contoh adanya penentuan dan penertiban beberapa bacaan yang dilakukan dalam selamatan atas kematian seseorang atau lainnya pada pengertian yang bisa disebut dengan “tahlilan”. Penentuan yang dimaksud dalam hal ini, selain dari penentuan waktu, seperti pada hari ke 7, ke 40, ke 100, ke 1000 dst, juga penentuan bacaan. Baik jumlah bilangannya, juga penentuan penertibannya. Namun keterangan Al Qur’an dan As Sunnah bahwa hal itu untuk amalan sebagaimana dilakukan itu tidak didapatkan.

Begitulah yang dimaksud dengan bid’ah idhafiyyah beserta beberapa contohnya.

Hukum Bid’ah pada agama dengan segala macamnya (8)

Semua bid’ah pada agama, hukumnya haram dan sesat. karena sabda Rasulullah SAW:

“Hendaklah kalian menjauhi perkara-perkara yang diada-adakan, maka sesungguhnya tiap-tiap yang diada-adakan itu bid’ah dan setiap bid’ah itu adalah sesat”.(HR Abu Dawud dan At-Tirmidzi).

Dan sabda Nabi SAW:

Artinya: “Barangsiapa yang mengada-adakan pada perkara kami ini, sesuatu yang bukan perkara dari kami, maka itu adalah tertolak”. Dan dalam riwayat lain: “Barangsiapa yang mengamalkan amalan bukan atas perkara kami, maka yang demikian itu tertolak”.

Hadits itu menunjukkan bahwa tiap-tiap sesuatu yang diada-adakan pada agama, maka itu adalah bid’ah dan tiap-tiap bid’ah adalah sesat dan tertolak. Dan makna yang demikian, sesungguhnya bid’ah pada ibadah dan i’tiqad , yang itu semua sudah jelas diharamkannya. Akan tetapi pengharamannya bertingkat-tingkat, sesuai dengan macam bid’ahnya.

Dianataranya ada yang hukumnya kufur dengan jelas, seperti: thowaf (keliling) pada kubur dalam bertaqarrub (mendekatkan diri pada Allah), atau mempersembahkan sembelihan dan nadhar untuk kubur. Dan di antaranya termasuk sarana wasail syirik. Seperti membangun bangunan di atas kubur, serta shalat dan berdoa di kuburan.

Dan di antaranya ada yang fisqu i’tiqadi (keluar dari ketaatan secara keyakinan), seperti bid’ah khawarij (aliran ekstrim dalam memahami agama, sehingga dosa besar dianggap kafir dsb), qadariyah (menolak qadha dan qadar Allah dalam setiap usaha manusia) dan murji’ah (aliran yang mengkemudiankan, yaitu mengkemudiankan amal daripada iman, yang dipentingkan adalah iman, sedang yang lainnya adalah soal kedua. Amal menurut mereka bukan bagian esensi dari iman, walau tetap diperlukan) pada perkataan-perkataan mereka pada i’tiqadinya yang menyimpang terhadap dalil-dalil syar’i. Dan di antara bid’ah yang termasuk maksiat seperti bid’ah siyam (puasa) dalam keadaan berdiri pada panas matahari, dan kebiri dengan maksud memutus syahwat jima’ (bersetubuh).(9)

Demikianlah pengertian bid’ah, jenis-jenis dan hukumnya. Semua itu wajib dihindari, agar kita terbebas dari kesesatan. (10).

Catatan:

1. Tanbih Ulil Abshar Ila kamaliddin wa maa fil bida’ minal Akhthor, Dr Shalih bin Sa’id As-Suhaimi, hal 84.
2. Majmu’ Al-fatawa li Ibn Taimiyyah (18/346).
4. Al-Bid’ah, ta’rifuha, ahwa`uha, ahkamuha, Syaikh Shalih bin fauzan, hal 5.
5. Tanbih Ulil Abshar ila kamaliddin wamaa fil bida` minal akhthar, Dr Shalih bin Sa`d As Suhaimi, hal 100.
6. Ibid hal 93
7. Shahih al-Bukhari ma’al Fath (11/586), Musnad Al-Imam Ahmad (4/168).
8. Al-Bid’ah, ta`rifuha, ahwa`uha, Syaikh Shalih bin Fauzan, hal 7.
9. Lihat Al-I`tisham, As-Syatibi (2/37).
10. Tulisan ini dimodifikasi dari tulisan tangan seorang da’i yang tak menyebutkan namanya, namun isinya bisa dipertanggung jawabkan dan insya Allah bermanfaat.

sumber artikel; Tasawuf Belitan Iblis, Hartono Ahmad Jaiz

Kamis, 04 November 2010

Kitab - Kitab yang Perlu Diwaspadai

Berikut beberapa kitab bermasalah yang diingatkan para ulama:

Judul Kitab: Durratun Nashihin

Penulis: Utsman bin Hasan bin Ahmad Syakir al-Khubari

Komentar: Syaikh Abdul Aziz bin Baz berkata: “Kitab tidak bisa dijadikan sandaran karena banyak memuat hadits-hadits palsu dan hal-hal yang tidak bisa dijadikan sandaran, termasuk diantaranya dua hadits yang ditanyakan oleh si penanya di atas, sebab kedua hadits tersebut tidak ada asalnya dan didustakan kepada Nabi. Maka kitab seperti ini dan juga kitab sepertinya yang memuat banyak hadits-hadits palsu jangan dijadikan sandaran…”. (Fatawa Nur Ala Darb hal. 80)

Judul Kitab: Fi Zhilal Qur’an

Penulis: Al-Ustadz Sayyid Quthub

Komentar: Syaikh al-Allamah Muhammad bin Shalih al-Utsaimin berkata ketika tentangnya: “Telah banyak perbincangan tentang kitab tersebut beserta penulisnya, padahal dalam kitab-kitab tafsir lainnya terdapat kecukupan seribu kali lipat dari kitab ini seperti Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Sa’di, Tafsir al-Qurthubi -sekalipun beliau memiliki kelemahan dalam hadits- dan tafsir Abiu Bakar al-Jazairi. Sebagian ahli ilmu seperti ad-Duwaisy[1] dan al-Albani telah memberikan beberap catatan tentang kitab ini. Saya sendiri belum membacanya secara keseluruhan, tetapi saya membaca tafsirnya dalam surat Al-Ikhlas, saya dapati dia telah mengucapkan ucapan yang amat berbahaya dan menyelisihi keyakinan Ahli Sunnah wal Jama’ah, dimana penafsirannya menunjukkan bahwa dia mengatakan wahdatul wujud, demikian pula dia menafsirkan istiwa’ dengan kekuasaan. Perlu diketahui bahwa kitab ini bukanlah kitab tafsir sebagaimana disebutkan oleh penulisnya sendiri dengan “Zhilal Qur’an” (Naungan Al-Qur’an). Maka sewajibnya bagi para penuntut ilmu untuk tidak menjadikan penulis ini ataupun selainnya sebagai faktor perselisihan dan pertengakaran diantara mereka atau menjadikan wala dan bara’ di atas orang tersebut. (Majalah Dakwah, Edisi 1591/Muharram 1418 H)[2].

Judul Kitab: Al-Kasyfu An Mujawazah Hadzihi Ummah Alf (Umur Umat Manusia)

Penulis: Jalaluddin as-Suyuthi

Komentar: Syaikh al-Albani berkata: “Risalah as-Syutuhi “Al-Kasyfu An Mujawazah Hadzihi Ummah Alf”. Kenyataan telah membuktikan batilnya hadits-hadits yang berkaitan tentang penentuan umur umat yang dihitung dengan hitungan tahun[3]. Bagaimana mungkin bagi manusia untuk menentukan dengan waktu seperti ini yang berkonsekuansi penentuan watu tibanya hari kiamat”. (Silsilah Ahadits adh-Dha’ifah 8/107)

Judul Kitab: Alfu Lailatin wa Lailah (seribu cerita/dongeng Abu Nuwas dan Harun Rasyid)

Komentar: Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan ketika ditanya: “Disebutkan dalam sebagian buku sejarah, terutama buku Alfu Lailatin wa Lailah bahwa khalifah Harun Rasyid sangat suka nyanyian dan minum khamr, apakah ini benar? Beliau menjawab: Semua ini adalah kedustaan dan noda yang diselundupkan dalam sejarah Islam. Kitab Alfu Lailah wa Lailah kitab yang tidak dipercaya. Oleh karenanya tidak sepantasnya bagi seorang muslim untuk menyia-nyiakan waktu untuk membaca buku tersebut.

Harun Rasyid adalah seorang yang dikenal shalih, istiqamah, sungguh-sungguh dan pandai dalam mengatur rakyatnya, beliau berangkat haji setiap tahun dan perang setiap tahun. Tuduhan yang digoreskan dalam kitab ini tidak perlu diperhatikan. Dan tidak sepantasnya bagi seorang muslim untuk membaca kitab kecuali kitab yang memuat faedah seperti kitab-kitab sejarah terpercaya, kitab-kitab tafsir, hadits, fiqih, aqidah yang membantu seorang untuk mengenal agamanya, adapun kitab-kitab rendahan, maka tak sepantasnya bagi seorang muslim untuk menyia-nyiakan waktunya untuk membacanya”. (Al-Muntaqa Min Fatawa Syaikh Shalih al-Fauzan 2/306)

Judul Kitab: Syamsul Ma’arif (Cahaya Pengetahuan)

Penulis: Ahmad bin Ali al-Buni

Komentar: Syaikh Abdullah al-Jibrin berkata: “Kitab ini termasuk kitab khurafat, penulisnya telah memenuhinya dengan kedustaan, khurafat, kebatilan, aqidah rusak yang orang yang meyakininya maka dia kufur. Kitab ini juga penuh dengan ajaran sihir dan perdukunan, oleh karenanya kitab ini banyak digemari oleh para dukun. Kitab ini telah menimbulkan banyak kerusakan dan menjerumuskan banyak orang dalam jeratan kekufuran dan kesesatan. Maka kami menasehatkan kepada setiap muslim untuk menjauhinya, barangsiapa yang terlajur memilikinya maka hendaknya membakarnya. Sebagaimana kami menasehatkan kepada setiap muslim untuk banyak membaca Al-Qur’an dan kitab-kitab hadits seperti shahih Bukhari Muslim, sunan, kitab-kitab tauhid, sebab hal itu akan dapat menjaga agama seorang. Wallahu A’lam”. (Fatawa Islamiyah 3/365)

Judul Kitab: Limadza Ikhtartu Syi’ah (Mengapa Aku Memilih Syi’ah)

Penulis: Muhammad Mar’I al-Amin al-Anthaki

Komentar: Syaikh Bakr bin Abdillah Abu Zaid berkata: “Pada tahun 1405 H, saya mendapatkan sebuah kitab berjudul “Limadza Ikhtartu Syi’ah” yang dinasabkan kepada Muhammad Mar’I al-Amin al-Anthaki, dimana dia mengaku dahulunya adalah penganut faham sunni dan bermadzhab syafi’I kemudian pindah kepada faham Syi’ah. Kitab ini hanya diada-adakan saja dan dinisbatkan kepada penulis yang tak dikenal, bahkan kitab ini hanyalah kedustaan yang dibuat-buat oleh kelompok Rafidhah untuk melariskan madzhab Syiah”. (At-Tahawwul Madzhabi hal. 89 -An-Nadhair-).

Judul Kitab: Lubabul Ma’ani (Manakib Syaikh Abdul Qadir al-Jailani)

Penulis: Abu Shalih Mustamir al-Hajeni al-Juwani

Komentar: Drs. Imron AM berkata: “Kitab Manakib, merupakan kitab yang oleh sebagian masyarakat Islam di Indonesia dipercayai sebagai kitab yang memiliki nilai-nilai keberkatan, seperti dapat mendatangkan rezeki bagi pembacanya, dapat menyebabkan terkabulnya tujuan-tujuan dunia dan akherat, dapat dipergunakan untuk mengusir makhluk-makhluk halus untuk peleasan nadzar (kaul/jawa) dan sebagainya.

Maka diciptakanlah upacara-upacara pembacanya dengan aneka variasi yang menyerupai ibadah dan diakhiri dengan doa-doa istighatsah untuk mengundang roh yang dipandang suci untuk diminta bantuan menyampaikan doa-doa mereka kepada Tuhan.

Menurut penelitian penulis, Kitab Manakib tidak hanya merusak dan mengotori aqidah seorang muslim tetapi di samping itu juga secara tidak langsung merupakan penghinaan kepada Allah dan Malaikat-MalaikatNya.

Dan penulis berteguhan hati bahwa Syaikh Abdul Qadir al-Jailani sendiri bersih dari semua cerita-cerita Manakib itu, karena menurut keyakinan penulis bahwa cerita semacam itu adalah hasil karya tangan tangan kotor…”. (Muqaddimah Kitab Manakib Syaikh Abdul Qadir Jaelani Merusak Aqidah).

Akhirnya, kami berdoa kepada Allah agar menambahkan kepada kita ilmu yang bermanfaat.

Kitab - Kitab yang Perlu Diwaspadai

Berikut beberapa kitab bermasalah yang diingatkan para ulama:

Judul Kitab: Durratun Nashihin

Penulis: Utsman bin Hasan bin Ahmad Syakir al-Khubari

Komentar: Syaikh Abdul Aziz bin Baz berkata: “Kitab tidak bisa dijadikan sandaran karena banyak memuat hadits-hadits palsu dan hal-hal yang tidak bisa dijadikan sandaran, termasuk diantaranya dua hadits yang ditanyakan oleh si penanya di atas, sebab kedua hadits tersebut tidak ada asalnya dan didustakan kepada Nabi. Maka kitab seperti ini dan juga kitab sepertinya yang memuat banyak hadits-hadits palsu jangan dijadikan sandaran…”. (Fatawa Nur Ala Darb hal. 80)

Judul Kitab: Fi Zhilal Qur’an

Penulis: Al-Ustadz Sayyid Quthub

Komentar: Syaikh al-Allamah Muhammad bin Shalih al-Utsaimin berkata ketika tentangnya: “Telah banyak perbincangan tentang kitab tersebut beserta penulisnya, padahal dalam kitab-kitab tafsir lainnya terdapat kecukupan seribu kali lipat dari kitab ini seperti Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Sa’di, Tafsir al-Qurthubi -sekalipun beliau memiliki kelemahan dalam hadits- dan tafsir Abiu Bakar al-Jazairi. Sebagian ahli ilmu seperti ad-Duwaisy[1] dan al-Albani telah memberikan beberap catatan tentang kitab ini. Saya sendiri belum membacanya secara keseluruhan, tetapi saya membaca tafsirnya dalam surat Al-Ikhlas, saya dapati dia telah mengucapkan ucapan yang amat berbahaya dan menyelisihi keyakinan Ahli Sunnah wal Jama’ah, dimana penafsirannya menunjukkan bahwa dia mengatakan wahdatul wujud, demikian pula dia menafsirkan istiwa’ dengan kekuasaan. Perlu diketahui bahwa kitab ini bukanlah kitab tafsir sebagaimana disebutkan oleh penulisnya sendiri dengan “Zhilal Qur’an” (Naungan Al-Qur’an). Maka sewajibnya bagi para penuntut ilmu untuk tidak menjadikan penulis ini ataupun selainnya sebagai faktor perselisihan dan pertengakaran diantara mereka atau menjadikan wala dan bara’ di atas orang tersebut. (Majalah Dakwah, Edisi 1591/Muharram 1418 H)[2].

Judul Kitab: Al-Kasyfu An Mujawazah Hadzihi Ummah Alf (Umur Umat Manusia)

Penulis: Jalaluddin as-Suyuthi

Komentar: Syaikh al-Albani berkata: “Risalah as-Syutuhi “Al-Kasyfu An Mujawazah Hadzihi Ummah Alf”. Kenyataan telah membuktikan batilnya hadits-hadits yang berkaitan tentang penentuan umur umat yang dihitung dengan hitungan tahun[3]. Bagaimana mungkin bagi manusia untuk menentukan dengan waktu seperti ini yang berkonsekuansi penentuan watu tibanya hari kiamat”. (Silsilah Ahadits adh-Dha’ifah 8/107)

Judul Kitab: Alfu Lailatin wa Lailah (seribu cerita/dongeng Abu Nuwas dan Harun Rasyid)

Komentar: Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan ketika ditanya: “Disebutkan dalam sebagian buku sejarah, terutama buku Alfu Lailatin wa Lailah bahwa khalifah Harun Rasyid sangat suka nyanyian dan minum khamr, apakah ini benar? Beliau menjawab: Semua ini adalah kedustaan dan noda yang diselundupkan dalam sejarah Islam. Kitab Alfu Lailah wa Lailah kitab yang tidak dipercaya. Oleh karenanya tidak sepantasnya bagi seorang muslim untuk menyia-nyiakan waktu untuk membaca buku tersebut.

Harun Rasyid adalah seorang yang dikenal shalih, istiqamah, sungguh-sungguh dan pandai dalam mengatur rakyatnya, beliau berangkat haji setiap tahun dan perang setiap tahun. Tuduhan yang digoreskan dalam kitab ini tidak perlu diperhatikan. Dan tidak sepantasnya bagi seorang muslim untuk membaca kitab kecuali kitab yang memuat faedah seperti kitab-kitab sejarah terpercaya, kitab-kitab tafsir, hadits, fiqih, aqidah yang membantu seorang untuk mengenal agamanya, adapun kitab-kitab rendahan, maka tak sepantasnya bagi seorang muslim untuk menyia-nyiakan waktunya untuk membacanya”. (Al-Muntaqa Min Fatawa Syaikh Shalih al-Fauzan 2/306)

Judul Kitab: Syamsul Ma’arif (Cahaya Pengetahuan)

Penulis: Ahmad bin Ali al-Buni

Komentar: Syaikh Abdullah al-Jibrin berkata: “Kitab ini termasuk kitab khurafat, penulisnya telah memenuhinya dengan kedustaan, khurafat, kebatilan, aqidah rusak yang orang yang meyakininya maka dia kufur. Kitab ini juga penuh dengan ajaran sihir dan perdukunan, oleh karenanya kitab ini banyak digemari oleh para dukun. Kitab ini telah menimbulkan banyak kerusakan dan menjerumuskan banyak orang dalam jeratan kekufuran dan kesesatan. Maka kami menasehatkan kepada setiap muslim untuk menjauhinya, barangsiapa yang terlajur memilikinya maka hendaknya membakarnya. Sebagaimana kami menasehatkan kepada setiap muslim untuk banyak membaca Al-Qur’an dan kitab-kitab hadits seperti shahih Bukhari Muslim, sunan, kitab-kitab tauhid, sebab hal itu akan dapat menjaga agama seorang. Wallahu A’lam”. (Fatawa Islamiyah 3/365)

Judul Kitab: Limadza Ikhtartu Syi’ah (Mengapa Aku Memilih Syi’ah)

Penulis: Muhammad Mar’I al-Amin al-Anthaki

Komentar: Syaikh Bakr bin Abdillah Abu Zaid berkata: “Pada tahun 1405 H, saya mendapatkan sebuah kitab berjudul “Limadza Ikhtartu Syi’ah” yang dinasabkan kepada Muhammad Mar’I al-Amin al-Anthaki, dimana dia mengaku dahulunya adalah penganut faham sunni dan bermadzhab syafi’I kemudian pindah kepada faham Syi’ah. Kitab ini hanya diada-adakan saja dan dinisbatkan kepada penulis yang tak dikenal, bahkan kitab ini hanyalah kedustaan yang dibuat-buat oleh kelompok Rafidhah untuk melariskan madzhab Syiah”. (At-Tahawwul Madzhabi hal. 89 -An-Nadhair-).

Judul Kitab: Lubabul Ma’ani (Manakib Syaikh Abdul Qadir al-Jailani)

Penulis: Abu Shalih Mustamir al-Hajeni al-Juwani

Komentar: Drs. Imron AM berkata: “Kitab Manakib, merupakan kitab yang oleh sebagian masyarakat Islam di Indonesia dipercayai sebagai kitab yang memiliki nilai-nilai keberkatan, seperti dapat mendatangkan rezeki bagi pembacanya, dapat menyebabkan terkabulnya tujuan-tujuan dunia dan akherat, dapat dipergunakan untuk mengusir makhluk-makhluk halus untuk peleasan nadzar (kaul/jawa) dan sebagainya.

Maka diciptakanlah upacara-upacara pembacanya dengan aneka variasi yang menyerupai ibadah dan diakhiri dengan doa-doa istighatsah untuk mengundang roh yang dipandang suci untuk diminta bantuan menyampaikan doa-doa mereka kepada Tuhan.

Menurut penelitian penulis, Kitab Manakib tidak hanya merusak dan mengotori aqidah seorang muslim tetapi di samping itu juga secara tidak langsung merupakan penghinaan kepada Allah dan Malaikat-MalaikatNya.

Dan penulis berteguhan hati bahwa Syaikh Abdul Qadir al-Jailani sendiri bersih dari semua cerita-cerita Manakib itu, karena menurut keyakinan penulis bahwa cerita semacam itu adalah hasil karya tangan tangan kotor…”. (Muqaddimah Kitab Manakib Syaikh Abdul Qadir Jaelani Merusak Aqidah).

Akhirnya, kami berdoa kepada Allah agar menambahkan kepada kita ilmu yang bermanfaat.

Jumat, 29 Oktober 2010

Doa Agar Terhindar dari Musibah Agama

اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بِهِ بَيْنَتَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَاتُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَا تُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَآئِبَ الدُّنْياَ اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَابِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَاأَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ ظََلَمَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا وَلاَتَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَا وَلاَتَجْعَلِ الدُّنْياَ أَكْبَرَ هَمِّنَا وَمَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَتُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا

"Ya Allah, karunikanlah untuk kami rasa takut kepadaMu yang dapat menghalangi kami dari bermaksiat kepada-Mu, dan (karuniakanlah untuk kami) ketaatan kepada-Mu yang dapat menyampaikan kami kepada surga-Mu, serta (karuniakanlah untuk kami) keyakinan hati yang dapat meringankan kami dari berbagai cobaan dunia. Jadikankan kami bisa menikmati dan memanfaatkan pendengaran, penglihatan, dan kekuatan kami selama kami hidup. Dan jadikan semua itu sebagai pewaris bagi kami (tetap ada pada kami sampai kematian). Jadikanlah kemarahan dan balas dendam kami hanya kepada orang-orang yang menganiaya kami, dan tolonglah kami terhadap orang-orang yang memusuhi kami. (Ya Allah) Janganlah Engkau jadikan musibah kami adalah yang terjadi pada dien kami, dan janganlah Engkau jadikan dunia sebagai tujuan terbesar kami dan puncak dari ilmu kami, dan janganlah Engkau kuasakan atas kami orang-orang yang tidak menyayangi kami."

Dasar doa di atas

Doa di atas didasarkan pada hadits Ibnu Umar radliyallahu 'anhuma yang menyatakan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah bangkit dari majelisnya sehingga beliau mendoakan para sahabatnya yang ada di situ dengan doa di atas. (HR. Al-Tirmidzi dalam Sunannya no. 3502, al-Nasai dalam 'Amal al-Yaum wa al-Lailah no. 402, Al-Hakim 1/528, Al-Baghawi no. 1374 dari hadits Ibnu Umar. Imam al-Tirmidzi mengatakan hasan Gharib. Syaikh Al-Albani menghassankan haidts ini dalam Shahih al-Jami' al-Shaghir no. 1268)

Karenanya, menurut penuturan Nafi' (salah seorang perawi), apabila Ibnu Umar duduk dalam sebuah majelis, beliau tidak bangkit dari situ sehingga beliau mendoakan para sahabatnya dengan doa di atas. Beliau meyakini bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selalu mendoakan para ahli majelisnya dengan doa tersebut. (HR. Al-Nasai dalam al-Sunan al-Kubra no. 10243)

Kandungan doa

Doa di atas termasuk Jawami' al Kalim, kalimat ringkas yang memiliki makna luas, dalam dan sangat jelas sebagai bukti nyata kenabian beliau. Dan ini menjadi keistimewaan beliau shallallahu 'alaihi wasallam. Di antara kandungan dari doa ini adalah:

1. Meminta kepada Allah agar dikaruniakan rasa takut kepada-Nya yang bisa membentengi diri dari kemaksiatan. Karena jika hati sudah dipenuhi rasa takut kepada Allah pasti akan mencegah seluruh anggota badan dari kemaksiatan-kemaksiatan.

2. Meminta kepada Allah agar dikaruniakan qudrah (kemampuan) dan taufiq untuk melaksanakan ketaatan. Karena ada sebagian orang memiliki kekuatan tapi tidak mendapat taufiq (Allah tidak menyetujuinya untuk melaksanakan ketaatan tersebut) pasti dia tidak akan pernah melaksanakannya. Sebaliknya ada orang yang sudah memiliki kemauan untuk menjalankan kebaikan, namun Allah tidak menghendakinya dengan memberikan kelemahan, sakit, atau kemiskinan sehingga dia tidak bisa menjalankannya. Karenanya, kita memohon kepada Allah agar diberi keduanya sehingga bisa melaksanakan ketaatan kepada-Nya. Sehingga dengan itu bisa menghantarkan kita kepada surga-Nya. Karena surga tidak bisa diperoleh hanya dengan angan-angan semata tanpa aplikasi nyata (QS. Al-Nisa: 123-124).

3. Memohon kepada Allah agar dikaruniakan keyakinan kepada takdir-Nya, bahwa tidak ada yang bisa lepas dari ketetapan-Nya. Yaitu dengan meyakini bahwa tidak ada yang menimpa kita kecuali apa yang sudah Dia tetapkan atas kita dalam catatan di Lauhul Mahfudz. Sedangkan seluruh ketetapan Allah pasti mengandung hikmah dan maslahat, dibalik semua itu terdapat pahala yang besar. Dengan ini, kita akan semakin ringan dalam menghadapi berbagai musibah dunia sehingga tidak larut dalam kesedihan ketika tertimpa musibah atau kehilangan sesuatu yang berharga dari kekayaan dunia. Bahkan sebaliknya, kita jadikan musibah tersebut sebagai ladang memanen pahala dan keridlaan Allah.

Dalam penuturan Ibnu Rajab, dengan keyakinan ini, seorang hamba lebih menyukai pahala dalam musibah dunianya berupa kehilangan harta, anak atau yang lainnya daripada semua itu tetap utuh pada dirinya. Dan itu menjadi tanda jelas kezuhudan hidup di dunia dan tidak banyak berharap kepadanya. Ali bin Abi Thalib pernah berkata, "Siapa yang hidup zuhud di dunia, maka berbagai musibah akan terasa ringan baginya." (Jami' al-Ulum wa al-Hikam, syarah hadits ke 31)

4. Memohon kepada Allah agar tidak menjadikan musibah yang Dia tetapkan bagi kita adalah musibah yang menimpa agama kita, yaitu musibah yang mengurangi kualitas iman kita berupa keyakinan yang batil dan rusak, memakan yang haram, berhenti dari amal ketaatan dan terjerumus dalam kemaksiatan-kemaksiatan, tidak bersyukur ketika mendapat nikmat, dan tidak sabar tatkala menghadapi musibah, serta lainnya.

Sesungguhnya musibah terbesar yang menimpa hamba adalah musibah yang menimpa agamanya, musibah meninggalkan ketaatan, musibah terjerumus ke dalam kemaksiatan, musibah kerasnya hati, dan putus hubungan dengan Allah. Dan musibah ini jauh lebih dahsyat daripada musibah kehilangan istri, harta, dan anak. Bahkan hilangnya seluruh dunianya dirasa lebih ringan daripada yang menimpa agamanya. Kenapa bisa seperti itu? Karena agama adalah kekayaan yang paling mahal dan berharga bagi seorang mukmin. Karena dengan agama, dia akan memperoleh kebaikan dan kebahagiaan di dunia dan menjadi sebab keselamatan pada hari yang tidak bermanfaat lagi harta dan anak.

Bahkan hilangnya seluruh dunianya dirasa lebih ringan daripada yang menimpa agamanya.

Karena dengan agama, dia akan memperoleh kebaikan dan kebahagiaan di dunia dan menjadi sebab keselamatan pada hari yang tidak bermanfaat lagi harta dan anak.



Bukti lain bahwa Dien (agama) adalah harta kekayaannya yang termahal. adalah diharamkannya mengangankan dan meminta kematian kecuali ketika khawatir agama terfitnah. Hal itu tidak lain karena dien seorang mukmin lebih mahal baginya daripada nyawanya.

Al-Qadli Syuraih mengatakan, "Sesungguhnya jika aku ditimpa musibah maka aku ucapkan Alhamdulillah empat kali; 1) Aku memuji-Nya karena musibah itu tidak lebih buruk dari yang telah terjadi, 2) aku memuji-Nya ketika Dia memberikan aku kesabaran menghadapinya, 3) aku memuji-Nya karena membuatku mampu mengucapkan kalimat istirja (Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun) berharap akan pahala yang besar, dan 4) aku memuji-Nya karena Dia tidak menjadikannya sebuah musibah dalam agamaku."

5. Kewajiban menjaga dien (agama). Karenanya kita diperintahkan agar tetap teguh dalam medan jihad dan dilarang keras lari darinya. Sebagaimana diketahui bahwa jihad bisa menyebabkan hilangnya nyawa, walau demikian dia tetap teguh dan tidak lari (kabur). Karena dalam jihad, agamanya akan mulia walaupun dia harus membayar harganya dengan nyawanya. Karena baginya, Islamnya lebih mahal daripada nyawanya.

Karena dalam jihad, agamanya akan mulia walaupun dia harus membayar harganya dengan nyawanya. Karena baginya, Islamnya lebih mahal daripada nyawanya.

6. Memohon agat tidak dijadikan dunia sebagai puncak tujuan hidup sehingga larut dalam kesedihan ketika dunia luput darinya. Sebaliknya memohon kepada Allah agar dijadikan puncak tujuan hidup adalah akhirat sehingga kesedihan hadir tatkala amal akhirat melemah atau maksiat meningkat.

7. Memohon agar jangan sampai ilmu dan pikiran kita habis untuk memikirkan urusan dunia. Tapi mohon agar kita dijadikan orang yang selalu berfikir untuk kebaikan akhirat, bersemangat mendalami ilmu-ilmu yang berhubungan dengan Allah Ta'ala dan negeri akhirat.

Kita memohon agar jangan sampai ilmu dan pikiran kita habis untuk memikirkan urusan dunia. Tapi mohon agar kita dijadikan orang yang selalu berfikir untuk kebaikan akhirat, . .

8. Memohon agar jangan dijadikan sebagai umat yang dikalahkan dan dikuasai orang-orang kafir dan orang-orang dzalim. Juga memohon agar Allah tidak menjadikan orang-orang dzalim sebagai penguasa atas kita, karena pemimpin yang dzalim tidak akan mengasihi rakyatnya. Wallahu a'lam . .
(PurWD/voa-islam.com)